Jernih.co

Rela Dilupakan

Kebaikan sejati tak menuntut tepuk tangan, tak meminta dikenang. Seperti angin yang membawa kesejukan tanpa pernah meminta terima kasih, seperti hujan yang menyuburkan tanah tanpa mengharap sanjungan. Kerelaan untuk dilupakan adalah puncak dari segala kebaikan. Sebab, amal yang paling suci adalah yang tak diingat, bahkan oleh diri sendiri

Oleh : Yudi Latif
JERNIH– Saudaraku, tidakkah kau lihat bagaimana angin menyapu dedaunan tanpa meninggalkan namanya? Bagaimana hujan membasahi bumi, lalu pergi tanpa menuntut dikenang? Begitulah adanya kebajikan—hadir tanpa suara, menguatkan yang rapuh, lalu lenyap dalam gelombang waktu.

Dalam panggung kehidupan ini, mereka yang merintis seringkali terlempar ke balik tirai, sementara para kurcaci oportunis berlenggak-lenggok di tengah sorot lampu. Mereka yang menanam benih hanya menyaksikan panen dari kejauhan, sementara yang tak pernah meneteskan keringat menikmati sajian pujian di pesta perayaan.

Yudi Latif

Namun, saudaraku, ingatlah—tanpa tangan-tangan yang bekerja dalam diam, tiada rumah yang kokoh berdiri. Tanpa butir-butir pasir tersembunyi di dinding, takkan ada bangunan yang tegak. Kehidupan tumbuh bukan dari sorak-sorai, melainkan dari pengorbanan-pengorbanan yang tak disebut nama.

Sebagaimana akar yang rela tersembunyi demi pohon yang menjulang, sebagaimana lilin yang menghabiskan diri demi menerangi gelap, begitulah cinta sejati bekerja—ikhlas memberi tanpa mengharap kembali.

Kebaikan sejati tak menuntut tepuk tangan, tak meminta dikenang. Seperti angin yang membawa kesejukan tanpa pernah meminta terima kasih, seperti hujan yang menyuburkan tanah tanpa mengharap sanjungan.

Kerelaan untuk dilupakan adalah puncak dari segala kebaikan. Sebab, amal yang paling suci adalah yang tak diingat, bahkan oleh diri sendiri.[]

Exit mobile version