Jernih.co

Keakraban Keluarga itu Sangat Penting

Gojlokan dan sindiran dalam keluarga jangan dimaknai sebagai ejekan, melainkan sebagai ajakan untuk lebih akrab dan akur.

Oleh : Prof Dr KH Ahmad Imam Mawardi

SETELAH seharian sibuk dengan mengajar du melas, orasi ilmiah wisuda online, dan syuting 2 episode, badan dengan sendirinya menuntut rehat sejenak. Lalu saya sempatkan membaca sebuah kitab berjudul An-Nawadir wa Al Latha’if.

Prof Dr KH Ahmad Imam Mawardi

Saya tertarik membacanya karena biasanya jika berjudul An-Nawadir yang bermakna peristiwa unik dan jarang terjadi ada saja hal menarik masa lalu yang bisa membuat manusia kini tersenyum mengambil hikmah.

Saya kutipkan dua kisah saja tentang seorang tabiin terkenal bernama Al-A’masy yang agak banyak diceritakan di kitab ini. Suatu hari beliau tertawa terbahak-bahak sambil berkata kepada orang yang ada di depannya: “Hahahaa, tahu tidak mengapa saya tertawa?” Orang di depannya menjawab bahwa dia tidak tahu. Ya, siapa yang bisa menebak ketawanya orang, sementara tertawa itu memiliki seribu satu tafsir.

Al-A’masy lalu menjelaskan bahwa puterinya yang masih kecil itu di pagi buta usai bangun tidur memandang wajah beliau dengan sangat serius. Al-A’masy bertanya kepada puterinya: “Mengapa kamu memandang wajah ayah seperti itu anakku sayang?” Puterinya menjawab: “Aku cuma heran ayah, bagaimana ummi kok bisa suka ya sama ayah.” Al-A’masy tertawa mendengar pertanyaan lugu anaknya itu. Untung tidak tersinggung.

Kali lain saat Al-A’masy sedang duduk bersama istrinya, puterinya yang kecil itu datang nimbrung dan langsung bertanya kepada umminya di hadapan hidung sang ayah: “Ummi, apa tidak ada lelaki lain selain ayah yang bisa engkau nikahi?” Umminya kaget sekali, Al-A’masy tertawa terbahak-bahak. Lalu Al-A’masy bercerita bahwa puterinya bertanya seperti itu setelah permintaannya kepada sang ayah ditolak dan tidak dipenuhi.

Mungkin bagi sebagian pembaca kisah ini biasa saja dan tidak memuat nilai hikmah. Bagi saya, sungguh ada hikmah besar yang bisa diambil. Di antaranya adalah jaga keakraban keluarga. Gojlokan dan sindiran keluarga jangan dimaknai sebagai ejekan, melainkan sebagai ajakan untuk lebih akrab dan akur.

Hal lain adalah bahwa guyon, humor, berlucu-lucuan itu perlu untuk merelaksasi ketegangan syaraf-syaraf kehidupan. Selalu akrab dan akurlah dengan kekuarga. Sesekali tanyakan sendiri sebelum ditanyakan orang lain “mengapa pasanganku mau menerima aku?” lalu tertawalah sendiri. Salam, A.I. Mawardi. [*]

* Founder and Director di Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya

Exit mobile version