Jernih.co

Pemulihan Ekonomi Tak Pernah Terjadi

Untuk meraih capaian yang hanya segitu, Trump membutuhkan salah satu pemotongan pajak terbesar dalam sejarah. Pemotongan yang sangat menguntungkan bisnis dan orang kaya Amerika, sambil menggelembungkan defisit perekonomian kita.

Oleh   : Steven Rattner

JERNIH– Ketika Partai Republik mengambil panggung virtual untuk konvensi mereka pekan ini, kita berharap untuk mendengar banyak perdebatan tentang betapa hebatnya pertumbuhan ekonomi di bawah kepemimpinan Donald Trump, dan seberapa cepat ekonomi kita kembali normal akibat penutupan (lockdown) seiring datangnya virus.

Steven rattner,Jernih.co,Wall street,
Steven Rattner

Sayangnya, kedua pernyataan itu tidak benar.

Ya, ekonomi tumbuh dan menghasilkan lapangan kerja selama tiga tahun pertama Trump menjabat. Tetapi kinerja Trump selama periode itu lebih lemah daripada apa yang terjadi selama tiga tahun terakhir masa kepresidenan Barack Obama. Hampir persis bahwa Trump menghasilkan lapangan kerja 1,5 juta lebih sedikit dibandingkan  apa yang dihasilkan selama tiga tahun terakhir Obama.

Tanpa fakta, Trump melakukan kebohongan. Dia telah mengklaim lebih dari 360 kali bahwa perekonomian AS di masa kerjanya adalah yang “terkuat yang pernah ada”. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi tahunan di bawah Trump berada di peringkat ketujuh di antara 11 pendahulunya. Dan pertumbuhan riil justru melambat di masing-masing tiga tahun terakhir kepemimpinan Trump.

Untuk meraih capaian yang hanya segitu, Trump membutuhkan salah satu pemotongan pajak terbesar dalam sejarah, pemotongan yang sangat menguntungkan bisnis dan orang kaya Amerika, sambil menggelembungkan defisit perekonomian kita. Hampir 85 persen dari keuntungan tagihan pajak, masuk ke bisnis dan mereka yang berpenghasilan di atas 75.000 dolar AS.

Orang Amerika dengan pendapatan 20 persen teratas menerima kenaikan 2,9 persen dalam pendapatan setelah pajak mereka. Sementara kelas menengah Amerika hanya mendapat kenaikan 1,6 persen. Bisnis menanggapi pemotongan tersebut dengan menaikkan dividen dan pembelian kembali saham ke rekor tertinggi, sementara peningkatan awal investasi modal dengan cepat memudar.

Pemerintahan Trump mengklaim bahwa undang-undang tersebut akan membayar sendiri melalui peningkatan aktivitas ekonomi. Itu, tidak mengherankan, ternyata justru kebohongan lain. Defisit melonjak menjadi lebih dari  1 triliun dolar AS tahun lalu dari 681 miliar dolar pada 2017, tahun kalender sebelum pemotongan pajak.

Lalu datanglah virus.

Penanganan krisis secara ‘mengerikan’ yang dilakukan Presiden Trump, secara langsung diterjemahkan ke dalam masalah besar yang kita hadapi sekarang: ekonomi yang mengalami krisis terburuk sejak “Great Depression”.

Sejak awal, Trump berbicara tentang pemulihan cepat dan recovery kurva “V” yang diidealkannya. Pada bulan April, menantu laki-lakinya, Jared Kushner, mengatakan ekonomi akan “goyang” pada Juli. Kurang dari dua bulan lalu, Trump menyatakan, “Ekonomi Amerika sekarang bangkit kembali seperti yang belum pernah dilihat siapa pun sebelumnya,” seraya mengklaim, “Semua berita luar biasa ini adalah hasil dari tindakan bersejarah yang telah diambil pemerintahan saya.”

Tapi bukan itu yang sebenarnya kita miliki. Apa yang kita miliki adalah ekonomi yang amburadul.

Ekonomi kita telah berkontraksi sebesar 10,6 persen selama enam bulan pertama tahun 2020, sejauh ini merupakan penurunan terbesar dan tercepat sejak “Great Depression”. Pengangguran melonjak menjadi 14,7 persen. Lebih dari 22 juta orang kehilangan lapangan kerja.

