Tarawih di mesjid dan mushalla Ramadhan kali ini ada yang berubah bukan hanya protokoler kesehatannya, melainkan juga durasi shalat dan ceramah tarawih yang mengalami diskon sekitar 50%-an.
Oleh: Prof Dr KH Ahmad Imam Mawardi
MASJID dan mushalla lumayan penuh juga di Ramadhan musim pandemi ini. Yang berubah dari musim normal bukan hanya protokoler kesehatannya, melainkan juga durasi shalat dan ceramah tarawih. Sepertinya mengalami diskon sekitar 50% an dari waktu yang digunakan masa normal. Ayat yang dibaca pendek-pendek saja, ceramahnya pun singkat-singkat.
Anak-anak kecil dan remaja rata-rata senang yang cepat selesai. Orang-orang dewasa juga ada yang senang versi singkat ini. Kalau agak lama sedikit, biasanya sudah mulai ada yang mengeluh dan batuk-batuk. Biasanya yang begini ini di mushalla. Kalau di masjid, biasanya agak ketat pengaturannya.
Di mushalla sebelah malam ini agak heboh, ketika anak-anak kecil pulang duluan saat ceramah tarawih masih berlangsung separuh. Anak-anak kecil ramai keluar dan nongkrong di pinggir jalan sampil menyulut mercon kecil.
Seorang kakek bertanya kepada mereka alasan mengapa tidak ikut sampai selesai witir. Mereka menjawab bahwa penceramahnya kurang gaul, tidak update informasi, ketinggalan zaman. Ketika mereka ditanya buktinya, komandan group anak kecil itu menjawab:
“Mbah penceramah itu tadi berkali-kali berbicara bahwa para maling, koruptor dan penipu itu nanti langsung pergi masuk ke neraka. Mbah penceramah itu tidak tahu berita bahwa para maling, koruptor dan penipu itu banyak yang pergi ke London, Amerika, Singapura dan lainnya, masuk hotel dan restoran mewah. Kurang informasi itu. Maka kami pulang duluan.”
Nah, bagaimana cara menyelesaikan kasus seperti ini? Selamat istirahat santai sambil tadarrusan. Salam, A. I. Mawardi. [*]
* Founder and Director di Pondok Pesantren Kota Alif Laam Miim Surabaya serta Dosen di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya