“Sungguh, Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl 16: Ayat 128)
Oleh : Prof Dr KH Ahmad Imam Mawardi
ORANG yang saya kisahkan ini bukan orang terkenal. Mungkin tak banyak yang memperhatikan secara khusus kehidupan orang ini beserta istrinya. Beliau tinggal di desa Lenteng Timur Kabupaten Sumenep. Saya bersyukur memiliki kesempatan bisa tahu urutan kisah hidupnya sehingga kini bisa bercerita lancar tentang apa dan bagaimana mereka itu.
Dulu, suami istri ini tidak masuk dalam hitungan orang berstratifikasi sosial tinggi. Biasa-biasa saja, bagai biji pembatas tasbih, diperlukan tapi tak masuk hitungan. Hidupnya tak dihabiskan untuk urusan dunia. Suami istri ini sedari dulu aktif jamaah di masjid dan aktif ke pengajian. Gaya tawakkalnya tampak dari kesederhanaan, ketidaktamakan dan kemurahhatian membantu sesama.
Kira-kira 10 tahun tetakhir ini nama suami istri ini masuk dalam perbincangan masyarakat. Sudah mulai bahkan sangat masuk hitungan. Beberapa kali ke tanah suci, beserta anak dan orang tuanya, yang semuanya dibiayainya sendiri. Bagaimana jalan sukses mereka?
Mereka berdua adalah pedagang, memiliki toko yang biasa-biasa saja. Jauh dari kesan toko modern apalagi tokonya konglomerat. Yang menarik adalah mengapa pelanggan-pelanggannya setia sekali untuk tidak pindah ke lain hati. Semakin lama semakin banyak pelanggannya. Beliau berdua setia pula melayani kebutuhan pelanggan, kapanpun bisa dibantu. Meski hidup sudah menanjak, gaya hidupnya ya tetap saja sederhana, gaya desa. Sarung dan sandal jepit serta kopiahnya biasa-biasa saja.
Tampak sekali ada keberkahan dalam hidupnya yang selalu sumringah berhiaskan senyum, dan keberkahan itu menular pada para pelanggannya. Ini yang dirasakan oleh para pelanggan. Nyaman bermuamalah dengan orang ini. Di saat pandemi ini, dagangannya tidak merosot. Alasannya satu, bukan karena iklannya semakin gencar atau semakin rajin ekspansi pasar, melainkan: “TUHAN YANG MENJAMIN RIZKI SAYA TETAP TUHAN YANG SAMA SEJAK DULU HINGGA KINI.” Tauhid yang kuat, bukan?
Pertanyaannya adalah mengapa para pelanggannya setia semua dan mengapa banyak orang yang sayang dan hormat kepada kedua suami istri ini? Ini yang saya teliti dalam beberapa tahun terakhir ini demi untuk sebagai gambaran bagi kita semuanya.
Alasan pertama dan utama adalah kebaikan dirinya dalam hidup. Beliau berdua adalah orang yang 100% siap membantu para gurunya dalam membina masyarakat. Hormat dan takdzimnya kepada guru-gurunya tidak ada kekurangan sedikitpun. Saya menjadi saksi kelomanan beliau untuk para pejuang agama.
Kedua, urusan keagamaan diletakkannya sebagai urusan yang paling penting, jauh di atas urusan toko dan dagangannya. Beliau berdua menjadi orang terdepan dalam pembangunan tempat ibadah dan dalam pelaksanaan pengajian. Tidak ada kata-kata RUGI KELUAR UANG. Mungkinkah Allah memiskinkan hambaNya yang mendukung agama yang diridlaiNya?
Yang ketiga, beliau berdua mudah terenyuh membantu siapapun. Alasan terakhir, beliau berdua memiliki jadwal rutin berkunjung ke alim ulama untuk mengisi daya baterei tauhidnya, plus bersama-sama berangkat ke tanah suci untuk laporan dan memasrahkan diri kepada Allah.
Saya dan istri serta adik-adik saya sering berdiskusi tentang pedagang yang satu ini. Lalu kami teringat pada firman Allah: “Barang siapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 245)
“Sungguh, Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl 16: Ayat 128)
Pak Jufri dan Bu Hasnanah, tetaplah istiqamah dan menjadi teladan bagi yang lain. Panjenengan berdua telah menyampaikan kebenaran dan kebaikan dengan cara yang lain, bukan dengan ceramah dari panggung ke panggung. Salam, A.I. Mawardi [*]
* Founder and Director di Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya