Site icon Jernih.co

Dahsyatnya Istigfar, Niscaya Allah Kabulkan Segala Keinginan Hambanya

Selama ini banyak orang sering melupakan istigfar, bahkan ada yang melupakan maknanya. Padahal kalimat ini memiliki wasilah yang luar biasa.

Oleh: Muchamad Arief Mulyadi, S. HI

Mengucapkan istigfar Astagfirullah sangat singkat dan begitu mudah diucapkan. Namun jangan anggap enteng wasilahnya. Istigfar begitu dahsyat dan niscaya Allah kabulkan segala keinginan hambanya.

Kamis (21/9/2023) lalu, saya berkumpul bersilaturahmi kembali dengan para bikers di Kabupaten Subang dalam bentuk pengajian “Sorogan Jeung Cikopi” bersama klub BB 1% MC, Support 22 sekaligus peringatan ulah tahun komunitas Lalays Subang. Kegiatan rutin ini berupa doa bersama untuk semua anggota biker sekaligus juga mendoakan rekan-rekan keluarga besar Bikers yang sudah meninggal dunia.

Pengajian juga diisi dengan pembacaan ayat-ayat suci Al Quran, dzikir Thayyibah, serta membaca Shalawat Nabi yang dilakukan secara bersama–sama. Juga diisi dengan ceramah dan ‘Ngopi’ alias ‘Ngobrol Perkara Iman’ diselingi dengan tanya jawab. Kegiatan yang diprogramkan setiap satu minggu sekali pada hari malam Jumat kali ini khusus membahas tentang kedahsyatan Istigfar.

Kepada para bikers suka ngegas di jalanan ini, kembali diingatkan tentang pentingnya istigfar. Selama ini banyak orang sering melupakan istigfar, bahkan ada yang melupakan maknanya. Padahal dengan mengucapkan Astagfirullah ini niscaya Allah akan mengabulkan segala keinginan kita. Di antaranya adalah:

1. Pemancing rezeki tiasa henti

2. Kunci pembuka pintu surga

3. Penyebab diampuninya dosa

4. Mencegah datangnya musibah

5. Mengangkat derajat di akhirat

6. Obat mujarab bagi kemandulan

7. Menyembuhkan berbagai penyakit

Di antara dalil keutamaan istighfar kepada Allah SWT Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman di dalam QS. Nuh 71: Ayat 10  yang artinya “maka aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, sungguh, Dia Maha Pengampun,”

“Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu,” (QS. Nuh 71: Ayat 11). “Dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu,” (QS. Nuh 71: Ayat 12).

Kisah Imam Ahmad dan Istighfar Penjual Roti

Ada kisah menarik tentang dahsyatnya Istigfar ini. Suatu saat Imam Ahmad bin Hanbal RA (murid Imam Syafi’i) dikenal juga sebagai Imam Hanbali di masa akhir hidup beliau bercerita, “satu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tahu kenapa ingin sekali menuju ke salah satu kota di Irak,”.

Padahal tidak ada janji sama orang dan tidak ada hajat. Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke Kota Bashrah. Beliau bercerita “saat tiba disana waktu Isya, saya ikut shalat berjamaah isya di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya ingin istirahat”. Begitu selesai shalat dan jamaah bubar, imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba marbot masjid datang menemui imam Ahmad sambil bertanya “kenapa syaikh, mau ngapain disini?”. (kata “syaikh” bisa dipakai untuk 3 panggilan, bisa untuk orang tua, orang kaya ataupun orang yang berilmu. Panggilan Syaikh dikisah ini panggilan sebagai orang tua, karena Imam Ahmad kelihatan sebagai orang tua).

Marbot tidak tahu kalau beliau adalah Imam Ahmad. Dan Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan siapa dirinya. Di Irak, semua orang kenal siapa Imam Ahmad, seorang ulama besar dan ahli hadits, sejuta hadits dihafalnya, sangat shalih dan zuhud. Zaman itu tidak ada foto sehingga orang tidak tahu wajahnya, cuma namanya sudah terkenal.

Kata Imam Ahmad “saya ingin istirahat, saya musafir”. Marbot itu kembali berujar, “tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid. Imam Ahmad melanjutkan bercerita “saya didorong-dorong oleh orang itu disuruh keluar dari masjid, Setelah keluar masjid, maka dikuncilah pintu masjid.”

Lalu ia pun berencana tidur di teras masjid. Ketika sudah berbaring di teras masjid marbotnya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad. “Mau ngapain lagi syaikh?” Kata marbot. “Mau tidur, saya musafir” kata imam Ahmad. Lalu marbot berkata, “di dalam masjid tidak boleh, di teras masjid juga tidak boleh”. Imam Ahmad pun diusir. Imam Ahmad bercerita “saya didorong-dorong sampai jalanan”.

Di samping masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat dan menjual roti). Penjual roti ini sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian Imam Ahmad didorong-dorong oleh marbot tadi. Saat Imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh “mari syaikh, Anda boleh nginap di tempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil”.

Kata Imam Ahmad “baik”. Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk di belakang penjual roti yang sedang membuat roti (dengan tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir). Penjual roti ini punya perilaku yang unik, ketika Imam Ahmad mengajaknya berbicara, ia akan menjawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan Istighfar, Astaghfirullah. Saat meletakkan garam Astaghfirullah, memecahkan telur Astaghfirullah, mencampur gandum Astaghfirullah. Selalu mengucap Istighfar.

Imam Ahmad memperhatikan terus. Lalu imam Ahmad bertanya “sudah berapa lama kamu lakukan ini?”. Orang itu menjawab “sudah lama sekali syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan”. Imam Ahmad bertanya : “apa hasil dari perbuatanmu ini?”, orang itu menjawab “(lantaran wasilah istighfar) tidak ada hajat yang saya minta, kecuali pasti dikabulkan Allah. Semua yang saya minta ya Allah…., langsung diterima”.

Memang Nabi saw pernah bersabda :”siapa yang menjaga istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya. Lalu orang itu melanjutkan “semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah kabulkan”.

Imam Ahmad penasaran kemudian bertanya “apa itu?”. Kata orang itu “saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan Imam Ahmad”. Seketika itu juga Imam Ahmad bertakbir, “Allahuakbar, Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashrah dan bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid itu sampai ke jalanan karena istighfarmu”. Penjual roti terperanjat, memuji Allah, ternyata yang di depannya adalah Imam Ahmad.

Dari cerita itu, Saya berharap semoga Allah SWT memberikan kemampuan dan kekuatan kepada kami dan para bikers serta para pembaca umumnya selalu istiqomah membaca kalimat Istighfar kepada Allah SWT di setiap harinya di manapun dan kapanpun di dalam kehidupannya. Aamiin Yaa Robbal Alamiin.

* Muchamad Arief Mulyadi, S. HI, Penyuluh Agama Islam Kemenag Kabupaten Subang, Tour Leader PT Cahaya Raudhoh, Staf Kerohanian Lampu Satu Group, dan Kepala LPAI & DKM Al-Munajat.

Exit mobile version