Hafez, yang adalah seorang profesor di Universitas Salzburg, merinci dalam sebuah video dan serangkaian postingan di Twitter bagaimana rumahnya digerebek pada pagi hari tanggal 9 November 2020, dengan sepasukan polisi yang menodongkan senjata terkokang kepada dirinya dan keluarganya.
JERNIH–Pemerintah Austria mencabut tuduhan terkait “terorisme” terhadap akademisi Austria, Farid Hafez, pekan ini. Pencabutan itu dilakukan lebih dari dua tahun setelah rumahnya digerebek pihak berwenang Austria dan asetnya dibekukan.
Keputusan setebal 10 halaman yang dikeluarkan pada Selasa (10/1) lalu oleh Pengadilan Tinggi Daerah Graz, kota terbesar kedua Austria, menyatakan bahwa “Tidak ada tindakan hukum lebih lanjut terhadap keputusan ini” yang artinya membebaskan Hafez. Hal tersebut dilaporkan Die Presse, sebuah surat kabar berbahasa Jerman di Austria. Pengadilan menambahkan bahwa tidak ada bukti yang diberikan negara dalam tuduhan yang diajukan terhadap Hafez.
“Setelah 791 hari penganiayaan hukum, anak-anak trauma, kurang tidur, penutupan rekening dan aset bank, serta eksodus ke Amerika Serikat, Pengadilan Tinggi telah memutuskan bahwa penyelidikan atas tuduhan terorisme terhadap saya tak lebih dari tuduhan palsu,” kata Hafez, ilmuwan politik tersebut melalui Twitter.
Hafez, yang adalah seorang profesor di Universitas Salzburg, merinci dalam sebuah video dan serangkaian postingan di Twitter bagaimana rumahnya digerebek pada pagi hari tanggal 9 November 2020, dengan sepasukan polisi yang menodongkan senjata terkokang kepada dirinya dan keluarganya.
Apartemennya adalah salah satu dari sekitar 60 rumah aktivis dan akademisi Muslim yang digerebek pada November 2020, dalam apa yang disebut menteri dalam negeri Austria sebagai “Operasi Luxor”.
Surat perintah penggeledahan yang digunakan polisi juga menuduhnya mendukung penggulingan Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi.
Hafez mengatakan dia ditanyai sejumlah pertanyaan oleh polisi tentang sikapnya terhadap Islamofobia dan Islam di Austria, serta pertanyaan tentang hobi dan perilaku keluarganya.
Pada 2021, dia mengatakan aset dan rekening banknya dibekukan.
Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera, Rabu lalu, akademisi tersebut mengatakan bahwa dia lega tidak lagi hidup dalam “limbo”. “Saya tidak pernah tahu apakah hakim akan melanjutkan dan benar-benar mengajukan tuntutan, yang saya tidak percaya [mereka akan lakukan] kapan saja,” katanya. “Tapi aku juga tidak percaya serangan seperti itu bisa terjadi.”
Hafez, yang sekarang menjadi profesor di Williams College di AS, terkenal karena laporan tahunan tentang Islamofobia Eropa dan merupakan salah satu pendiri Asosiasi Pemuda Muslim Austria.
Sebuah film dokumenter yang dirilis oleh Al Jazeera pada Mei 2022 mengulas apa yang terjadi pada 9 November 2020 itu. [die presse/middle east eye]