Dan rasa sakit itu dirasakan secara tidak proporsional oleh wanita, orang kulit berwarna, muda, pekerja bergaji rendah dan mereka yang berpendidikan rendah. Misalnya, hampir seperempat pekerjaan yang dipegang oleh orang Amerika dengan pendidikan kurang dari sekolah menengah telah hilang, dibandingkan dengan hanya 2 persen pekerjaan yang dipegang oleh mereka yang memiliki gelar sarjana.

Hampir di setiap pengukuran, warga kulit hitam Amerika bernasib jauh lebih buruk daripada orang kulit putih, termasuk tingkat penutupan bisnis milik orang kulit hitam yang lebih tinggi. Di bawah pemerintahan Trump, jauh sebelum virus melanda–pendapatan rumah tangga rata-rata warga kulit hitam, yang merupakan 66,5 persen dari rumah tangga kulit putih pada tahun 2016, telah turun menjadi 62,4 persen dari tingkat rumah tangga kulit putih pada 2018.

Angka-angka statistik ini sangat mengecilkan hati. Angka pengangguran riil naik menjadi hampir 32 persen di bulan April, setelah memasukkan semua orang yang bekerja paruh waktu tetapi mencari pekerjaan penuh waktu dan mereka yang tidak memiliki pekerjaan tetapi menginginkannya. Bahkan sekarang, setelah pemulihan yang dijanjikan, 28 juta orang Amerika menerima tunjangan sebagai pengangguran.

Pertumbuhan lapangan kerja di bulan Juli kurang dari setengah kecepatan kenaikan yang terjadi di bulan Juni, dan angka bulan Agustus mungkin menunjukkan peningkatan yang lebih kecil atau – luar biasa – tidak ada pertumbuhan lapangan kerja sama sekali. Hanya 42 persen dari pekerjaan yang hilang telah dipulihkan sejauh ini.

Ada bukti bahwa gelombang kedua pemutusan hubungan kerja dan cuti sedang berlangsung–kira-kira tiga dari lima pekerja yang dilaporkan telah kembali bekerja, telah diberhentikan lagi atau diberi tahu bahwa mereka berisiko kembali dipecat.

Sebagian besar ancaman kerusakan itu kini menjadi tidak dapat diubah. Menurut data yang dikumpulkan Yelp, lebih dari separuh penutupan bisnis yang bersifat sementara saat wabah virus mulai, sekarang dianggap permanen. Lebih banyak pengecer bangkrut dalam delapan bulan pertama tahun 2020, dibandingkan di seluruh tahun 2008, selama terjadinya Resesi Hebat. Di semua industri, pengajuan “Bab 11” (pengajuan Pailit) pada Juli lalu melonjak 52 persen, dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, tanpa  akhir cerita yang bisa diprediksi.

Dan ekonomi kita berada dalam bahaya yang lebih besar karena Donald Trump, yang menyatakan dirinya sebagai pembuat kesepakatan terbesar dalam sejarah, tidak dapat membuat kesepakatan dengan Partai Demokrat tentang paket penyelamatan berikutnya yang sangat dibutuhkan.

Meskipun proposal yang dia coba lakukan melalui tindakan eksekutif mungkin ilegal, proposal tersebut sangat menggelikan dalam konstruksinya: “pemotongan pajak gaji” yang sama sekali bukan pemotongan pajak–dan bahkan jika demikian, itu akan menjadi cara yang salah untuk memberikan bantuan kepada rata-rata orang Amerika. Tunjangan pengangguran khusus sebesar 300 dolar per minggu, setengah dari jumlah yang diberikan anggota parlemen di putaran pertama, CARES Act. Tidak ada untuk sekolah, tidak ada untuk pengujian virus, tidak ada untuk pemerintah negara bagian dan lokal.

Dalam dunia bisnis, ketika seorang karyawan tidak berprestasi, tentu dia akan segera kita pecat. (Meskipun tidak seperti yang dilakukan Trump dalami “The Apprentice.”) [The New York Times]

Steven Rattner, penasihat Menteri Keuangan dalam pemerintahan Obama, adalah seorang eksekutif di Wall Street.

Exit mobile version