Ali menjawab: ilmu lebih baik daripada harta. Orang itu bertanya: dalilnya apa? Ali menjawab: ilmu itu warisan para nabi. Harta itu warisan Qarun, Syaddad, dan Fir’aun.
JERNIH– Saudaraku,
Dalam kitab “Mawaa’idul Usfuriah”, lembar keempat, Rasulullah Saw pernah berpesan: “Membaca al-Quran itu amal orang-orang terjaga. Shalat itu amal orang-orang tak berdaya. Puasa itu amal orang-orang miskin. Tasbih itu amal orang-orang perempuan. Sedekah itu amal orang-orang murah hati. Tafakur itu amal orang-orang lemah. Amalkanlah itu semua!”
Rasulullah pun melanjutkan pesannya. “Maukah kutunjukkan kepada kalian amal para pahlawan?” Ada yang bertanya: “Ya Rasulullah, apakah amal para pahlawan itu?” Beliau menjawab: “Menuntut ilmu. Karena ilmu adalah cahaya orang mukmin di dunia dan akhirat.”
“Aku adalah kota ilmu. Sedangkan Ali adalah pintunya”, demikian Sang Nabi cinta, menegaskan.
Ketahuilah. Tatkala kaum Khawarij mendengar hadits ini, mereka mendengki kepada Ali ra. Maka, berkumpullah sepuluh orang pemukanya, lalu berkata: “Kita akan menanyakan satu masalah dan melihat bagaimana ia menjawab. Seandainya ia menjawab masing-masing dari kita dengan jawaban lain, tahulah kita bahwa ia seorang alim ( muāllim) sebagaimana dikatakan oleh Nabi Saw.
Seorang di antara mereka pun datang kepada Ali bertanya: Hai Ali, mana yang lebih baik, ilmu atau harta? Ali menjawab: ilmu lebih baik daripada harta. Orang itu bertanya: dalilnya apa? Ali menjawab: ilmu itu warisan para nabi. Harta itu warisan Qarun, Syaddad, dan Fir’aun. Kemudian pergilah orang itu.
Datang lagi seorang lain, lalu bertanya seperti orang pertama. Ali menjawab: ilmu lebih baik daripada harta. Orang itu bertanya: dengan dalil apa? Ali menjawab: ilmu menjagamu, sedangkan engkau menjaga harta. Kemudian pergilah orang itu.
Datang lagi seorang lain, lalu bertanya seperti pertanyaan orang pertama dan kedua. Maka Ali menjawab: ilmu lebih baik daripada harta. Orang itu bertanya: dengan dalil apa? Ali menjawab: pemilik harta mempunyai banyak musuh. Pemilik ilmu memiliki banyak teman. Kemudian pergilah orang itu.
Datang lagi seorang lain, lalu bertanya: mana yang lebih baik, ilmu atau harta? Ali menjawab: ilmu lebih baik daripada harta. Orang itu bertanya: dengan dalil apa? Ali menjawab: apabila engkau belanjakan hartamu, ia akan berkurang. Jika engkau amalkan ilmumu, ia akan bertambah. Kemudian pergilah orang itu.
Datang lagi seorang lain, lalu bertanya: mana yang lebih baik, ilmu atau harta? Ali menjawab: ilmu lebih baik daripada harta. Orang itu bertanya dengan dalil apa? Ali menjawab: pemilik harta bisa dipanggil si pelit dan menjadi hina. Sedangkan pemilik ilmu dipanggil dengan sebutan agung dan mulia. Kemudian pergilah orang itu.
Datang lagi seorang lain lalu bertanya: mana yang lebih baik, ilmu atau harta? Ali menjawab: ilmu lebih baik daripada harta. Orang itu bertanya: dengan dalil apa? Ali menjawab: pemilik harta akan dihisab pada hari kiamat. Sedangkan pemilik ilmu akan memberi syafaat pada hari kiamat. Kemudian pergilah orang itu.
Datang lagi seorang lain lalu bertanya: mana yang lebih baik, ilmu atau harta? Ali menjawab: ilmu lebih baik daripada harta. Orang itu bertanya: dengan dalil apa? Ali menjawab: harta itu makin lama didiamkan, makin bertambah usang. Sedangkan ilmu itu tidak bisa lapuk dan usang. Kemudian pergilah orang itu.
Datang lagi seorang lain lalu bertanya: mana yang lebih baik, ilmu atau harta? Ali menjawab: ilmu lebih baik daripada harta. Orang itu bertanya: dengan dalil apa? Ali menjawab: harta itu bisa membuat hati menjadi keras. Sedangkan ilmu itu menerangi hati. Kemudian pergilah orang itu.
Datang lagi seorang lain lalu bertanya: mana yang lebih baik, ilmu atau harta? Ali menjawab: Ilmu lebih baik daripada harta. Orang itu bertanya: dengan dalil apa? Ali menjawab: pemilik harta dikatakan sebagai pemilik dengan sebab harta, sedangkan orang berilmu mengaku sebagai hamba Allah.
Ingatlah. Sayyidina Ali ra berujar. Andaikata mereka bertanya tentang ini niscaya akan kujawab dengan jawaban lain selama aku hidup. Kemudian datanglah mereka semua ke hadapanku, dan menyerah kalah. [Deden Ridwan]