Spiritus

Setetes Embun: Menjadi Garam Dan Terang

“Lakukan semua kebaikan yang Anda bisa, dengan segala sarana yang Anda bisa, dengan segala cara yang Anda bisa, di semua tempat yang Anda bisa, kepada semua orang yang Anda bisa, selama Anda bisa.” (Nasihat John Wesley).

JERNIH-“Kamu adalah garam dunia”. “Kamu adalah terang dunia”. (Mat 5.13.14).

Metafora Yesus untuk menggambarkan identitas kristiani sebetulnya berasal dari pemahaman-Nya akan fungsi garam dan terang dalam hidup sehari-hari orang Israel pada jaman ini.

Ayub menyatakan, “makanan tanpa garam adalah makanan hambar yang menyedihkan dan bahkan memuakkan” (Ayub 6,6-7).

Salah satu fungsi utama garam adalah membumbui makanan, memberi rasa dan aroma.

Santo Yohanes Paulus II, Paus, mengatakan; “Garam yang menjaga identitas Kristiani kita tetap utuh bahkan di dunia yang sangat sekuler adalah rahmat Pembaptisan” (Pesan Hari Pemuda 2002).

Kekristenan memberi warna pada kehidupan, meskipun seringkali orang berpikir sebaliknya tentang kita. Dalam dunia yang cemas dan tertekan, orang Kristen harus menjadi satu-satunya orang yang tetap penuh dengan kegembiraan hidup, dan tetap menyampaikannya kepada orang lain.

Adalah tugas kita untuk membuat dunia ini terasa “enak” atau dapat dinikmati terlepas dari kejahatannya yang “tidak menyenangkan”. Melestarikan prinsip moral dan budaya yang diberikan Yesus berarti menambahkan rasa pada kehidupan, walaupun mungkin ada yang tidak menyukainya.

*

Orang-orang Israel yang kembali dari pembuangan Babel berharap untuk segera memulihkan ibu kota tercinta mereka, Yerusalem, tetapi penyelesaian proyek itu sangat lambat. Kota dibangun kembali tak secepat yang mereka bayangkan. Orang-orang bertanya-tanya mengapa penderitaan mereka begitu lama.

Nabi Yesaya memberi tahu mereka bahwa masalah utamanya adalah keengganan mereka untuk berbagi berkat Tuhan dengan orang lain. Oleh karena itu, sang nabi memberikan contoh tentang bagaimana mereka membiarkan terang Allah bersinar melalui mereka:

baca juga: Setetes Embun: Paradoks

“Supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! (Yes 58,7.10)

“Dan apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari.” (Yes 58,7.10)

Nabi Yesaya berbicara menggunakan istilah keadilan dan kasih sayang untuk yang lemah, membutuhkan, dan rentan karena melalui merekalah kebaikan Tuhan terungkap, dan cahaya orang-orang Israel akan bersinar seperti fajar.

baca juga: Setetes Embun: Dipanggil Menjadi “Terang”

Meringankan penderitaan kaum tertindas dan memenuhi kebutuhan orang lain adalah kegiatan yang menghasilkan cahaya. Menghindari kedengkian dan menghibur yang menderita, memungkinkan orang lain untuk melihat dan mengalami terangTuhan.

Seperti garam yang membumbui dan mengawetkan makanan, demikianlah kita memelihara iman.  Seperti halnya menjaga agar terang tetap menyala secara merata di dalam perapian untuk waktu yang lebih lama, demikianlah kita menjaga para api Roh tetap menyala.

*

“Lakukan semua kebaikan yang Anda bisa, dengan segala sarana yang Anda bisa, dengan segala cara yang Anda bisa, di semua tempat yang Anda bisa, kepada semua orang yang Anda bisa, selama Anda bisa.” (Nasihat John Wesley).

Menjadi garam dan melihat terang bagaikan menerima berkat Fransiskan berikut ini:

“Semoga Tuhan memberkati Anda dengan ketidaknyamanan atas jawaban yang seenaknya, atas setengah kebenaran, dan hubungan yang dangkal sehingga Anda dapat hidup jauh di lubuk hati Anda.

Semoga Tuhan memberkati Anda dengan kemarahan atas ketidakadilan, penindasan, dan eksploitasi orang, sehingga Anda dapat mengharapkan keadilan, kebebasan, dan perdamaian.

Semoga Tuhan memberkati Anda dengan kebodohan yang cukup untuk percaya bahwa Anda dapat membuat perbedaan di dunia ini, sehingga Anda dapat melakukan apa yang menurut orang lain tidak dapat dilakukan.”

(SETETES EMBUN, by P. Kimy Ndelo CSsR; ditulis di Biara Novena Maria Bunda Selalu Menolong (MBSM), Kalembu Ngaa Bongga (KNB), Weetebula Sumba, Indonesia Selatan).

Back to top button