“Marahilah dirimu sendiri, karena malas bergaul dan mengabaikan orang-orang yang ta’at kepada Allah, karena engkau menyangka, kekuasaan yang engkau miliki, akan menyelamatkanmu di dunia dan akhirat.”
Oleh : H.Usep Romli H.M.
Imam Malik bin Anas, pendiri mazhab Maliki (93-197 H /712-798 M), mengirim surat kepada Sultan Harun Ar Rasyid, raja Bani Abassiyah kelima (170-193 H/786-809 M). Surat itu berisi nasihat mengenai bermacam perkara yang wajib dijalani dan dijauhi oleh setiap pemimpin.
Sebagian isi surat Imam Malik, yang dikutip dari kitab “Washayaul Khalidah” (Beirut, 1985), antara lain :
“Engkau harus menyadari akan kepedihan kematian, dan kesusahan yang menyertainya sejak sakaratul maut, hingga jasadmu terbaring di dalam kubur. Persiapkanlan menyambut kedatangan saat yang tak dapat dihindarkan oleh siapapun juga. Perkuat imanmu kepada Allah, dan perbanyak amal salehmu kepada sesama manusia. Kerugian amat besar, jika Allah memalingkan muka darimu.”
“Tak mempedulikan suara jeritan permohonan ampun ingin dibebaskan dari siksaNya. Allah SWT hanya menjawab : “Diamlah di sana (neraka), dengan kehinadinaan. Tak perlu engkau bicara kepadaKu.” (Q.s.Al Mu’min : 108).”
“Marahilah dirimu sendiri, karena malas bergaul dan mengabaikan orang-orang yang ta’at kepada Allah, karena engkau menyangka, kekuasaan yang engkau miliki, akan menyelamatkanmu di dunia dan akhirat.”
“Tinggalkanlah segala macam perbuatan tak berguna bagi dirimu dan rakyatmu. Ingatlah sabda Nabi Saw :“Di antara keindahan keislaman seseorang, adalah meninggalkan segala macam perbuatan yang tak berguna bagi dirinya dan bagi orang banyak.”
“Kebinasaan umat-umat terdahulu, akibat tidak melaksanakan ajakan kepada yang benar (amar ma’ruf) dan mencegah dari kemunkaran (nahyi munkar). Demikian sabda Nabi Saw. Karena itu, engkau selaku pemimpin memiliki kewajiban melaksanakan amar ma’ruf nahyi munkar, sambil diberi contoh oleh engkau pribadi dan keluarga, dalam berbuat kebaikan dan meminggalkan kemunkaran itu secara nyata.”
“Perbaikilah akhlakmu, sesuai tugas kenabian Muhammad Rasulullah Saw, yang diutus Allah SWT untuk menegakkan kemuliaan ahlak. Mulailah dari berkata benar (qawlan syadida) yang akan memperbagus amal-amalanmu, dan membersihkan dosa-dosamu, serta membawamu kepada keunggulan di segala bidang, sebagaimana dijanjikan Allah SWT dalam Quran,s. al Ahzab : 70-71. Sedangkan Allah tidak sedikit pun menyalahi janji-Nya.”
“Jagalah mulutmu dari mengeluarkan perkataan buruk (hoak, fitnah, dusta, gosip), yang akan menjerumuskan dirimu ke neraka (al hadis). Tirulah sifat pada calon ahli surga, yang bertutur kata bagus, lembut, sopan dan ceria (al hadis).”
“Janganlah engkau berbuat rahasia, persekongkolan, yang akan mengundang buruk sangka. Sabda Nabi Saw : “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, janganlah berhenti di suatu tempat yang akan menimbulkan sangkaan yang bukan-bukan.”
“Jangan sekali-kali memakan rejeki haram. Baik haram dzatiyah, yang sudah jelas ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. Seperti daging babi, bangkai, darah, sesajen, dan yang kotor-kotor (khabaits), maupun haram amaliah, sekalipun dzatiyahnya halal. Seperti hasil korupsi, menipu,merampok, berjudi, berzina, dan laku maksiat lainnya.”
“Perintah Allah SWT : “Makanlah rejeki yang baik, dan perbuatlah amal yang baik.” (Q.s.Al Mu’min: 51).”
“Peliharalan rasa malu pada dirimu. Karena rasa malu itu ahlak Islam. Setiap perkara memiliki ahlak. Adapun ahlak Islam `adalah rasa malu . Nabi Saw, tidak menyukai suatu urusan digarap oleh orang-orang tak punya rasa malu, karena tak akan memperhatikan halal haram. Tak malu oleh Allah, asal mendatangkan keuntungan.”
“Bersabarlah dalam menghadapi musibah.Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya hanya orang-orang sabar, yang mendapat ganjaran tanpa batas “ (Q.s.Az Zumnar : 10).” [ ]