Jernih.co

Bahagia Menyambut Tibanya Bulan Ramadhan

Di bulan Ramadhan setiap detiknya menawarkan peluang keemasan untuk meningkatkan ketakwaan dan mendekatkan diri kepada-Nya. Sambutlah Ramadhan sebagai ladang amal yang subur, tempat kita menanam benih kebaikan yang akan kita panen di akhirat kelak

Oleh: Muchamad Arief Mulyadi, S. HI

SALAH satu tanda keimanan adalah seorang muslim berbahagia dan bergembira menyambut Ramadhan. Ibarat akan menyambut tamu agung yang ia nanti-nantikan, maka ia persiapkan segalanya. Hatinya sangat senang jika ia menjumpai Ramadhan.

Hendaknya seorang muslim khawatir akan dirinya jika tidak ada perasaan bahagia dan gembira dengan datangnya Ramadhan. Ia merasa biasa-biasa saja dan tidak ada yang istimewa. Bisa jadi ia melupakan banyak kebaikan yang akan datang di saat Ramadhan. Karena ini adalah karunia dari Allah, seorang muslim harus bergembira menyambutnya.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an; “Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS. Yunus [10]: 58).

Muchamad Arief Mulyadi, S. HI

Lihatlah bagaimana para ulama dan orang shalih sangat merindukan dan berbahagia jika Ramadhan akan datang. Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, “Sebagian salaf berkata, ‘Dahulu mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar Allah menerima (amal-amal shalih di Ramadhan yang lalu) mereka.” (Latha’if Al- Ma’arif hal. 232)

Kenapa harus berbahagia menyambut Ramadhan? Kebahagiaan dan kegembiraan tersebut adalah karena banyaknya kemuliaan, berkah, dan keutamaan pada bulan Ramadhan. Beribadah semakin nikmat dan lezatnya bermunajat kepada Allah.

Kabar bahagia dan gembira mengenai datangnya Ramadhan sebagaimana dalam hadits: “Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan- setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/385). Dinilai shahih oleh Al-Arna’uth dalam Takhrijul Musnad (8991))

Ulama menjelaskan bahwa hadits ini menunjukkan kita harus bahagia dan bergembira dengan datangnya Ramadhan. Salah satu keterangan didalam kitab lahtoiful Ma’arif Syekh Ibnu Rajab Al-Hambali menjelaskan, bagaimana tidak gembira? seorang mukmin diberi kabar gembira dengan terbukanya pintu-pintu surga. Tertutupnya pintu-pintu neraka. Bagaimana mungkin seorang yang berakal tidak bergembira jika diberi kabar tentang sebuah waktu yang di dalamnya para setan dibelenggu. Dari sisi manakah ada suatu waktu menyamai waktu ini (Ramadhan). (Latha’if Al-Ma’arif hlm. 148)

Bagaimana kita menyambut Bulan Ramadhan? Ada beberapa hal terhebat yang dapat bisa kita lakukan dalam menyambut Ramadhan

1. Hati mengandung niat yang ikhlas, dengan keikhlasan yang baik

Sangatlah penting untuk menata niat kita dengan baik dalam menjalankan semua ibadah. Niat menjadi fondasi awal yang akan menentukan kualitas ibadah yang kita lakukan. Sebanyak apapun ibadah yang dilakukan, jika memiliki niat yang salah seperti karena harapan kepada manusia, riya, sum’ah maka semua itu akan sia-sia.

Maka semua ibadah harus lillahi ta’ala (karena Allah swt). Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya segala perbuatan itu bergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

2. Bertaubat dengan sebaik–baiknya taubat (nasuha)

Allah SWT memerintahkan para hamba-Nya untuk bertaubat, karena taubat wajib dilakukan setiap saat. Allah ta’ala berfirman didalam QS. At Tahrim Ayat 8: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi: 2499. Hasan)

Taubat menunjukkan tanda totalitas seorang dalam menghadapi Ramadhan. Dia ingin memasuki Ramadhan tanpa adanya sekat-sekat penghalang yang akan memperkeruh perjalanan selama mengarungi Ramadhan.

Taubat yang dibutuhkan bukanlah seperti taubat yang sering kita kerjakan. Kita bertaubat, lidah kita mengucapkan, “Saya memohon ampun kepada Allah”, akan tetapi hati kita lalai, akan tetapi setelah ucapan tersebut, dosa itu kembali terulang. Namun, yang dibutuhkan adalah totalitas dan kejujuran taubat.

