Namun, kata Desmond, ia tidak menyerukan redistribusi. Ia mencontohkan sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa jika hanya satu persen teratas dari warga AS membayar pajak sesuai dengan jumlah yang harus dibayarkan –jadi bukan mereka membayar lebih banyak pajak, tetapi berhenti menghindari tagihan pajak — AS sebagai bangsa dapat mengumpulkan 175 miliar dollar lebih banyak setiap tahun. “Itu hampir cukup untuk menarik semua orang keluar dari kemiskinan,”kata dia.
Oleh : Darmawan Sepriyossa
JERNIH–Dalam bukunya yang baru terbit 21 Maret lalu, “Poverty, by America,” sosiolog pemenang Hadiah Pulitzer 2017 untuk nonfiksi umum, Matthew Desmond, mengatakan bahwa kemiskinan tetap ada di AS karena banyak orang Amerika dan perusahaan besar mendapat untung dari kemiskinan.
Uraian yang segera membawa kita kepada tulisan pendahulu Desmond, sosiolog Amerika kelahiran Jerman, Herbert J. Gans, dalam papernya yang menyentak publik pada 1971, “The Uses of Poverty: The Poor Pay All”.
Selama 50 tahun terakhir, Amerika telah berhasil memberantas cacar, mengurangi angka kematian bayi dan kematian akibat penyakit jantung sekitar 70 persen, menambah satu dekade kehidupan rata-rata orang Amerika dan menemukan internet.
Akan tetapi, dalam hal tingkat kemiskinan nasional, AS hampir tidak membuat kemajuan. Pada tahun 1970, sedikit lebih dari 12 persen populasi AS dianggap miskin. Pada 2019, masih sekitar 11 persen.
Dalam buku barunya, “Poverty, by America”, sosiolog Matthew Desmond mengajukan alasan stagnasi itu: semua orang mendapat manfaat dari adanya kemiskinan. Desmond mengatakan, banyak individu dan perusahaan besar AS mendapat untung dari puluhan juta orang Amerika yang hidup dalam kemiskinan, dan bagaimana keadaan akhirnya mulai berubah.
Dalam “The Uses of Poverty: The Poor Pay All”, Prof. Herbert J. Gans, menyatakan ada 13 fungsi orang miskin bagi komunitas. Dari 13 itu, kita coba lihat enam yang paling dekat dengan kehidupan kita juga di Indonesia.
Fungsi pertama kemiskinan adalah menyediakan tenaga kerja untuk pekerjaan-pekerjaan kotor, tidak terhormat, berat, berbahaya, tetapi dibayar murah. Orang miskin diperlukan untuk membersihkan got-got yang mampet, membuang sampah, menaiki gedung yang tinggi, bekerja di pertambangan yang tanahnya mudah runtuh, jaga malam, atau memelihara binatang milik orang-orang kava. (Menurut alm Kang Jalal, seringkali mereka menjadi pelayan tuan dan binatang peliharaannya sekaligus), Bayangkan apa yang terjadi bila orang miskin tidak ada. Sampah bertumpuk, rumah dan pekarangan kotor, bangunan terbengkalai, binatang peliharaan mengamuk, mavat-mayat tidak terkuburkan, yang membuat para tuan besar tidak dapat tidur dengan tenang.
Fungsi kedua kemiskinan adalah menambah atau memperpanjang nilai-guna barang atau jasa. Baju bekas yang sudah tidak terpakai dapat dijual (atau dengan bangga dikatakan ’’di-infaq-kan”) kepada orang-orang miskin. Begitu pula barang-barang apkiran: potongan kue biskuit, buah-buahan yang hampir membusuk, sayuran yang tidak laku, makanan dan minuman yang tidak laik dikonsumsi manusia, tempat tinggal yang ditelantarkan orang (seperti kolong jembatan, pinggiran rel kereta api, rumah ambruk, dan kuburan), Semuanya menjadi bermanfaat (atau dimanfaatkan) orang-orang miskin.
Fungsi ketiga kemiskinan adalah mensubsidi berbagai kegiatan ekonomi yang menguntungkan orang-orang kaya. Pegawai-pegawai kecil, karena dibayar murah, mengurangi biaya produksi dan akibatnya melipatgandakan keuntungan. Petani tidak boleh menaikkan harga beras mereka untuk mensubsidi orang-orang kota. Birokrat-birokrat kecil yang gajiny kurang, menutupi kekurangan itu dengan memeras orang-orang miskin. Pernah dilaporkan pada era pra-reformasi bahwa sumbangan sektor informal untuk perekonomian Indonesia sangat menentukan. Sektor ini telah menyelamatkan pemerintah Indonesia dari ledakan pengangguran.
Fungst keempat kemiskinan adalah menyediakan lapangan kena. Bagaimana mungkin orang miskin memberikan lapangan kena? Karena ada orang miskin lahirlah pekerjaan tukang kredit (barang atau uang), perjudian (yang pernah diorganisasikan secara resmi dan menghasilkan ratusan miliar rupiah), juga melahirkan aktivis-aktivis LSM yang menyalurkan dana dari badan-badan internasional, serta tentu saja berbagai kegiatan yang dikelola Kementerian Sosial.
