Site icon Jernih.co

17 Organisasi Berita AS Keroyok Facebook

JERNIH — Facebook seolah mampu menangkis serangan pelapor, badai public relation (PR), dan pertanyaan Kongres AS. Kini ketiganya bergabung dan kekaisaran Mark Zuckerberg dalam bahaya.

Jumat pekan lalu sebuah konsorsium 17 organisasi berita di AS mulai menerbitkan serangkaian cerita, disebut The Facebook Papers, berdasarkan ratusan dokumen internal perusahaan. Dokumen itu dimasukan dalam pengungkapan yang dibuat ke Securities and Exchange Commission (SEC) dan Kongres AS dalam bentuk yang telah disunting penasehat hukum pelapor Facebook Frances Haugen.

CNN, yang berada dalam konsorsium, meninjau versi yang disunting dan diterima Kongres AS.

Liputan CNN mencakup cerita bagaimana kelompok terkoordinasi di Facebook menabur perselisihan dan kekerasan, serta tantangan Facebook memoderasi konten di beberapa negara yang tidak berbahasa Inggris. Serta bagaimana pedagang manusia menggunakan platform-nya untuk mengeksploitasi orang.

CNN, dan outlet lain yang menjadi bagian konsorsium, mengikuti pengawasan ketat Facebook selama sebulan.The Wall Street Journal sebelumnya menerbitkan cerita berdasarkan puluhan ribu halaman dokumen internal Facebook yang dibocorkan Haugen.

Publikasi ‘Facebook Files’ Journal, yang mengangkat kekhawatiran dampak Instagram pada gadis remaja, mendorong sidang subkomite Senat dengan kepala keamanan global Facebook Antigone Davis.

Haugen kemudian bersaksi di depan subkomite Senat bahwa produk Facebook membahayakan anak-anak, memicu perpecahan, dan melemahkan demokrasi kita.

Saat ini tidak ada akhir yang terlihat untuk masalah Facebook. Anggota subkomite Senat meminta CEO Facebook Mark Zuckerberg bersaksi. Jumat pekan lalu, mantan karyawan Facebook lainnya secara anonim mengajukan keluhan terhadap perusahaan ke SEC, dengan tuduhan mirip Haugen.

Facebook menangani skandal atas pendekatannya terhadap privasi data dan moderasi konten. Namun, kumpulan besar dokumen, dan banyak cerita yang masih akan datang dari kantor Facebook, menyentuh kekhawatiran di setiap bagian dari bisnisnya.

Pendekatannya untuk memerangi ujaran kebencian dan misinformasi, mengelola pertumbuhan internasional, melindungi pengguna yang lebih muda, bahkan kemampuannya secara akurat mengukur jumlah audiens yang besar.

Pertanyaan yang tak nyaman adalah apakah Facebook benar-benar mampu mengelola potensibahaya di dunia nyata dari platform-nya yang sangat besar, atau apakah raksasa media sosial itu menjadi terlalu besar untuk gagal?

Mencoba Membalikan Halaman

Facebook berulang kali mencoba mendiskreditkan Haugen, dengan mengatakan kesaksian dan laporannya tentang miskarakterisasi dokumen mencirikan tindakan dan upayanya.

“Inti dari cerita ini adalah premis yang salah,” kata juru bicara Facebook kepada CNN. “Kami adalah bisnis, dan kami menghasilkan keuntungan, tapi gagasan bahwa kami melakukannya dengan mengorbankan keselamatan dan kesejahteraan, orang salah menilai kepentingan komersial kami berada.”

Dalam cuitan pekan lalu, wakil presiden komunikasi Facebook John Pinette menyebut Facebook Papers sebagai pilihan yang dikuratori juraan dokumen di Facebook yang sama sekali tidak dapat digunakan untuk menarik kesimpulan yang adil tentang Facebook.

“Facebook memiliki lebih banyak dokumen yang menceritakan kisah lebih lengkap, mengapa tidak merilisnya,” katanya.

Langkah yang jelas bagaimana Facebook berusaha membalikan halaman adalah dengan rencana mengubah citra dirinya. Salah satunya dengan mengganti nama platform dan perusahaan.

Facebook seolah tidak lagi bisa mengelak bagaimana platform ini tidak mampu mencegah posting kekerasan, atau apa pun yang dituduhkan kepadanya.

Contoh paling menarik adalah pengakuan kartel narkoba bernama Cartel Jalisco Nueva Generation yang menggunakan Facebook untuk memposting kekerasan dan merekrut anggota baru menggunakan akronim CJNG. Padahal, secara kartel paling sadis ini telah ditetapkan sebagai organisasi berbahaya yang kontennya harus dihapus.

Exit mobile version