Sebagai balasan, Iran menjanjikan dukungan dana dan teknis tidak terbatas bagi Taliban. Iran mengirim para perwira militernya untuk melatih dan memberi saran kepada para pejuang Taliban.
JERNIH– Hubungan Taliban dan Iran memasuki babak baru sejak 2015, ketika ISKP (Negara Islam Provinsi Khorasan) yang merupakan cabang dari ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) di Afghanistan muncul.
Sebuah delegasi berisi sejumlah pemimpin Taliban kemudian melawat ke Teheran untuk membahas pembukaan kantor biro politik Taliban di negara kaum Mullah itu.
Di tahun yang sama, Qasim Sulaimani, komandan Brigade Quds yang merupakan sayap luar negeri IRGC (Korps Garda Revolusi Islam) Iran juga berkunjung ke Afghanistan. Sulaimani–yang terbunuh akibat serangan pesawat nirawak Amerika Serikat di luar Bandar Udara Baghdad, Irak, awal Januari tahun lalu– berhasil mencapai kesepakatan dengan pimpinan Taliban.
Kepada Middle East Eye, sejumlah komandan milisi Syiah di Irak yang dekat dengan Sulaimani mengatakan, ada banyak kesepakatan diraih. Yang paling penting adalah mencegah militer Amerika Serikat membangun markas di dekat perbatasan Afghanistan dengan Iran, menghentikan penyelundupan narkotik ke kawasan Teluk Persia melalui Iran, menggenjot level serangan terhadap pasukan Amerika di Afghanistan, serta menghentikan sepenuhnya serangan kepada kaum Syiah di Afghanistan.
Komunitas Syiah di Afghanistan ini tersebar di Mazari Syarif (ibu kota Provinsi Balkh), Ghazni (Provinsi Ghazni), Herat (Provinsi Herat), Nili (Provinsi Daikundi), dan ibu kota Kabul.
Sebagai balasan, Iran menjanjikan dukungan dana dan teknis tidak terbatas bagi Taliban. Iran mengirim para perwira militernya untuk melatih dan memberi saran kepada para pejuang Taliban, dan negeri Persia ini juga mengizinkan Taliban membangun kamp pelatihan dan tempat berlindung bagi para pemimpin Taliban di wilayah Iran dekat dengan perbatasan Afghanistan.
Teheran juga berkomitmen tidak akan memulangkah anggota Brigade Fatimiyun sepulang dari mereka berperang menghadapi pemberontak di Suriah. Brigade Fatimiyun ini berisi orang-orang Syiah dari Suku Hazara di Afghanistan menjadi pengungsi di Iran.
“Sejak saat itu (2015), Taliban tidak lagi menyasar orang-orang Syiah di sana (Afghanistan),” kata seorang komandan dari sebuah milisi Syiah Syiah di Irak paling dekat dengan mendiang Qasim Sulaimani. “Semua serangan terhadap kaum Syiah di Afghanistan dilakukan oleh ISIS.”
Komandan milisi Syiah di Irak itu pun menekankan kebanyakan pejuang Taliban adalah orang-orang Sufi. “Mereka tidak memiliki persoalan ideologi dengan Syiah dan mereka termasuk membuat perjanjian dengan Sulaimani,” ujarnya.
Sejauh ini, sejak mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada 15 Agustus, Taliban membuktikan janjinya kepada Sulaimani dan Iran. Mereka menjamin keselamatan dan kebebasan beribadah kaum Syiah di Afghanistan, termasuk merayakan Hari Asyura (peringatan wafatnya Imam Husain bin Ali, cucu dari Rasulullah) pekan lalu. [ Middle East Eye/Al-Balad]