Fungsi kelima kemiskinan adalah memperteguh status sosial orang-orang kaya. Perhatikan jasa orang miskin pada perilaku orang-orang kaya baru (OKB). Sopir yang menemaninya memberikan label bos kepadanya. Nyonya dapat menunjukkan kekuasaannya dengan memerintah inem-inem mengurusi rumah-tangganya. Ia sendiri sekarang mempunyai waktu untuk menghadiri kegiatan wanita modern: arisan, kursus kecantikan atau kegiatan-kegiatan “sosial” lainnya.
Fungsi keenam, orang miskin juga bermanfaat untuk dijadikan tumbal pembangunan. Untuk mempertahankan martabat bangsa di hadapan bangsa-bangsa asing, pekerjaan yang tidak manusiawi harus dihapuskan. Untuk itu, dulu, ribuan tukang becak disiapkan menjadi tumbal. Ke sini, kita melihat banyak penjaga tol, pelayan toko, buruh, dll kehilangan pekerjaan karena ‘kemajuan’.
Kembali kepada “Poverty, By America”, Desmond memulai bukunya dengan kutipan dari pengarang Rusia, Leo Tolstoy: “Kita membayangkan bahwa penderitaan mereka adalah satu hal, dan hidup kita adalah hal lain.” Ternyata, dalam wawancara dengan Annie Nova dari CNBC, Desmond mengatakan, AS adalah negara yang masyarakatnya sangat tersegregasi. “Saya pikir banyak dari kita yang menjalani kehidupan sehari-hari, hanya melihat kemiskinan dari jendela mobil atau di berita,”kata dia. Dengan begitu, kebanyakan warga AS tak pernah merasa tersentuh melihat kemiskinan. Mereka itulah yang menurut Desmond “musuh orang miskin tanpa disadari”.
Desmond mencontohkan, AS memiliki program nasional yang tidak hanya untuk orang miskin. Pada tahun 2020, negara itu menghabiskan 53 miliar dolar untuk bantuan perumahan langsung kepada yang membutuhkan, melalui hal-hal seperti perumahan umum atau voucher pengurang beban sewa. Pada tahun yang sama, kata Desmond, AS membelanjakan lebih dari 190 miliar dolar untuk subsidi pajak pemilik rumah. “Melindungi dan memperjuangkan subsidi tersebut hanya menyisakan lebih sedikit uang untuk memerangi kemiskinan,”kata Desmond.
Namun, kata Desmond, ia tidak menyerukan redistribusi. “Itu berarti melepaskan sesuatu yang menjadi milik saya dan yang telah saya peroleh,”kata dia. Yang ingin ia garis bawahi adalah bantuan yang kurang banyak dan masih banyak bantuan yang dikelola dengan buruk. Ia mencontohkan sebuah penelitian yang diterbitkan baru-baru ini di AS, yang menunjukkan bahwa jika hanya satu persen teratas dari warga AS membayar pajak sesuai dengan jumlah yang harus dibayarkan –jadi bukan mereka membayar lebih banyak pajak, tetapi berhenti menghindari tagihan pajak — AS sebagai bangsa dapat mengumpulkan 175 miliar dollar lebih banyak setiap tahun. “Itu hampir cukup untuk menarik semua orang keluar dari kemiskinan,”kata dia.
Artinya, Desmond meminta IRS—Ditjen Pajak kalau di sini—lebih banyak lagi bekerja dan melakukan penegakan hukum. Dan kalau di sini, kurangi korupsi mereka.
Yang membuat Desmond merasa harus menuliskan bukunya itu, kata dia, adalah rasa malunya sebagai bangsa besar. “Seharusnya itu membuat kita malu karena kita tidak berhasil melakukannya (penghapusan kemiskinan). Lebih buruk lagi secara moral. Kita ini negara kaya. Kita seharusnya malu karena begitu banyak orang hidup dengan ketidakpastian dan penderitaan,”kata dia.
Saat ditanya CNBC, dengan cara apa perusahaan besar di AS mendapat untung dari kemiskinan di sana, Desmond menjawab tegas. Menurutnya, ketika kekuatan serikat mulai berkurang, upah pun mulai berkurang. Kemudian kompensasi CEO mulai tumbuh. Korporasi telah menggunakan kekuatan ekonomi itu dan memindahkannya ke dalam kekuatan politik untuk mempersulit pengorganisasian, bahkan untuk memerangi upaya serikat pekerja mendapatkan upah yang lebih baik.
Sebagai tawaran solusi selain pemajakan yang lebih adil dan transparans, Desmond menyerukan warga AS untuk menjadi seorang “abolisionis” dalam penghapusan kemiskinan.
“Saya pikir itu harus menjadi sebuah gerakan. Gerakan abolisionis yang penuh komitmen untuk mengakhiri kemiskinan. Saya memandang kemiskinan bukan sebagai sesuatu yang harus kita perbaiki, tetapi yang harus kita hapus. Karena itu dosa. Itu memalukan bangsa,”kata dia.
Caranya, menurut dia, para warga AS bisa saja mendukung proyek perumahan yang terjangkau yang coba dibunuh oleh para tetangga yang kaya. “Anda dapat berkata lantang, “Saya tidak akan menolak kesempatan anak-anak lain sebagaimana yang anak-anak saya miliki, untuk tinggal di sini. Saya tidak akan menerima segregasi. Berbelanjalah di tempat-tempat yang benar, yang tidak mencoba untuk menghancurkan serikat pekerja,”kata dia. Dia yakin, kalau itu menjadi Gerakan, maka akan sangat efektif. [INILAH.COM]