Site icon Jernih.co

“Cops”, Serial Reality-Show yang Mengglorifikasi Polisi, tak Lagi Tayang

“Tayangan itu adalah sebuah senjata kehumasan untuk penegakan hukum. Sayangnya, penegakan hukum tidak membutuhkan ‘PR’. Penegakan hukum lebih memerlukan akuntabilitas di negara ini,” kata Robinson, menambahkan.

Oleh   : Nicole Sperling

“Cops” tak lagi menyapa pemirsa. Paramount Network pada Selasa kemarin mengonfirmasi bahwa mereka telah menghapus reality show itu dari jadwalnya, untuk menyikapi demonstrasi nasional di AS yang menuntut sebuah reformasi kepolisian. Akhir bulan lalu, jaringan televisi itu sempat menangguhkannya untuk sementara dari jadwal acara.

“”Cops” tak ada lagi pada jaringan Paramount, dan kami tidak memiliki rencana, baik saat ini atau pun di masa depan, untuk mengembalikannya,” kata juru bicara jaringan televisi tersebut.

Spike TV, pendahulu Paramount Network, mengambil “Cops” pada 2013, setelah acara reality-show itu dibatalkan jaringan Fox, jaringan kabel yang telah menyiarkannya selama 25 tahun. Musim ke-33 pertunjukan ini sebelumnya diperkirakan akan tayang perdana di Paramount pada 15 Juni.

Kematian George Floyd di Minneapolis bulan lalu telah memicu suatu gerakan, memicu ratusan demo dan upaya untuk mengubah kebijakan peradilan pidana. Floyd, seorang pria kulit hitam, ditahan selama hampir sembilan menit oleh seorang polisi kulit putih.

Kelompok hak-hak sipil ‘Color of Change’ memulai kampanye mereka pada 2013 mendesak Fox untuk tidak memperbarui acara penegakan hukum tanpa naskah tersebut, dan meminta pengiklan untuk iklan mereka. Sejak “Cops” memulai debutnya pada tahun 1989, kelompok itu mengatakan, jaringan, produser acara dan pengiklan “telah membangun model laba di sekitar penggambaran yang diputarbalikkan dan tidak manusiawi dari orang kulit hitam Amerika dan sistem peradilan pidana.”

Organisasi itu berpendapat bahwa meskipun “Cops” dipasarkan dengan label tidak memihak, acara itu “menawarkan versi kejahatan dan sistem peradilan pidana yang sangat tersaring—sebuah ‘realitas’ di mana polisi selalu kompeten, pahlawan penye-lesaian kejahatan dan di mana para penjahat selalu tertangkap.”

Ketika jajaran prime-time Fox pada Maret 2013 tak lagi menayanagkannya, hal itu menjadi kemenangan kecil untuk ‘Color of Change’. Sampai Spike TV mengambil alih acara pada Mei, dua bulan kemudian.

“Ini adalah langkah yang tepat,  dan kami ingin memberikan penghargaan buat Paramount karena menjadi salah satu yang pertama,” kata Rashad Robinson, direktur eksekutif ‘Color of Change’. “Kami ingin melihat lebih banyak.”

Reality-show tentang polisi ini menunjukkan glorifikasi kepolisian, dan tidak akan pernah menunjukkan bahwa kebrutalan polisi itu ada sebagai sebuah kenyataan. Tayangan itu adalah sebuah senjata kehumasan untuk penegakan hukum. Sayangnya, penegakan hukum tidak membutuhkan ‘PR’. Penegakan hukum lebih memerlukan akuntabilitas di negara ini,” kata Robinson, menambahkan.

Cops” hanya memberi Paramount peringkat di bawah standar, kalau pun terus tayang. Pada pertengahan Mei, acara itu memiliki sekitar 470.000 total penonton per episode, menurut data Nielsen. Sebagai perbandingan, “Pawn Stars” sebuah acara gadai-menggadai, pada saluran History memiliki 816.000 penonton.

Pada 2017,”Cops” merayakan episode ke-1.000. Episode pertama menampilkan serangan polisi ke sebuah rumah rusak di Florida. Menurut laporan tahun 2005 di Broadcasting & Cable, sebagian besar Polda, yang memiliki hak untuk memutar video itu sebelum siaran, mengatakan acara itu berfungsi sebagai alat rekrutmen.

Tak hanya di AS, acara itu juga dipirsa para perwira Kepolisian di Inggris, Hong Kong, dan Rusia. [ The New York Times]

Nicole Sperling adalah reporter media dan hiburan, meliput Hollywood dan bisnis streaming yang sedang berkembang. Dia bergabung dengan The Times pada 2019. Sebelumnya bekerja untuk Vanity Fair, Entertainment Weekly, dan Los Angeles Times. @nicsperling

Exit mobile version