Jernih.co

Hari Arafah, Jangan Sok Jago Semua Kembali Kepada Tuhan Yang Sama

Jamaah haji berwukuf di Padang Arafah/Twitter @Imarat_Almadina

Di Arafah kita tersadar bahwa kita semua adalah sama status sebagai hamba. Talbiahnya sama, wukufnya pada waktu yang sama, menghadapnya juga ke arah yang sama.

Oleh: Prof Dr KH Ahmad Imam Mawardi *

HARI ini adalah hari Arafah. Para jamaah haji berkumpul bersama di padang Arafah merenungkan hakikat diri, bermuhasabah dan bertaubat dari segala salah dan khilaf.

Yang pernah menunaikan ibadah haji pasti pernah merasakan dahsyatnya keharuan suasana di hari Arafah ini.  Rata-rata tertunduk dan menangis berharap bisa diampuni segala dosa. Yang belum pernah, mungkin juga merasakan hal yang saya pada momen lain yang Allah pilihkan. Semoga semuanya sempat wukuf di Arafah (lagi) ya.

Prof Dr KH Ahmad Imam Mawardi

Di Arafah kita tersadar bahwa kita semua adalah sama status sebagai hamba. Talbiahnya sama, wukufnya pada waktu yang sama, menghadapnya juga ke arah yang sama. Bahkan pakaianpun adalah sama. Itu semua menyadarkan kita bahwa kseharian kita selama ini yang membedakan adalah peran permainan saja yang pada waktunya akan selesai kembali menjadi sama saja.

Jangan sombong dengan jabatan. Itu hanya permainan peran sementara saja. Jangan sombong dengan kekayaan, itu semua juga cuma permainan peran di dunia yang pasti juga berakhir. Jangan sombong dengan kekuasan, karena ia pun adalah permainan yang nanti akan selesai. Al-Qur’an telah menyatakan bahwa kehidupan di dunia ini adalah permainan sahaja. Jangan sok jago dan sombong, karena hakikatnya kita adalah sama sebagai hamba. Rukunlah sesama hamba, jangan saling tindas, tipu dan pukul.

Permainan catur memberikan pelajaran berharga bagi kita. Di atas papan catur, raja begitu wibawa dan dilindungi. Menteri, gajah, kuda, benteng dan bidak terasa sebagai bawahan yang tak semulia raja. Namun kita semua tahu bahwa setelah permainan usai, semua itu masuk kotak yang sama. Kadang rajanya berada di tumpukan paling bawah. Tak ada yang istimewa, karena semua ternyata hanya anak catur. Salam, AIM.

* Founder and Director di Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya, Dosen di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Exit mobile version