Sebelum belajar mencintai Tuhan yang terlalu abstrak, belajarlah mencintai hamba-hamba Tuhan. Zaman dahulu, bila ada orang yang datang untuk belajar tasawuf kepada guru sufi, guru itu selalu berkat: “Apakah kamu mempunyai istri? Belajarlah kamu untuk mencintai istrimu sebelum kamu belajar mencintai Tuhanmu.”
JERNIH– Perkhidmatan dalam tasawuf memiliki beberapa fungsi. Pertama, untuk menaklukkan ego kita; untuk mengalahkan upaya kita yang selalu mementingkan diri sendiri.
Kita mempunyai kecenderungan untuk senantiasa ingin dikhidmati. Kita tidak hanya menginginkan manusia untuk berkhidmat kepada kita, tetapi kita juga ingin seluruh alam semesta melayani kita.
Faedah yang kedua dari berkhidmat kepada sesama manusia adalah meruntuhkan kesombongan. Orang yang sombong akan sulit memasuki kerajaan Tuhan seperti sulitnya unta memasuki jubang jarum. Tuhan berkata, “Kebesaran adalah busana-Ku Barang siapa yang menyaingi kebesaran-Ku, akan Aku campakkan dia.”
Orang yang tidak mau berkhidmat dan hanya mau dikhidmati orang lain, orang itu pastilah orang yang sombong. Marilah kita belajar menghancurkan kesombongan pada diri kita dengan berkhidmat.
Baca Lagi: Dukung Kebebasan Aspirasi, Ketua Syarikat Islam Hamdan Zoelva Bantah Jadi Kontributor Aksi 114
Ketiga, latihan perkhidmatan mendekatkan diri kita kepada Allah. Seorang Muslim harus melayani dan menerima manusia dari berbagai kalangan, mulai dari kalangan orang yang bergolden card sampai kalangan orang yang hanya ‘sampah’ card. Kalau kita banyak disibukkan dengan berkhidmat kepada orang lain, kita tidak akan punya waktu untuk mengembangkan penyakit hati kita.
Keempat, dengan berkhidmat kita belajar mencintai. Salah satu penyakit manusia modern adalah keinginannya untuk selalu dicintai. Sepanjang waktu, kita hanya belajar cara-cara dan kiat-kiat untuk dicintai. Banyak buku dijual yang menulis tentang self improvement. Dalam buku-buku itu diajarkan bagaimana supaya Anda dicintai oleh suami atau istri Anda.
Namun, sebanyak apa pun kiat dan teknik yang kita baca, suatu saat pasti ada orang yang tidak mencintai kita. Ketika kita berkhidmat kepada orang lain, kita mulai belajar untuk mencintai orang lain. Perhatian kita beralih dari ingin dicintai menjadi ingin mencintai. Tugas kita adalah mencintai orang lain. Imam ‘Ali Zainal ‘Abidin pernah berdoa: “Ya Allah, aku mohon azar aku bisa mencintai-Mu dan mencintai orang-orang yang mencintai-Mu.”
Kita harus belajar mencintai. Psikologi modern menyebutkan tak ada orang yang fall in love (jatuh cinta), yang ada adalah learn to love (belajar mencintai). Cinta adalah suatu proses. Tasawuf adalah ilmu untuk belajar mencintai Tuhan. Sebelum belajar mencintai Tuhan yang terlalu abstrak, belajarlah mencintai hamba-hamba Tuhan. Zaman dahulu, bila ada orang yang datang untuk belajar tasawuf kepada guru sufi, guru itu selalu berkat: “Apakah kamu mempunyai istri? Belajarlah kamu untuk mencintai istrimu sebelum kamu belajar mencintai Tuhanmu.”
Ada pun faedah kelima yang kita peroleh dengan praktik perkhidmatan kepada sesama manusia adalah mensucikan jiwa kita.
Seorang murid Abu Sa‘id Abu Al-Khair pernah berkata, “Guru, di tempat lain ada orang yang bisa terbang.” Abu Al-Khair menjawab, “Tidak aneh. Lalat juga bisa terbang.” “Guru, di sana ada orang yang bisa berjalan di atas air,” muridnya berkata lagi. Abu Al-Khair berkata, “Itu juga tak aneh. Katak pun bisa berjalan di atas air.” Muridnya berujar lagi, “Guru, di negeri itu ada orang yang bisa berada di beberapa tempat sekaligus.” Abu Al-Khair menjawab, “Yang paling pintar seperti itu adalah setan. Ia bisa berada di hati jutaan manusia dalam waktu bersamaan.”
Murid-muridnya bingung dan bertanya,“Kalau begitu, Guru, bagaimana cara yang paling cepat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT?” Ternyata, murid-muridnya beranggapan bahwa orang yang dekat kepada Allah SWT itu adalah orang yang memiliki berbagai keajaiban dan kekuatan supranatural. Abu Said Abu Al-Khair menjawab, “Jalan mendekati Tuhan sebanyak bilangan napas para pencari Tuhan. Tetapi jalan yang paling dekat kepada Allah adalah membahagiakan orang lain di sekitarmu. Berkhidmatlah kalian kepada mereka.”
“Ya Allah, limpahkan padaku di bulan ini, bagian dari luasnya rahmat-Mu. Bimbinglah aku untuk memahami tanda-tanda kekuasan-Mu. Peganglah ubun-ubunku (tariklah aku menuju himpunan keridhaan-Mu. Demi Cinta-Mu, Wahai Tujuan para perindu.” [ ]
Sumber : “Madrasah Ruhaniah: Berguru Kepada Ilahi di Bulan Suci”, Mizan, 2005