Tidak ada olah raga atau kegiatan fisik lain yang “sangat-sangat” menekankan pentingnya holistisitas postur ini kecuali beladiri.
Penulis: Priyanto M. Joyosukarto
JERNIH-Postur, sebuah kata yang makin hari makin sakti dan menjadi pembicaraan banyak orang termasuk Presiden dan Menteri Keuangan.
“Postur APBN kita ramping dan relatif tidak rentan goncangan global; postur perusahaan kita terlalu gemuk sehingga lamban merespon dinamika pasar; dan sebagainya”, demikian mantra-mantra sakti yang sering diucapkan para otoritas publik yang bisa bikin bawahan tahu apa yang harus dilakukan.
Kebiasaan sejak di kampus Bulak Sumur, ketika murid-murid karate saya pertama kali masuk dojo, maka “briefing” pertamanya tentang “postur” ini. Sebab postur ini menentukan:
- Kewibawaan,
- Kekuatan,
- Kesehatan,
- Keseimbangan,
- Fleksibilitas,
- Agilitas,
- Keselamatan (Semua urusan termasuk berkendara),
- Keamanan,
- Daya penggentar,
- Kemenangan, Dll.
baca juga: Pecinta Aspal: Ketika Anda Salah Bernavigasi
Jika tidak berpostur benar, otomatis akan menanggung dampak negatif yang sebaliknya dari daftar nomer satu hingga nomer sepuluh di atas.
Di dalam ruang kuliah saya sering “membetulkan” postur mahasiswa yang salah.
Tidak ada olah raga atau kegiatan fisik lain yang “sangat-sangat” menekankan pentingnya holistisitas postur ini kecuali beladiri. Lalu, apa itu “postur”?
Berdasarkan hasil riset, Gagah Dojo mendefinisikan “postur” sebagai konfigurasi bagian-bagian tubuh (bawah, tengah, atas), baik secara sendiri-sendiri maupun sinerjis-bersamaan-keseluruhan sebagai satu kesatuan utuh, relatif terhadap gaya-gaya yang bekerja padanya sedemikan rupa sehingga konfigurasi tersebutb menghasilkan *keuntungan tujuh AL, yakni; fisiologikal-psikologikal-teknikal-mekanikal-sirkumstanikal-mental-finansial yg maksimal.
Singkatnya, postur itu sikap badan mengarah kepada kemenangan. Inilah salah satu rahasia penjelas di balik penampilan fisik diri seorang karate yang distinctive across time and space!
Pecinta Aspal: Rebutan Kepertamaan
Di antara gaya-gaya yang dominan mengendalikan tubuh gerakan seorang karateka adalah;
- Gaya Gravitasi/Gaya Berat (yang timbul akibat tarikan yang mengarah ke pusat bumi),
- Gaya Sentrifugal,
- Gaya Sentripetal,
- Gaya Sodok (thrust), dan
- Gaya Tangensial.
Tergantung dinamikanya, gaya-gaya tersebut bisa bekerja dalam bentuk tekanan, momen, dan momentum.
Gaya-gaya ini menuntut:
- Pusat gravitasi tubuh serendah mungkin untuk bisa stabil.
- Pada posisi siap, kuda-kuda selebar bahu.
- Agar seimbang dan kuat saat menendang maka telapak kaki yang satu harus kuat menapak ke lantai.
- Gerak memutar bisa menekuk gerak lurus.
- Kemampuan tendangan sangat ditentukan oleh kemampuan split kaki.
- Tendangan mudah ditekuk oleh tangan.
- Dominasi tangan atas kaki, dll
Postur ini tidak statis tetapi dinamis mengikuti dinamika pikiran, perasaan, dan gerakan badan karateka. Apakah ia: (1) sedang posisi siap, (2) menahan pukulan, (3) menahan tendangan, (4) melawan bantingan, (5) memukul tunggal, (6) memukul ganda (beruntun), menendang tunggal, (7) menendang ganda, (8) membanting, (9) berubah/berbalik arah, (10) bersemedi, dll semua mensyaratkan postur berbeda-beda.
Khusus mechanical advantage ini mirip dengan “crane”. (Amatilah, dengan konstruksinya yang relatif sederhana diringkas sebuah “crane” bisa mengangkut, mengangkat, dan memindahkan obyek yang besar dan beratnya jauh melebihi dirinya. Lihat di lokasi proyek2 konstruksi atau peluncuran space shuttle, Florida.) Amazing!
Dalam urusan berkendara pun, postur tubuh ini pegang peranan penting. Bila postur salah bisa ganggu ergonomika, kenyamanan, dan fleksibilitas kendali kemudi yang semuanya bisa berujung kecelakaan.
Seperti apa seharusnya postur tubuh ketika duduk di belakang kemudi? Ini kalau dinyatakan secara kuantitatif terkait dengan sudut dan jarak malah sulit dipahami. Tapi kira-kira begini:
- Pastikan diri anda fit fisik dan mental.
- Duduk rilek di belakang kemudi.
- Pandangan lurus ke depan.
- Beri perhatian pada kemiringan siku, lengan, bahu, lutut dan telapak.
- Ibaratkan roda kemudi itu sebuah lingkaran jam.
- Pegang roda kemudi dengan tangan kiri pada lokasi sekitar pukul 9.30 dan tangan kanan pada lokasi sekitar pukul 2.30.
- Atur jarak/posisi kursi dari kemudi dan setel kemiringan bahu sedemikian sehingga antara kedua lengan atas kedua tangan dengan tubuh berjarak satu kepalan di bawah ketiak. (Tebal satu kepal dan besar sudutnya persis sama dengan pada gerakan tangkisan terhadap serangan ke arah tengah: seiken/haito chuudan soto/uchi uke).
Dengan tujuh ketentuan itu maka anda mampu duduk nyaman (K ketiga dari tujuh K) dalam jangka waktu panjang.
Kedua lengan anda juga punya fleksibilitas cukup untuk manuver memutar roda kemudi bolak-balik pada segala medan jalan. Dan kemiringan telapak kaki cukup untuk menekan pedal kopling, gas, dan rem secara maksimal.
Silahkan mencoba.
Penulis, Priyanto M. Joyosukarto, KOMTRASS & TSS Founder/ Nuclear Engineer/ Industrial Safety&Security Lecturer/ Kyokushin Karate Instructor/ TSA Inspirator & Motivator.