Menyusul sang suami, istri mantan presiden Korea Selatan akhirnya digelandang ke hotel prodeo. Ada satu hal penting, bahwa Korea Selatan bisa membongkar kejahatan seorang pemimpin negara beserta keluarganya.
JERNIH – Kim Keon Hee, mantan Ibu Negara Korea Selatan dan istri dari mantan Presiden Yoon Suk Yeol, telah mencatat sejarah kelam dan menjadi pusat kontroversi yang mengguncang panggung politik negara tersebut.
Ia adalah istri presiden pertama yang secara resmi ditangkap dan diadili atas serangkaian tuduhan kriminal, sebuah fakta yang secara tajam menyoroti upaya penegakan hukum tanpa pandang bulu di Negeri Ginseng.
Secara total, Kim Keon Hee menghadapi hingga 16 kasus pidana, namun fokus utama penyelidikan oleh tim penasihat khusus tertuju pada beberapa dakwaan serius yang mencakup kejahatan finansial, korupsi, dan intervensi politik.

Tuduhan yang paling signifikan adalah dugaan keterlibatannya dalam manipulasi harga saham Deutsch Motors antara 2009 hingga 2012. Jaksa menuduh Kim bersekongkol dengan eksekutif perusahaan importir mobil tersebut untuk secara artifisial menggembungkan harga saham, sebuah skema yang diduga memberinya keuntungan ilegal lebih dari 800 juta won (sekitar Rp 9,6 miliar).
Selain kejahatan pasar modal, Kim Keon Hee juga dituduh melanggar Undang-Undang Anti-Korupsi melalui penerimaan suap berupa hadiah mewah. Hadiah ini termasuk tas desainer seperti Dior dan Chanel, serta perhiasan mahal, yang nilainya ditaksir mencapai puluhan juta won.
Kontroversi semakin dalam ketika terungkap bahwa penerimaan hadiah mewah, khususnya tas tangan, berasal dari seorang pendeta yang terkait dengan Gereja Unifikasi, yang diduga diberikan sebagai imbalan atas pengaruh politik atau bantuan dalam proyek pembangunan, di mana hukum Korea Selatan secara ketat melarang pejabat publik dan pasangannya menerima hadiah di atas nilai tertentu.
Di luar masalah finansial dan suap, Kim Keon Hee juga terseret dalam kasus campur tangan politik dan pelanggaran dana politik. Ia diduga terlibat dalam memengaruhi pencalonan kandidat dari partai berkuasa dalam pemilihan sela 2022 melalui broker politik dan dituduh menerima layanan jajak pendapat secara gratis sebagai bagian dari pendanaan politik ilegal.
Serangkaian kasus ini kemudian memicu proses hukum yang panjang dan bersejarah. Setelah pemeriksaan awal sebagai tersangka, jaksa mengajukan surat perintah penangkapan, yang dikabulkan oleh Pengadilan Distrik Pusat Seoul pada Agustus 2025. Alasan pengabulan surat penangkapan ini adalah kekhawatiran adanya risiko penghancuran bukti terkait berbagai kasus yang menjeratnya.
Penangkapan dan penahanan resmi Kim Keon Hee menjadi momen krusial, karena ia menjadi mantan Ibu Negara Korea Selatan pertama yang ditahan dan diadili.
Ironisnya, penahanan ini terjadi segera setelah suaminya, mantan Presiden Yoon Suk Yeol, juga telah ditangkap atas tuduhan terkait darurat militer dan pemberontakan. Dalam persidangan perdana pada September 2025, Kim menyangkal semua tuduhan, meskipun ia telah menyampaikan permohonan maaf kepada publik karena menimbulkan kekhawatiran.
Kasus pidana yang menimpa mantan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, jauh lebih serius dibandingkan kasus istrinya, Kim Keon Hee, karena menyentuh inti tatanan konstitusional negara. Yoon didakwa atas tuduhan pemberontakan (makar) dan penyalahgunaan kekuasaan yang berawal dari upayanya mendeklarasikan darurat militer singkat namun inkonstitusional pada Desember 2024.
Puncak dari proses hukum ini adalah tuntutan jaksa pada Desember 2025 yang meminta hukuman penjara gabungan selama 15 tahun dan denda miliaran won atas dakwaan manipulasi saham, suap, dan pelanggaran dana politik. Hukuman akhir yang akan diputuskan pada Januari tahun berikutnya akan menjadi penutup bagi salah satu babak paling kontroversial dalam sejarah politik Korea modern.(*)
BACA JUGA: Ribuan Balon Sampah Korea Utara Mengguyur Kompleks Kepresidenan Korea Selatan