Di jalan tol, game nya beda lagi. Salah satunya saling serobot lajur. Banyak yang zig zag kanan kiri sehingga total jendral stress dan waktu tempuh semunya bertambah.
Penulis: Priyanto M. Joyosukarto,
JERNIH-Suatu sore di Depok, dari Hotel Margo City saya akan pergi ke Apartemen Margonda Residence, sama-sama di Jln. Margonda Raya, berjarak satu kilometer. Meski dekat tapi kalau dengan mobil sendiri harus mutar balik tiga kilometer di tengah kemacetan sehingga saya harus naik angkot di seberang depan hotel, depan Detoz.
Saya masuk ke angkot antrian terdepan, ngetemnya 30 menit karena ternyata para penumpang tidak mau tertib, malah naik angkot antrian kedua sehingga penuh duluan.
Interaksi rebutan penumpang antara kedua angkot yang diperparah apatisme penumpang itu bisa menjadi simbol “zero sum game” jalanan.
Sopir angkot kedua mencurangi sopir angkot pertama dengan membiarkan penumpang masuk ke angkotnya di antrian kedua dan mengakibatkan keduanya sama-sama telat jalan dan telat sampai tujuan; keduanya sama-sama rugi waktu dan bensin; penumpang juga rugi; publik pemakai jalan lebih rugi lagi karena ngetem terlalu lama bikin macet jalanan tiga lajur yang lajur pertama praktis dipenuhi mobil-mobil yang mau putar balik itu. Akhirnya jarak satu kilometer ditempuh satu jam.
Seandainya ada aturan “first come-first full-first go” akan sangat efisien! Pasti pemobil pribadi mau naik angkot/angum. Efisiensi nasional bertumbuh.
Kalau kita cermati, ada terlampau banyak ragam “game” di ruang publik kita ini, mulai dari ” -100, 0, 100 sum game”. Itulah biang kerok kekacauan domain publik. Makna “minus” menunjukkan kerugian yang diderita publik. Sementara bagi para pemainnya bisa buntung (0) ataupun untung (100).
baca juga: Pecinta Aspal: Manajemen Risiko “ABCDEFGHIA” dan “SIPDE”
Di jalan tol, game nya beda lagi. Salah satunya saling esrobot lajur. Banyak yang zig zag kanan kiri sehingga total jendral stress dan waktu tempuh semunya bertambah.
Game yang lain adalah rebutan antrian di jalanan menyempit; underspeed di lajur cepat; dan masuk bahu jalan. Semuanya dengan konsekuensi yang makin beragam..
“Bersama-sama terbukti kita belum bisa efisien, efektif, selamat, dan aman”.
Dalam skala nasional, kebijakan pengampunan pajak kalua tidak selektif bisa menjadi “game” beneran. Coba bayangkan, maling bawa duit curian lari ke luar negeri untuk disimpan dan foya-foya. Lalu ada pengampunan pajak, mereka pulang kembali bawa duit “tercuci bersih” bak pahlawan.
Kalau itu sampai terjadi maka bagi si maling itu “100% sum game”, sementara bagi rakyat sebaliknya, “-100% sum game”.
baca juga: Pecinta Aspal: Hati-Hati Parkir Tegak Lurus dengan Gerakan Maju
Jelas sekali bahwa game-game semacam itu pasti mengganggu keselamatan dan keamanan publik. Banyak kecelakaan dan perkelahian yang bermula baik langsung maupun tidak langsung karena rebutan penumpang.
Banyak kecelakaan di tol krn gerakan zig zag dan srobot bahu jalan. Dan itu semua bisa dipicu oleh ulah pengendara yang underspeed di lajur cepat.
Masih ada 1001 jenis, macam, dan bentuk “game” di negeri ini. Silahkan dikaji, diidentifikasi, dan dicarikan solusinya bagi anda yang ingin merubah dunia! Hanya manusia-manusia bejat moral yang suka main “game” yang merusak itu. Mereka diam-diam bahkan terus terang mencari keuntungan atas biaya kerugian pihak lain.
stop playing the game!!!!!!!
Priyanto M. Joyosukarto, KOMTRASS & TSS Founder/ Nuclear Engineer/ Industrial Safety&Security Lecturer/ Kyokushin Karate Instructor/ TSA Inspirator & Motivator.