Titik Valentine
Selama ini keberhasilan kepala daerah dalam menangani Covid-19 dinilai dari jumlah kasus positif Covid -19. Cuti bersama termasuk sumber meningkatnya angka kasus positif
JERNIH-Cuti bersama, libur panjang atau apalah sebutannya memang beda rasanya saat berlangsung ditengah pandemi Covid-19. Daerah yang ditinggalkan warganya dan daerah yang menerima kedatangan warga karena libur panjang, sama-sama ketar ketir terjadinya terjadi penambahan jumlah kasus setidaknya seminggu setelah berakhirnya libur bersama tersebut.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bahkan mengaku pernah meminta Satuan Tugas Penanganan Covid-19, untuk mempertimbangkan penetapan libur panjang akhir Oktober 2020 di masa pandemi virus corona (Covid-19) karena berpotensi terjadi kenaikan kasus positif usai libur panjang cukup besar. Namun, pemerintah pusat tetap memutuskan akhir Oktober tetap libur panjang dan cuti bersama.
“Sebetulnya 3 minggu yang lalu kami sudah mengajukan dalam rapat pertemuan dengan Gugus. Coba dipertimbangkan soal liburannya,” kata Anies di Polda Metro Jaya, Senin (26/10/2020) lalu.
Namun Keputusan Presiden nomor 17 tahun 2020 tentang Cuti Bersama Pegawai ASN (Aparatur Sipil Negara) tahun 2020 telah ditetapkan Presiden Joko Widodo pada tanggal 18 Agustus 2020. Jangan lupa, Kepres ini berlaku bagi para Pegawai ASN atau PNS dan PPPK atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja. bukan untuk para pengusaha dan karyawan swasta.
Untuk mengantisipasi ASN melakukan perjalanan ke luar kota, Anies menerbitkan Surat Edaran (SE) Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta Nomor 50/SE/2020 yang ditandtangani Kepala BKD DKI Jakarta, Chaidir.
“Dalam mengisi cuti bersama dan libur akhir pekan ini, sedapat mungkin menghindari perjalanan ke luar kota dan tetap berkumpul bersama keluarga, serta melakukan kegiatan di lingkungan masing-masing,”. demikian isi SE tersebut.
Chaidir mengimbau ASN DKI tetap berada di rumah dan melakukan kegiatan di lingkungan masing-masing. Jika memang perjalanan ke luar kota tidak dapat dihindari, maka ASN yang diimbau melakukan tes PCR sebelum maupun setelah melakukan perjalanan.
Sementara Gubernur Jawa Barat Ridwal Kamil membuat kebijakan berbeda. Menyadari wilayahnya menjadi tujuan wisata, Kang Emil, demikian dia biasa disapa, memberlakukan tes rapit secara acak pada masyarakat yang datang ke tempat wisata di wilayah Jawa Barat.
Hal ini dilakukan karena libur panjang kali ini tidak ada regulasi pembatasan khusus seperti pemberlakuan Surat Izin Keluar/Masuk (SIKM) yang pernah diberlakukan pemerintah pada Lebaran Idul Fitri lalu. Emil berharap tes rapit dapat mendeteksi terutama orang tanpa gejala (OTG) sehingga dapat mencegah terjadinya penularan Covid-19.
Sejalan dengan Jawa Barat, Gubernur Provinsi Jawa Tengah, Ganjar Pranowo juga menyatakan bakal menggelar tes Covid-19 selama musim libur yang akan dilakukan secara acak di tempat-tempat wisata dan pintu perbatasan daerah.
Ganjar meminta warga yang bakal dites tak perlu takut. Menurut dia, tes itu untuk mencegah penularan Covid-19. “Siapapun jangan menghindar,” kata Ganjar menghimbau.
Sementara Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan ada dua ancaman saat libur panjang Maulid Nabi Muhammad SAW pada akhir Oktober 2020, yakni potensi penularan Covid-19 dan bencana hidrometeorologi atau bencana karena faktor cuaca seperti banjir, longsor, hingga puting beliung.
Khofifah minta seluruh pihak belajar dari lonjakan kasus positif Covid-19 setelah libur panjang lebaran dan peringatan HUT RI pada Agusutus 2020.
