Walau berbeda, mereka berdua itu ada supaya menjadikan hidup ini harmoni dan seimbang. Di atas keseimbangan itulah nilai-nilai kemanusiaan bisa ditegakkan.
JERNIH– Saudaraku,
Tahukah engkau makna-filosofis di balik angka-angka itu seperti apa?
Simaklah. Satu (1) adalah wujud manusia. Makhluk pertama kali yang Tuhan ciptakan. Memiliki kesempurnaan berupa akal dan pikiran. Melambangkan Adam yang pertama kali diciptakan oleh Allah. Atas perintah-Nya, semua malaikat, jin, dan ibilis, mesti bersujud kepadanya. Tunduk. Patuh. Kecuali iblis, sang pembangkang. Ruh dan jasad menyatu. Beranjak menuju titik-tumpu dan titik-tuju yang satu: cahaya-Mu.
Dua (2) adalah wujud adanya Hawa. Sesuatu yang bertolak belakang, tapi saling harmoni atau berpasangan dengan Adam. Artinya, apa-apa yang diciptakan oleh Allah, sejatinya pasti memiliki dua kutub. Laki-laki dan perempuan. Siang dan malam. Besar dan kecil. Kebaikan dan keburukan. Walau berbeda, mereka berdua itu ada supaya menjadikan hidup ini harmoni dan seimbang. Di atas keseimbangan itulah nilai-nilai kemanusiaan bisa ditegakkan.
Tiga (3) adalah kekuatan (akal) manusia untuk hidup di dunia. Tiga kemampuan yang diberikan oleh Allah sebagai bekal mampir di dunia. Cipta, rasa, karsa. Cipta adalah daya manusia untuk membuat atau melahirkan segala sesuatu hal. Rasa adalah perasaan manusia atas apa yang ia cipta atau temui di dunia ini. Dari rasa pulalah manusia mampu memberikan opini enak atau tidak enak, bagus atau tidak bagus, baik atau buruk.
Lalu karsa. Berarti kehendak atas dua sebelumnya: mau menggunakan daya cipta dan rasanya untuk apa? Kebaikan atau keburukan? Karsa bisa disandingkan dengan moral atau etika. Sebuah keputusan manusia terhadap suatu hal. Dengan tiga ini, manusia mampu bertahan hidup. Cakap mengerti mana yang lebih ada manfaatnya: semak belukar atau tanaman padi? Sanggup berkehendak menanam padi demi memberikan kebutuhan pangan antarsaudara di muka bumi ini atau sebagai bahan monopoli.
Empat (4) adalah lambang dari unsur-unsur di dunia yang mampu membantu manusia melakukan cipta, rasa, karsa dalam hidupnya. Ia adalah lambang dari empat elemen: tanah, air, udara, dan api. Manusia takkan bisa hidup jika tanpa adanya keempat elemen tadi. Lagi-lagi, Tuhan sudah memperhitungkan semuanya supaya manusia mampu hidup di dunia ini.
Manusia akan mati jika tidak bisa minum. Manusia tidak akan bisa menanam tanaman pangan jika tidak ada tanah. Manusia akan sesak dadanya, berhenti aliran darahnya, degup jantungya, jika tidak ada udara atau oksigen. Manusia tidak akan bisa mengolah makanan atau mengerti mana yang enak dan tidak enak jika tidak ada api sebagai sumber energi.
Semua elemen itu harus seimbang. Jika tidak seimbang, akan muncul kejadian alam. Selamilah. Gunung meletus mengisyaratkan tidak seimbangnya elemen api dan tanah; tsunami mengisyaratkan tidak seimbangnya elemen air; puting beliung mengisyaratkan tidak seimbangnya elemen udara; tanah longsor mengisyaratkan tidak seimbangnya elemen tanah.
Itu pertanda bahwa manusia harus membuat semua (alam) menjadi harmonis kembali. Hiduplah engkau dengan penuh keseimbangan. Tanpa rakus dan takabur. Ada hal lain yang akan melengkapi simbol dari angka empat ini, yaitu perlambang sebagai kiblat manusia menuju ke kesempurnaan hidup. Kedamaian sejati. Ya, arah mata angin berupa utara, barat, selatan, timur. [Deden Ridwan]