Kita tidak mungkin menggapai ketenangan dengan bergantung pada nasehat orang yang tidak tenang, tidak istiqamah dan belum selesai bertarung dengan dirinya.
Oleh: Prof Dr KH Ahmad Imam Mawardi
BARU saja saudara kami pulang dari pondok kami berdiskusi banyak hal mulai dari bab covid yang tak kunjung usai sampai para intrik politik yang tampil bak drama seri membosankan yang tak pernah berakhir. Di bagian akhir obrolan, kami tiba pada kesimpulan bahwa kita semua membutuhkan kehadiran orang yang 100% tulus mengarahkan dan membimbing kita menuju bahagia hakiki dunia dan akhirat.
Kita tidak mungkin menggapai ketenangan dengan bergantung pada nasehat orang yang tidak tenang, tidak istiqamah akan dirinya, belum selesai bertarung dengan dirinya. Kita membutuhkan arahan dan bimbingan dari orang yang tercerahkan, yang sampai pada maqam yakin dan ridla, posisi yang tidak tidak lagi meragukan keibadahan dan kebenaran ketentuan Allah. Adakah manusia semacam ini?
Pikiran saya melayang menuju ingatan akan sebuah tulisan yang menjelaskan posisi nabi dalam sejarah kemanusiaan. Nabi adalah manusia pilihan yang dipilih Allah untuk menjadi teladan bagi manusia dan menjadi penyelesai persoalan hidup manusia. Tidak ada satu pun nabi yang berkata dan berbuat untuk kepentingan dirinya.
Semuanya adalah atas petunjuk Allah dan mengajak kembali kepada Allah untuk menghapai ridlaNya. Tidak ada nabi yang berbohong dan menipu ummatnya. Tak ada yang berkeinginan untuk sendiri dengan mengorbankan lainnya. Semua nabi paham akan hakikat hidup di dunia yang tidak tunduk di bawah kehendak nafsu manusia. Para nabi memiliki visa bahagia bersama dan masuk surga semuanya.
Nah, itu kan jaman dahulu saat masih ada nabi-nabi. Setelah kehadiran Nabi Muhammad tak mungkin lagi ada nabi karena beliau adalah nabi terakhir, penutup para nabi. Bagaimana dengan kita yang hidup zaman ini? Siapa yang bisa membimbing dan mengarahkan dengan tulus menuju jaya bahagia hakiki?
Najib Mahfudz dengan indah dan singkat berkata: “Harus Anda tahu bahwa setiap masa itu pasti memiliki para nabi. Dan harus tahu bahwa nabi-nabi masa kini adalah PARA ALIM ULAMA.”
Siapakah ulama yang dimaksud? Tidak mudah mengindentifikasi. Namun ada tanda-tanda yang bisa dijadikan patokan dasar. Mari kita cari ulama yang benar-benar ulama, yang tulus berpikir ummat untuk bahagia dan jaya bersama-sama. Salam, Ahmad Imam Mawardi. [*]
* Founder and Director di Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya dan Dosen di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.