Kemudian ‘Umar bertanya tentang Uways, yang dijawab: “Dia orang gila yang hidup terpencil tidak berkumpul dengan siapa pun. Dia tidak makan makanan yang orang makan, dan dia tidak merasa senang atau sedih. Ketika orang lain tersenyum dia menangis, dan ketika orang lain menangis dia tersenyum.”
JERNIH–Uways hidup pada masa Rasul, namun terhalangi untuk melihat beliau. Pertama oleh kemabukan (cinta kepada Allah) yang mengalahkannya. Kedua oleh kewajiban untuk mengurus ibunya.
Rasul SAW bersabda kepada para sahabat: “Ada seseorang di Qaran yang bernama Uways, yang nanti pada Hari Kebangkitan akan menyelamatkan banyak orang, sebanyak biri biri Rabf‘ah dan Mud’ar.”
Kemudian beliau berbalik kepada ‘Umar dan ‘Ali sambil bersabda: “Kalian berdua akan menemuinya. Dia seorang miskin, tinggi sedang, berbulu, dan pada lambung kirinya terdapat bintik putih sebesar dirham yang bukan karena penyakit lepra. Terdapat bintik yang sama di telapak tangannya. Sampaikan salamku, dan mintalah kepadanya untuk mendoakan umatku.”
Sepeninggal Rasul, ‘Umar mengunjungi Makkah, dan berseru dalam sebuah khotbah: “Wahai masyarakat Najd, adakah di antara kalian berasal dari Qaran?” Mereka menjawab: “Ya.”
Baca Lagi: Dukung Kebebasan Aspirasi, Ketua Syarikat Islam Hamdan Zoelva Bantah Jadi Kontributor Aksi 114
Kemudian “Umar bertanya tentang Uways yang dijawab: “Dia orang gila yang hidup terpencil tidak berkumpul dengan siapa pun. Dia tidak makan makanan yang orang makan, dan dia tidak merasa senang atau sedih. Ketika orang lain tersenyum dia menangis, dan ketika orang lain menangis dia tersenyum.”
‘Umar berkata: “Saya ingin bertemu dengannya.” Mereka menjawab: “Dia tinggal di gurun yang jauh dan unta-unta kami.” ‘Umar dan ‘Ali bergegas mencarinya. Mereka berdua mendapatinya sedang salat, dan menunggu hingga usai.
Dia memberi salam kepada keduanya dan menunjukkan kepada keduanya tanda di lambung dan telapak tangannya. Keduanya menyampaikan salam Rasul kepadanya, dan memintanya untuk mendoakan umat Islam.
Setelah terdiam untuk beberapa lama, dia berkata: “Kalian berdua mengambil resiko (dengan menemui saya), sekarang kembalilah, karena Hari Kebangkitan sudah dekat, ketika kita bertemu satu sama lain tanpa sempat mengucapkan salam perpisahan. Saat ini saya sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi Hari Kebangkitan.”
Ketika orang-orang Qaran itu kembali ke rumah, mereka menunjukkan rasa hormat kepada Uways. Dia meninggalkan orang sekampungnya dan menuju Kufah.
Suatu hari dia terlihat oleh Harim Ibn Hayyan, bahkan sempat bernasihat kepadanya. Keduanya belum pernah bertemu, namun Uways menyapa nama Harim lebih dulu,”Waalaikum salam, ya Harim…”
“Bagaimana Engkau tahu saya Harim?”
“Jiwaku mengenali jiwamu,” jawab Uways.
Dia bernasihat,”Jagalah hatimu (alayka bi qalbika).”
Para ulama menerjemahkan nasihat itu menjadi “Jagalah hatimu dari memikirkan ‘yang lain’”. Itu pun masih memiliki dua makna:
-Jadikan hatimu taat kepada Allah dengan jalan mujahadah (bersungguh hati dalam beribadah/ berjihad)
-Taatlah kepada perintah hatimu sendiri.
Setelah itu tak ada catatan orang-orang melihatnya hingga periode perang Siffin. Saat itu Uways berjuang membela ‘Ali dan syahid dalam perang tersebut. [ ] Sumber : “Kashf Al-Mahjub” karangan Syekh Ali Ibn Usman al-Jullabi Al-Hujwiri