Site icon Jernih.co

Pria di Semua Perkara

Pak JK dalam syukuran ultah dan peluncuran buku Hamid Awaluddin

JK disebut terang-terangan atau terselip lamat-lamat di antara bisik-bisik tentang banyak perkara: dari soal listrik, roda pemerintahan, jabatan-jabatan, masalah hukum, agama, bisnis, dan sebagainya. Dari yang nyata sampai karang-karangan, yang dilihat dan didengar langsung sampai yang disampaikan melalui tangan ke sekian. Dari yang terekam dalam lembaran negara atau media massa sampai sekadar hembusan rumor dan sassus belaka.

Oleh  : Tomi Lebang*

JERNIH– Jusuf Kalla merayakan hari ulang tahunnya yang ke-80, semalam di sebuah ballroom di Jakarta Selatan. Selain keluarga besarnya, hadir pula para sahabat dekat, dari Chairul Tanjung, Surya Paloh, Syahrul Yasin Limpo, Sofyan Djalil, sampai bos Toyota Astra, Susumu Matsuda.

Acaranya dikemas santai dan menghibur, dengan hiburan musik dan dendang Melayu, testimoni yang lucu oleh anak dan cucu Pak JK, pidato singkat kerabat dan juga peluncuran buku karya Profesor Hamid Awaludin yang dari judulnya, kita tahu buku ini sungguh dinanti-nanti: “JUSUF KALLA. Di Balik Beragam Isu”.

Tomi Lebang

Saya diundang pula untuk hadir dan mendapat posisi di meja bundar nomor 32. Di kursi kedua sebelah saya duduk Pak Liliek Oetama, pemimpin grup Kompas Gramedia. Saya menyebut nama Pak Liliek, karena sesungguhnya ia “setengah tuan rumah” di hajatan ini. Buku yang diluncurkan malam itu diterbitkan oleh Gramedia, pembawa acara talkshow peluncuran buku adalah Rosiana Silalahi dari Kompas TV, salah satu pembicara adalah wartawan senior Kompas, Ricard Bagun, dan nama Kompas disebut berkali-kali berkaitan dengan perjalanan hidup JK.

Di depan saya duduk pula Wisnu Nugroho, wartawan Kompas yang pernah menulis tiga seri buku “SBY dan Istananya”, dan digenapkan dengan judul keempat: “Pak Kalla dan Presidennya”. Kebetulan, saya pernah pula menulis buku tentang JK yang diterbitkan oleh Gramedia.

Pak JK malam itu terlihat begitu sumringah. “Saya berbahagia sekali,” katanya di atas panggung. Ia, seperti biasa, tetap bisa melempar joke-joke yang jenaka, bahkan tentang hari ulang tahunnya sendiri, 15 Mei. Katanya, tanggal kelahirannya itu sebenarnya hanya perkiraan sahaja. “Ibu saya bilang, kau lahir bulan puasa, sebelum Jepang datang. Jadi, ketika di sekolah semua diminta menuliskan tanggal lahir, ya kira-kira yang mendekati adalah tanggal 15 Mei 1942”.

                                                   ***

Pak JK berulang tahun ke-80, dua setengah tahun setelah ia resmi mengakhiri jabatan sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia pada 20 Oktober 2019 lampau.

Dan Jusuf Kalla, bagaimana pun, tercatat dalam sejarah negeri ini sebagai satu-satunya wakil presiden yang dua kali menjabat bersama presiden yang berbeda. Periode 2004-2009 mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono dan setelah jeda lima tahun, pada periode 2014-2019 ia kembali bersama Joko Widodo.

Di kedua periode ini penampilan JK berubah.

Bersama SBY, JK tampil begitu enerjik, berkuasa, berbicara, sampai-sampai ada yang menjulukinya the real president. Meski, JK langsung membantahnya demi ewuh pakewuh kepada sang presiden, bahwa “saya adalah the real vice president“.

Pada masa SBY inilah JK muncul dengan legacy-nya yang ditulis dalam tinta emas sejarah sebagai sang juru damai, tokoh di balik upaya mengakhiri berbagai konflik di negeri ini.

Pak JK mendamaikan Aceh ketika baru naik jadi wakil presiden, kendati proses menuju perdamaian itu justru lebih gencar dilaksanakannya saat tidak menjadi siapa-siapa. Selama 30 tahun militer tidak sanggup menundukkan Aceh sepenuhnya, padahal sudah menempatkan puluhan batalyon tentara dengan ongkos tak sedikit, sejak zaman Orde Baru. Pak JK menyelesaikannya dengan cara-cara bermartabat dan memberi muka kepada kedua pihak: pemerintah Indonesia dan GAM.

Sebelum itu, kita tahu Pak JK mendamaikan dan menyelesaikan konflik Ambon dan Poso ketika ia Menko Kesra, yang sebenarnya bukan tugasnya, tapi tugas Menko Polkam yang waktu itu masih dijabat Pak SBY.

