Meskipun gaji yang di dapat besar tetapi menjauhkan diri dari Allah, maka lebih baik bagi kita untuk memilih lingkungan yang mendukung kita nyaman untuk beribadah meskipun gajinya tidak seberapa.
KH. Abdullah Gymnastiar
APAKAH lingkungan yang menjauh diri dari Allah merupakan ujian? Dan apa yang harus dilakukan, perlukah mencari lingkungan baru? Lingkungan yang membuat kita semakin jauh dari Allah tentu merupakan sebuah ujian bagi seseorang, yang membuat seseorang sulit untuk beribadah atau sulit mengerjakan sholat, dan ilmu tidak bertambah. Maka setiap individu perlu mempertimbangkan kembali apabila pekerjaannya malah menjauhkan dirinya dengan Allah.
Meskipun gaji yang di dapat besar tetapi menjauhkan diri dari Allah, maka lebih baik bagi kita untuk memilih lingkungan yang mendukung kita nyaman untuk beribadah meskipun gajinya tidak seberapa. Mudah saja bagi Allah untuk menghabiskan gaji yang kita dapat, misalnya dengan menurun penyakit yang mengharuskan kita mengeluarkan biaya besar dan seterusnya. Pokoknya jangan merasa aman dengan uang yang dimiliki, karena mudah bagi Allah untuk mengambil uang itu.
Ada suatu tempat mungkin secara pendapatan dan penghasilan tidak seberapa, namun sangat membantu kita beribadah dengan nyaman, akhlak terjaga, penampilan, dan pandangan juga terjaga, insyaAllah itu lebih baik untuk kemashalatan kita. Kemudian jangan takut mengenai pendapatan atau rezeki, karena akan datang rezeki dari Allah dengan cara yang tidak disangka-sangka.
“Sungguh jika kamu meninggalkan suatu hal karena Allah semata, maka Allah akan menggantikan untukmu yang lebih baik dari pada itu.” (HR. Al Ashbahani dalam kitabnya At Targhib, Hadits dishahihkan oleh Al Bani).
Salah satu sosok yang dapat kita ambil pelajaran dalam hal ini adalah Mus’ab bin Umair. Kehidupan beliau di masa Jahiliyah penuh dengan kemewahan; pakaian yang indah, bertaburkan minyak wangi harum semerbak, banyak digemari oleh kaum hawa, bangsawan, tampan, dan memiliki orang tua kaya raya siap memenuhi segala keinginannya.
Namun, kehidupan Mus’ab bin Umair menjadi berubah drastis setelah beliau memeluk agama Islam serta siap menerima syariat Allah dan Rosullulah SAW. Semua kegemerlapan dunia telah ditinggalkan Mush’ab bin Umair karena kecintaannya kepada Allah dan Rasulullah. Tidak ada yang indah menurut beliau kecuali hanya kelezatan Iman. [daaruttauhiid]