“Banyaknya warga yang liburan dengan mudik ke kampung halaman menjadi salah satu faktor munculnya klaster liburan dan juga klaster keluarga,”.
Sikap paling jelas ditunjukkan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo (Rudy) yang dengan tegas mengimbau warganya yang bekerja di luar kota Solo untuk agar tidak pulang kampung dulu sebelum vaksin Covid-19 ditemukan, untuk mencegah terjadinya penularan virus Corona. Terlebih saat ini kasus positif yang terjadi di Solo masih cukup tinggi.
Rudi bahkan menyarankan warganya yang rindu keluarga untuk video call demi saja. Namun jika terpaksa harus pulang kota Solo, agar tetap waspada dan tetap menerapkan protocol kesehatan dengan ketat.
Mengapa para kepala daerah seolah setengah hati menghadapi libur panjang kali ini? Tentu saja karena ada kekhawatiran akan terulang lagi pengalaman dua kali cuti bersama beberapa waktu lalu, dimana terjadi peningkatan penambahan kasus Covid-19 paska libur panjang.
Daerah yang menjadi tujuan kedatangan pemudik, seperti Jateng dan Jabar juga Jatim, khawatir pendatang membawa virus Corona dan menularkan di wilayah mereka, sementara daerah asal pendatang, seperti DKI Jakarta dan sekitarnya, juga khawatir mereka membawa virus corona yang didapat selama lbur panjang di daerah.
Mengapa kekhawatiran mereka terhadap penularan begitu tinggi? Karena selama ini ada penilaian bahwa kesiapan dan keberhasilan kepala daerah dalam menangani Covid-19 dilihat dari besarnya angka positif Covid -19 yang setiap hari diumumkan oleh Satuan Tugas Covid-19.
Di sisi lain, para kepala daerah sangat berharap dengan libur panjang ini perekonomian di wilayahnya mulai bergerak setelah hampir tujuh bulan kolaps akibat pandemi Covid-19.
Bayangkan saja, berapa rupiah yang akan beredar selama libur panjang nanti baik dari transportasi, akomodasi maupun penjualan produk hasil UMKM.
PT Kereta Api Indonesia mencatat, hingga Senin (26/10/2020) sebanyak 83 ribu tiket sudah terjual dengan tanggal favorit 27 Oktober, 28, Oktober dan 1 November. Tiket yang terjual sudah mencapai 50% dari kapasitas yang disediakan. Pembelian tiket masih berlanjut.
Sementara Direktur Pemasaran dan Pelayanan PT Angkasa Pura I, Devy Suradji, mengatakan, pantauan pada sejumlah platform penjualan tiket pesawat online, beberapa maskapai penerbangan mengalami fully booked.
“(Penjualan tiket) Citilink sudah full booked. Kalau (tiket) Batik Air dan Lion Air masih ada,” kata Devy dalam telekonferensi, Senin 26 Oktober 2020.
Untuk libur panjang akhir Oktober nanti, PHRI Jawa Barat bahkan menargetkan tingkat keterisian hotel atau okupansi sebesar 70 persen.
Mudah-mudahan gairah PHRI dan pengelola tempat wisata dalam menyambut libur panjang, berbanding lurus dengan semangat para kepala daerah.
Bagaimana mencegah terjadinya penularan virus Corona? Karena utama sumber penularan virus Corona adalah percikan droplet, maka kunci pencegahannya ada pada disiplin melaksanakan tiga M, memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta menjaga jarak.
Menjadi tugas bersama untuk menegakkan disiplin protokol kesehatan agar libur panjang nanti tidak menjadi bom waktu terjadinya kenaikan angka kasus positif Covid-19.
Antisipasi sudah disiapkan para kepala daerah, antara lain melakukan tes rapid acak pada wisatawan, Polisi lalulintas dan Jasa Marga juga telah merencanakan menutup beberapa rest area untuk mencegah terjadi penumpukan orang di rest area, kemudian ada patroli malam oleh Satpol PP menyasar tempat-tempat hiburan malam.
Yang tak kalah penting adalah penegakan hukum terhadap pelanggar protokol kesehatan dalam bentuk denda yang diatur dalam perda masing-masing daerah namun jarang diterapkan. (tvl)