Para pengusaha Indonesia disebut-sebut akan bergabung Juni nanti
SINGAPURA—WhatsHalal, sebuah aplikasi popular untuk memindai mana makanan halal yang digunakan mereka yang peduli, telah mengumpulkan dana tak kurang dari 4,5 juta dolar AS. Dana itu akan mereka gunakan untuk pengembangan teknologi aplikasi tersebut.
Hingga saat ini WhatsHalal telah tersedia untuk diunduh di di 29 negara, termasuk Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Selasa (18/2) lalu, atau hanya 10 bulan setelah peluncuran aplikasi yang bermarkas di Singapura tersebut, WhatsHalal mengumumkan mereka telah mengumpulkan dana sebesar itu guna pengembangan lebih lanjut teknologi yang digunakannya.
Pihak perusahaan mengatakan, mereka berencana menggunakan dana yang terkumpul publik yang difasilitasi situs crowdfunding, FundedHere, itu untuk membiayai ekspansi di Asia Tenggara, merekrut talenta, dan mengembangkan teknologi aplikasi tersebut lebih lanjut.
“Aplikasi kami telah tersedia di 29 negara, termasuk Singapura, Malaysia, Indonesia dan Australia,” kata Azman Ivan Tan, pendiri start-up tersebut. Dia mengakui bahwa pihaknya juga menerima pendanaan dari Indonesia, yang menurutnya ‘sangat kompetitif.
Aplikasi WhatsHalal yang menggunakan teknologi blockchain itu, saat ini menawarkan enam layanan: panduan makanan halal, daftar restoran halal, pengiriman makanan halal, pemesanan halal, dan pemesanan restoran halal. Dia juga memiliki pemindai barcode untuk mengidentifikasi apakah sebuah paket makanan memiliki sertifikasi halal atau tidak.
Tahun ini start-up tersebut meluncurkan apa yang diklaimnya sebagai ‘sistem sertifikasi halal online global pertama di dunia’, yang akan membantu perusahaan mengamankan dan mengelola sertifikasi halal di berbagai negara dengan lebih mudah dan lebih cepat.
Azman Ivan Tan mengatakan perusahaannya mengantisipasi ‘permintaan besar’ untuk layanan baru ini. Ia menyebut kalangan usaha Singapura telah menyatakan kesiapan mereka, sementara para pengusaha Indonesia diharapkan Juni mendatang pun sudah bergagung.
“Saya percaya kami hanya menggaruk permukaan tentang seberapa kuat teknologi dapat dimanfaatkan untuk industri halal,” kata dia. [businessInsider]