Orang yang salatnya dapat mencegah kerusakan dan kemunkaran, adalah orang yang mampu menerapkan nilai-nilai salat dalam kehidupan sehari-hari. Salat mereka dibekali kesadaran tinggi terhadap perintah dan larangan Allah SWT dalam Al Quran.
Oleh : H.Usep Romli HM
Ditinjau dari dampak dan pengaruhnya terhadap kehidupan, salat dapat dikategorikan dalam lima macam. Pertama, orang yang salatnya khusyu. Kedua, orang yang memelihara salatnya. Ketiga, orang yang dengan salatnya mampu mencegah kerusakan dan kemunkaran. Keempat, orang yang salatnya lalai. Kelima orang yang salatnya ingin mendapat pujian orang.
Orang yang salatnya khusyu (Q.s.Al Mu’minun: 2), juga yang salatnya terus-menerus tak pernah tinggal satu kali pun (Q.s.Al Mu’minun : 9), termasuk yang beruntung. Bersama orang yang menjauhkan diri dari perkataan dan perbuatan tak berguna, yang mengeluarkan zakat, yang mampu menahan syahwat zina, yang memelihara amanat,menjadi ahli waris surga Firdaus (Q.s.al Mu’minun 1- 11).
Salat mereka khusyu (khosyi’un) karena benar-benar dilaksanakan dengan penuh perhatian, keta’atan dan konsentrasi kepada Dzat Yang Disembah. Bersih pikiran dan perasaan dari apa-apa selain Allah (at tabarri amma siwalahi). Benar-benar menyerahkan segenap jiwa dan raga semata-mata hanya kepada Penguasa Alam Semesta.
Salat mereka tak pernah terputus.Tak pernah tinggal satu kali pun. Dalam segala situasi dan kondisi, mereka tetap menegakkan salat pada waktunya. Shalatun daimun.
Pantas dan wajar, jika mereka, pelaku salat khusyu dan langgeng lestari, mendapat ganjaran surga Firdaus.
Orang yang salatnya dapat mencegah kerusakan dan kemunkaran, adalah orang yang mampu menerapkan nilai-nilai salat dalam kehidupan sehari-hari. Salat mereka dibekali kesadaran tinggi terhadap perintah dan larangan Allah SWT dalam Al Quran. Mereka selalu menyerap isi, arti dan tujuan wahyu Allah yang terhimpun dalam KitabNya yang suci. Al Quran sebagai petunjuk dan pemisah antara hak dan batil. Mereka selalu mengingat Allah, sehingga di luar salatpun tetap patuh ta’at melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Sehingga salat mereka mampu menjadi pencegah kerusakan dan kemunkaran, baik dalam skala kecil, maupun skala besar.
Sedangkan orang yang salatnya lalai (sahun) dan ingin mendapat perhatian manusia (yuro’un), akan mendapat siksa Neraka Wail (Q.s.Al Ma’un : 5-6). Salat yang lalai adalah yang dilakukan asal-asalan. Tidak diutamakan. Waktu salat hanya merupakan waktu sisa dari berbagai kegiatan pekerjaan, rekreasi, rapat, dlsb. Jika semua itu sudah rampung, baru melaksanakan salat, walaupun saat salat sudah mendekati akhir. Termasuk salat Jum’at, baru datang jika sudah masuk waktu khutbah atau khutbah hampir selesai.
Sama sebangun dengan salat “yuro’un”. Riya. Ingin mendapat kredit point untuk kepentingan tertentu, di luar penilaian Allah SWT. Kedua jenis salat ini, dikaitkan dengan sikap perilaku mendustakan agama. Yaitu suka menghardik anak yatim dan kikir pelit dalam bersimpati kepada kaum miskin. Sehingga memberi makan mereka saja, tidak mau. Juga tidak mau memberi pertolongan kepada orang-orang yang membutuhkan (Q.s. Al Ma’un : 1-7). [ ]