Jernih.co

Setetes Embun: Hidup yang Penuh Harapan

Setiap orang yang mengikuti Yesus memiliki hidup bukan hanya demi dirinya sendiri tetapi untuk diabdikan kepada mereka yang sangat membutuhkan

Penulis: Kimy Ndelo, CSsR

JERNIH-Di Istana Kerajaan Teheran di Iran, ada salah satu karya mosaik terindah di dunia bernama Talar e Brelian. Langit-langit dan dindingnya berkilau seperti berlian dengan pantulan cahaya beraneka segi.

Ini semua berawal dari kecelakaan. Ketika istana dirancang, arsiteknya ingin memasang cermin besar di dinding. Ketika pengiriman pertama tiba dari Paris, mereka terkejut karena cermin-cermin itu pecah. Kontraktor membuangnya ke tempat sampah dan menyampaikan kabar duka tersebut kepada sang arsitek.

Hebatnya, sang arsitek memerintahkan semua pecahan dikumpulkan, lalu menghancurkannya menjadi potongan-potongan kecil dan menempelkannya ke dinding hingga menjadi mosaik pecahan kaca yang keperakan, berkilauan, dan bercermin. Ruangan itu menjadi salahsatu bagian terindah dari istana Teheran yang menjadi warisan dunia saat ini.

***

Hidup yang hancur berkeping-keping adalah nada dasar Ayub dalam bacaan pertama minggu ini. Ayub memandang hidupnya tak berarti lagi ketika duka dan derita menimpanya nyaris tak berkesudahan.

“Ingatlah bahwa hidupku hanya hembusan nafas, mataku tidak akan lagi melihat yang baik”. (Ayub 7,7).

Keputus-asaan dan kehilangan harapan bisa begitu menguasainya sehingga hanya dia melihat hidup dengan sikap pesimistis.

Hidup yang diliputi rasa sakit, penderitaan dan kesedihan, bagaikan drama tanpa akhir dalam sejarah umat manusia.

Kadang hidup dialami sebagai kehancuran tanpa kemungkinan untuk diperbaiki lagi. Hidup juga bisa dialami sebagai kegelapan tanpa ada harapan melihat terang, tersesat tanpa jalan keluar.

Hidup macam inilah yang pertama-tama menyentuh perhatian Yesus. Injil Markus yang dikenal sebagai Injil “apa adanya” tentang Yesus, mengisahkan pada bagian awal karya Yesus sebagai karya karitatif.

Yesus mengusir setan dan menyembuhkan ibu mertua Petrus di Kapernaum. Selanjutnya kisah hidupnya berputar sekitar kotbah/pengajaran dan tindakan penyembuhan.

Karya-Nya adalah restorasi hidup, baik jasmani maupun rohani. Dia tidak berpretensi untuk mengubah dunia dalam sekejap. Dia justru mulai dengan apa yang ada di depan mata, dari satu orang ke orang yang lain.

Hidup macam ini tentu saja mendatangkan pujian dan kekaguman. Yesus dielu-elukan sebagai seorang nabi yang penuh kuasa. Rasa nyaman dalam penerimaan dan pujian orang kadang membuat orang tak mau pergi dari tempat itu.

Tapi Yesus memilih sikap untuk pergi ke tempat lain juga. Dia bekerja bukan untuk kenyamanan pribadi melainkan untuk orang lain. Dia tidak mencari pujian tetapi membagi kebaikan dan kasih kepada orang lain. Hidup-Nya adalah hidup yang diabdikan.

Setiap orang yang mengikuti Yesus memiliki hidup bukan hanya demi dirinya sendiri tetapi untuk diabdikan kepada mereka yang sangat membutuhkan. Melalui kasih kita yang tanpa syarat, dengan kuasa Tangan Tuhan, kehancuran seperti apa pun bisa dirajut menjadi sebuah keindahan yang tak akan lekang oleh waktu.

(SETETES EMBUN, by P. Kimy Ndelo, CSsR; ditulis di Biara Redemptoris Bonn, Jerman).

Exit mobile version