Menata hati adalah tugas utama manusia, seperti penjelasan Rasulullah, orang yang hebat imannya adalah orang yang paling mulia akhlaknya. Karena itulah Allah Ta’ala mengutamakan akhlak yang mulia.
KH Abdullah Gymnastiar
SANGAT disayangkan bahwa manusia saat ini lebih mengutamakan penampilan dan kurang menata hati. Kita harus menata hati untuk menuju perubahan akhlak dan kemajuan dalam menghadapi tugas serta pengabdian, guna mewujudkan Indonesia maju dan berjaya.
Menata hati adalah tugas utama manusia, seperti penjelasan Rasulullah, orang yang hebat imannya adalah orang yang paling mulia akhlaknya. Karena itulah Allah Ta’ala mengutamakan akhlak yang mulia. Dalam sebuah hadits disebutkan yang artinya “Muslim sejati adalah yang menjaga muslim lainnya dari (keburukan) lisan dan perbuatannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika setiap muslim meluruskan niat, menjaga ucapan dan perbuatannya dari hal-hal yang bisa menyakiti orang lain, maka betapa indah hidup ini. Penuh dengan rasa saling percaya, jauh dari rasa saling curiga. Dikelilingi rasa tenteram, jauh dari rasa khawatir dan rasa tidak aman.
Seorang muslim dengan muslim yang lainnya bagaikan sebuah bangunan yang setiap bagiannya saling menguatkan. Atau bagaikan satu tubuh yang jika disakiti satu bagian dari tubuh, maka bagian yang lain turut merasakan sakitnya.
Seorang muslim yang sejati akan memiliki akhlak mulia, yakni menjaga, memelihara lingkungan di sekitarnya dari kezaliman dirinya sendiri. Maka dari itu, muslim yang sejati akan bertetangga dengan rukun, berteman dengan akrab, bermitra dengan penuh tanggung jawab dan rasa amanah.
Tidak pernah terbersit dalam hatinya untuk menyakiti atau mengkhianati. Karena baginya berinteraksi dengan orang lain merupakan ladang amal ibadah kepada Allah Ta’ala. Oleh karena itu, sebelum kita membahas urusan-urusan yang lain, urusan pertama yang kita perhatikan adalah apakah kita mengganggu orang lain atau tidak? [Daaruttauhiid]