Peristiwa astronomi berupa hujan mateor Quadrantid telah berlangsung menjelang dini hari Sabtu (4/2020). Hujan Mateor tersebut merupakan peristiwa langit pertama di awal tahun 2020. Lapan.go.id menulis bahwa hujan meteor Quadrantid ini berlangsung antara 12 Desember 1019 sampai dengan 12 Januari 2020 dan puncaknya terjadi pada tanggal 4 Januari 2010.
Bila langit malam tak berawan dan gelap sepenuhnya, akan tampak 120 mateor setiap jam melintas jatuh. Akan tetapi kondisi musim penghujan di Bulan Januari mengakibatkan penampakan hujan mateor tersebut kemungkinan besar terhalang oleh kondisi cuaca. Selain itu, radiant (titik pancar) hujan mateor ini berada di ketinggian 22 derajat dari horison sehingga cahaya lampu kota mengaburkan cahaya lintasan mateor.
Titik pancar hujan meteor Quadrantid, ini berada di tepi utara rasi Bootes, tidak jauh dari Big Dipper yang terletak di antara ujung gagang Bintang Biduk (alkaid) dan kepala rasi bintang Draco. Hujan meteor ini paling jelas dilihat di belahan bumi bagian utara, tetapi bisa dilihat sebagian hingga 50 derajat lintang selatan. Di Jawa Barat dan sekitarnya hujan mateor ini akan tampak dini hari (setelah pukul 02.46 WIB) setelah Rasi Bootes terbit di ufuk timur dan tampak terus sampai pukul 05.20 WIB.
Mateor Quadrantids dianggap sebagai salah satu hujan meteor tahunan terbaik. Puncak dari hujan meteor dapat berlangsung dua hari, sehingga pengamatan terhadap meteor jauh leluasa. Selama puncaknya, 60 hingga 200 meteor Quadrantid dapat dilihat perjam di bawah kondisi langit malam yang sempurna. Quadrantids juga dikenal karena mateor yang tampak seperti hujan bola api yang terang. Bola api tersebut merupakan ledakan cahaya yang lebih besar dan dapat bertahan lebih lama disebabkan bola api tersebut berasal dari partikel material yang lebih besar.
Meteor berasal dari sisa partikel komet dan asteroid yang rusak ketika benda-benda tersebut mengelilingi matahari. Serpihan yang dipancarkannya secara bertahap menyebar disekitar orbitnya. Jejak serpihan-serpihan tersebut kemudian bertabrakan dengan atmosfir bumi yang setiap tahun melewatinya sehingga menciptakan garis-garis berapi yang membuat langit berwarna-warni. Fenomena terbakarnya meteorid oleh laposan atmosfir biasanya terjadi pada ketinggian 70 km hingga 100 km dari permukaan bumi.
Nama Quadrantids diambil dari Quadrans Muralis, yaitu bekas rasi bintang yang ditemukan pada tahun 1795 oleh astronom Perancis, Jérôme Lalande. Rasi tersebut sekarang menjadi bagian dari rasa Bootes. Pada awal Januari 1825, Antonio Brucalassi di Italia melaporkan bahwa atmosfer dilintasi oleh banyak benda bercahaya yang dikenal dengan nama bintang jatuh. Bintang jatuh itu tampak terpancar dari Quadrans Muralis. Pada tahun 1839, Adolphe Quetelet dari Brussels Observatory di Belgia dan Edward C. Herrick di Connecticut menyarankan agar peristiwa bintang jatuh dari Quadrans Muralis itu disebut Quadrantids.
Pada tahun 1922, Persatuan Astronomi Internasional (IAU) menyusun daftar 88 rasi bintang modern dan disetujui oleh IAU pada pertemuan umum perdana yang diadakan di Roma pada bulan Mei 1922. Namun nama rasi Quadrans Muralis tidak masuk dalam daftar itu, akan tetapi nama Quadrantids tetap dipergunakan sampai sekarang. (Pd)