Pada periode 2014-2019, bersama Presiden Jokowi, Pak JK jauh lebih kalem. Ia lebih banyak bekerja di balik layar, tak banyak mengumbar pernyataan kepada khalayak, dan tak sering mengomentari setiap persoalan.

JK bahkan terlihat lebih sebagai mentor senior bagi banyak tokoh: dari pejabat, politisi, sampai pengusaha.

Akan tetapi, di luar gaya dan peran di hiruk pikuk kekuasaan yang jalaninya, satu yang sama di antara dua periode yang berselang jeda lima tahun yang dijalani JK adalah bahwa ia jadi tokoh utama dalam banyak isu dan rumor tentang berbagai peristiwa di negeri ini.

JK disebut terang-terangan atau terselip lamat-lamat di antara bisik-bisik tentang banyak perkara: dari soal listrik, roda pemerintahan, jabatan-jabatan, masalah hukum, agama, bisnis, dan sebagainya. Dari yang nyata sampai karang-karangan, yang dilihat dan didengar langsung sampai yang disampaikan melalui tangan ke sekian. Dari yang terekam dalam lembaran negara atau media massa sampai sekadar hembusan rumor dan sassus belaka.

Ada yang positif, tak kurang pula cerita negatif. Ada yang dilempar di hadapan publik oleh tokoh lain dengan nama terang-benderang, ada yang dilemparkan melalui pergunjingan media sosial atau grup-grup percakapan WhatsApp oleh penulis anonim.

Ada yang dijawab oleh JK sendiri atau tokoh di sekitarnya, ada yang mengambang dan berlalu tertiup angin waktu begitu saja.

Apa gerangan yang membuat JK diikuti banyak rumor dan isu? Padahal ia dengan karakter Bugis yang kental tak pernah berbicara dengan bahasa isyarat atau simbol-simbol, tapi ceplas-ceplos dan tanpa tedeng aling-aling?

Saya kira, jawabannya ringkas: jelajah lapangan permainan Jusuf Kalla yang sangat luas.  Ia nyaris punya jejak yang dalam di semua bidang. Ia seorang pengusaha, yang usahanya dirintis dari bawah sampai ke puncak, dari daerah sampai ibukota. Ia merangkak dari pengurus masjid sampai jadi Ketua Dewan Masjid Indonesia, ia politisi yang merayap dari anggota DPRD sampai menjadi ketua partai besar, ia birokrat sukses yang jadi wakil presiden sampai dua periode, dan seterusnya.

“Saya sekolah di Watampone, berbisnis dari Makassar, dan berkiprah di pemerintahan dan tinggal di Jakarta sampai sekarang. Jadi, dari ibukota kabupaten, provinsi, lalu ibukota negara,” kata Pak JK.

Jusuf Kalla dikenal sebagai tokoh dari timur, tapi kerja-kerja, pikiran dan reputasinya jauh melampaui batas-batas daerah dan teritori.

Ia bergaul di lingkup yang sangat luas, desa ke kota, timur dan barat, Islam dan bukan Islam, dalam dan luar negeri, kawan atau lawan politik. Ia beririsan dengan semua tokoh dalam berbagai isu.

Jelajah permainan lapangan JK yang luas ini pada akhirnya memang diikuti berbagai isu dan rumor yang mengiringinya.

Nah, sebagian isu besar itu dipaparkan dan dijelaskan di dalam buku yang diluncurkan pada malam itu: “JUSUF KALLA. Di Balik Beragam Isu”.

                                                 ***

Anda yang ingin tahu cerita sebenarnya tentang JK di balik haru-biru Pilkada DKI 2017, kisruh Bank Century, bisnis listriknya, rumor sebagai calon presiden, dll …. bacalah buku ini.

Ditulis dengan gaya populer oleh sahabat JK, Profesor Hamid Awaludin, buku 280 halaman ini tak akan membuat Anda bosan. Hamid adalah orang terdekat JK, pernah menjadi menteri hukum di masa SBY-JK, duta besar Indonesia untuk Rusia, dan kini menjadi presiden direktur dan komisaris di sejumlah perusahaan milik Luhut Binsar Panjaitan.

Bahwa setelah membaca buku ini, pertanyaan masih menggantung di langit pikiran Anda, sudah begitulah memang lumrahnya seorang Jusuf Kalla: setiap jejaknya diikuti ekor panjang berupa bumbu-bumbu isu dan rumor.

Saat menyalami Pak JK dan menyampaikan selamat kepadanya semalam, pertanyaan beliau — mungkin basa-basi sahaja — kepada saya: “Tomiiii, bagaimana kabar? Bagaimana situasi terakhir negara ini?” Saya hanya menjawab singkat: “Wah, Bapak tentu lebih tahu.” Beliau tertawa. Dan kami berfoto bersama di sela tetamu yang datang silih berganti menyalaminya.

Panjang umur Pak JK!  [  ]

*Wartawan senior, pernah bekerja di Majalah TEMPO

Exit mobile version