Di bidang penghancuran akhlak generasi muda dan rekayasa Islam sebagai agama menakutkan, jejak freemason dan illuminati terlihat, baik gamblang maupun tersamar. Korupsi, kemaksiatan dan pengabaian terhadap Islam, sudah berkembang pesat hingga ke pelosok-pelosok. Diakui atau tidak, itulah “monumen” dan “situs” freemason dan illuminati yang paling spektatuler. Di Garut, juga di kota-kota lain di seluruh muka bumi.
Oleh : Usep Romli H.M.*
Etnis Yahudi, atau Bani Israil, terkenal sebagai bangsa “pengembara”. Terutama setelah dua kali terusir dari negerinya di kawasan Palestina (Kan’an), yaitu tahun 500 SM Masehi. Kota Yerusalem dihancurkan oleh Raja Nebukadnezar dari Babilonia. Bangsa Yahudi diangkut, dijadikan budak belian. Mereka baru terbebaskan 200 tahun kemudian.
Mereka kembali ke Yerusalem. Tapi pada tahun 70 Masehi kembali dihancurkan oleh Titus, Gubernur Romawi. Bangsa Yahudi diusir dari Yerusalem dan sekitarnya, sehingga cerai-berai (ber-diaspora) di muka bumi. Ada yang lari ke kawasan Eropa, Rusia, Afrika, Jazirah Arabia, dan lain-lain.
Yang tinggal di Jazirah Arabia, sebagian besar di Madinah, adalah etnis Yahudi Bani Nadlir. Mereka tinggal di Khaibar. Membuat benteng-benteng kokoh, sehingga berani menentang kekuatan umnat Islam pimpinan Nabi Muhammad Saw. Berkali-kali mereka membuat pengkhiatan kepada umat Islam dan Nabi Muhammad. Antara lain mengepung Madinah berkomplot dengan musyrikin Quraisy (tahun 5 Hijrah) dalam Perang Khandak.Tapi upaya mereka gagal total. Sebagian terbunuh, sebagian ditawan (Q. S. Al Ahzab : 25-26).
Pada tahun 9 Hijrah, pasukan Islam dipimpin Rasulullah Saw menyerang benteng Khaibar. Benteng kokoh kuat itu, jatuh hanya dalam tempo dua hari saja. Pasukan umat Islam yang dikomandani Sayyidina Ali bin Abi Thalib, menghancurkan benteng-benteng Khaibar. Penghuninya yang selamat, melarikan diri. Sejak saat itu, Jazirah Arab bersih dari etnis Yahudi.
Sebagai bangsa yang menderita kemiskinan dan kehinaan (Q.s. Al Baqarah : 61), Bani Israel berupaya sekuat tenaga menjadi “benalu hidup” dalam setiap even yang mengandung unsur kemungkinan melakukan “balas dendam”. Baik berupa pelampiasan amarah akibat kekalahan masa lampau, maupun berupa taktik dan strategi agar mampu “memperbudak” bangsa lain. Rumusan langkah perjuangan mereka terangkum dalam berbagai “protokol” untuk memandu gerakan-gerakan rahasia (freemason), yang penuh sinyal dan simbol (iluminasi) yang hanya dimengerti oleh mereka sendiri.
Mereka siap menjadi kelasi kapal ekspedisi Columbus mencari dunia baru (1492). Mereka siap menjadi buruh apa saja, untuk ikut rombongan penjelajah Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris, ke benua timur. Kelak para penjelajah itu menjadi penjajah, bersemboyankan “Glory, Gold, Gosphel” (3-G). Yaitu kemenangan (penaklukan), emas (kekayaan) dan penyebaran (agama).
Nusantara yang diranjah Spanyol dan Portugis (abad 15), kemudian dijajah Belanda (abad 16 hingga abad 20), menjadi lahan empuk para “freemason” dan kaum “iluminati” yang mendompleng para kolonialis-imperialis itu. Di setiap kota besar negara terjajah, mereka aktip menggerakkan perkumpulan rahasia, baik dengan kedok aliran keagamaan (theosofi), maupun ilmu pengetahuan. Berdirilah banyak “lodge” (loji) yang merupakan gedung tempat mereka bergiat.
Kota Garut disinyalisasi pernah menjadi bagian wilayah kegiatan “freemason” dan “iluminati”. Palig tidak, menurut Ahmad Yanuana Samantho, penulis buku “Garut Kota Illuminati” (2013). Dalam bukunya itu, ia menyebut ada indikasi kota Garut menyimpan jejak peradaban illuminati-fremasonry. Namun sumbernya masih sumir. Yaitu berdasarkan keterangan seorang mantan perwira TNI-AD, Ucep Jamhari. Ucep, sebagaimana dikutip Ahmad Yanuana Samantho (hal.196), mengatakan bangunan Masjid Agung Garut dan sekitarnya, menunjukkan jejak-jejak simbo illuminati dan freemasonry. Tampak antara lain, dari bentuk tugu “Obelisk” dan Gazeebo Oktagonal Heksagram yang oleh orang Garut disebut “babancong”. Tapi mungkin hal itu masih dapat diperdebatkan. Bisa menimbulkan pro-kontra.
Namun ciri “non-material” yang cukup jelas dari kehadiran freemason dan illuminati di Garut, yang terkenal sebagai “Kota Seribu Pesantren”, adalah perobahan akhlak perilaku manusia, khususnya generasi muda. Tujuan gerakan freemason dan illuminati, adalah merombak tatanan kehidupan sesuai arahan keinginan mereka. Kemapanan harus diubah agar selaras dengan tahap-tahap rencana freemason dan illuminati, yang mengkondisikan sikap penentangan terhadap nilai-nilai ilahiah. Khususnya “nubuwah” Muhammad Saw. Kaum freemason-illuminati mengemban tugas turun-temurun untuk menentang dakwah kenabian Muhammad Saw, karena Nabi Akhir Zaman menurut freemason, harus keturunan Israel. Bukan etnis lain. Termasuk keturunan Ismail.
Pokok dakwah Nabi Muhammad Saw adalah menegakkan ahlak mulia di kalangan umat manusia. Innama buistu li utamima makarimal ahlak. Maka penghancuran akhlak generasi muda (Islam) harus menjadi target terpenting.
Misi Nabi Muhammad juga dinyatakan sebagai “rahmatan li alamin” (Q.S. Al Anbiya : 107). Maka dipelintirlah agar Islam yang disebarkan Nabi Muhammad, tidak tampak dan tidak terasa sebagai rahmat. Bahkan diupayakan, Islam agar menjadi biang kerok teror dan kekacauan.
Di bidang penghancuran akhlak generasi muda dan rekayasa Islam sebagai agama menakutkan, jejak freemason dan illuminati terlihat, baik gamblang maupun tersamar. Korupsi, kemaksiatan dan pengabaian terhadap Islam, sudah berkembang pesat hingga ke pelosok-pelosok. Diakui atau tidak, itulah “monumen” dan “situs” freemason dan illuminati yang paling spektatuler. Di Garut, juga di kota-kota lain di seluruh muka bumi. [ ]
*Semasa hidup almarhum adalah wartawan, sastrawan dan pengelola pesantren. Semoga tulisan ini menjadi amal jariyah almarhum.