Jernih.co

“Percikan Agama Cinta”: Jangan Jadi Muslim Pembenci, Jangan Jadi Pembenci Muslim

Sadarlah. Ekosistem itu bisa membentuk sikap, perilaku, dan budaya. Hanya dalam sistem sosial-digital yang sehat, sosok Muslim ngefriend akan tumbuh, subur, berkembang-biak secara positif.

JERNIH–Saudaraku,

Jangan hapus kebodohan dengan kepandiran. Karena jika itu terjadi, justru akan menjadikan hidupmu semakin dikuasai khalayak dungu dalam pelbagai level kehidupan.

Kultur jahiliyah menjadi habitus yang berlindung di balik topeng agama: membentuk kelompok-kelompok strategis atas nama kebenaran-kesalehan.

Deden Ridwan

Jangan melawan kezaliman dengan kekejian. Karena jika itu terjadi, malah akan menjadikan hidupmu dibentuk ekosistem kemungkaran.

Kebengisan merajalela di mana-mana sebagai watak sosial yang dirayakan penuh keceriaan tanpa keadaban.

Jangan menghadapi kemarahan dengan kedendaman. Karena jika itu terjadi, akan menjadikan dirimu semakin dikuasai ego tanpa batas.

Mengerdilkan akal-sehat, mematikan budaya saling memaafkan berbasiskan kasih-sayang.

Ketahuilah. Menjadi Muslim sejati itu rumusnya hanya satu: cinta. Dari rahim cinta itu lahirlah kesabaran, kelembutan, kebijaksanaan, dan kearifan dalam bentuk akhlak mulia.

Merujuk pada satu sosok manusia agung-ikonik di belahan jagat: Muhammad Rasulullah SAW, Sang Nabi Cinta, teladan kita. Lalu, jika engkau tumbuh menjadi pembenci: siapa sesungguhnya teladanmu itu?

Sadarlah. Ekosistem itu bisa membentuk sikap, perilaku, dan budaya. Hanya dalam sistem sosial-digital yang sehat, sosok Muslim ngefriend akan tumbuh, subur, berkembang-biak secara positif.

Renungkanlah. Benar, lingkungan sosial adalah kunci. Kita mesti terus berjuang melawan racun-racun, virus-virus prasangka, dendam, nifak dan penyakit hati lain yang kerap bersembunyi di balik tembok-tembok langit. Karena penyakit-penyakit itu menjadi hambatan utama demi melahirkan sosok muslim sejati.

Saudaraku, semoga kita bisa berperan membangun lingkungan yang ramah, penuh cinta dan kasih sayang, adil serta terbuka (egaliter). Paling tidak di lingkungan terdekat tempat kita berada. Hanya dengan cara itu, pesan-pesan ilahi bisa engkau rasakan setiap saat. [Deden Ridwan]

Exit mobile version