Jangan pula taubat tersebut hanya dilakukan di bulan Ramadhan sementara di luar Ramadhan kemaksiatan kembali digalakkan. Ingat! Ramadhan merupakan momentum ketaatan sekaligus madrasah untuk membiasakan diri beramal shalih sehingga jiwa terdidik untuk melaksanakan ketaatan-ketaatan di sebelas bulan lainnya.

3. Hilangkan sifat dengki dan benci kepada sesama

Syekh Muhammad an-Najjar dalam salah satu kitabnya mengutip salah satu jawaban salah satu orang shaleh ketika ditanya perihal cara menghadapi bulan Ramadhan dengan benar. “Imam Ibnu Mas’ud pernah bertanya kepada orang-orang saleh: bagaimana kalian menyambut bulan Ramadhan? Mereka menjawab: ‘Tidak ada satu pun dari kami berani menyambut bulan Ramadhan, sementara dalam hatinya masih ada secuil rasa dengki atau benci kepada saudaranya.” (Syekh an-Najjar, Malja’u at-Taib, [Maktabah al-Hadits: tt], halaman 38).

Dari jawaban orang saleh di atas, dapat dipahami betapa tercelanya sifat dengki dan benci kepada sesama. Bahkan, orang-orang saleh merasa dirinya tidak pantas menyambut bulan Ramadhan yang seyogyanya penuh ampunan jika dalam dirinya masih ada sifat-sifat tercela itu. Karenanya, mari kita semua hilangkan sifat dengki dan benci kepada sesama, agar bisa menjadi orang-orang yang layak untuk menyambut Ramadhan.

Semua ini selaras dengan apa yang pernah ditegaskan oleh Nabi Muhammad saw, bahwa ciri-ciri dan karakter orang-orang beriman adalah mereka yang tidak memiliki sifat dengki dalam dirinya. Dalam sebuah hadits, nabi bersabda: “Orang beriman bukanlah orang yang dengki,” (HR Al-Baihaqi).

Sementara itu, Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam salah satu kitabnya, Az-Zawajir an Iqtirafil Kabair, mengatakan bahwa sifat dengki merupakan bagian dari dosa besar yang harus dijauhi oleh semua umat Islam dan ancamannya adalah neraka. Hal ini berdasarkan salah satu hadits nabi: “Mengadu domba dan dengki itu (tempatnya) di dalam neraka. Keduanya tidak boleh ada dalam hati seorang Muslim.” (HR At-Thabrani).

Sifat dengki sudah selayaknya tidak ada dalam diri umat Islam. Jika ada sekali pun, maka sudah saatnya untuk membuang sifat tersebut. Sebab, dengan sifat ini akan menimbulkan sifat- sifat tercela lainnya yang sama-sama tercela. Sifat dengki harus benar-benar kita hindari dan kita bersihkan dari hati, khususnya ketika hendak menyambut bulan Ramadhan ini, agar hati kita bersih dari segala sifat tercela dan bisa mengambil keberkahan dalam bulan suci ini.

Bulan Sya’ban dalam bahasa Arab berasal dari kata syi’ab yang artinya jalan di atas gunung. Makna ini menggambarkan bagaimana kita menyiapkan diri kita untuk mendaki jalan terjal menuju Ramadhan. Tentunya butuh latihan dan persiapan fisik lahir dan bathin serta mental yang kuat jika kita ingin sampai pada puncak Ramadhan.

Dengan itu, kita siapkan diri menantikan datangnya bulan Ramadan sebagai tamu agung yang membawa berkah dan keampunan. Marilah kita sambut bulan Ramadhan dengan hati yang bersih dan jiwa yang penuh keimanan, semangat yang membara, perkokoh niat yang tulus, banyak bertaubat serta hilangkan sifat dengki dan benci kepada sesama sebagai langkah awal menuju perubahan positif dalam diri kita.

Mari kita perdalam ibadah dan niat yang ikhlas, sebab, di bulan Ramadhan setiap detiknya menawarkan peluang keemasan untuk meningkatkan ketakwaan dan mendekatkan diri kepada-Nya. Sambutlah bulan Ramadhan sebagai ladang amal yang subur, tempat kita menanam benih kebaikan yang akan kita panen di akhirat kelak. Semoga setiap amalan yang kita lakukan di bulan Ramadhan menjadi catatan indah di hadapan Allah SWT dan semoga kita semua dijauhkan oleh Allah dari sifat-sifat tercela. Aamiiin.

* Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Subang

Exit mobile version