Dunia belum lupa ketika tahun 2002-2003 virus SARS menyebar dari Cina ke berbagai belahan dunia, menimbulkan ketakutan banyak orang yang biasa melakukan perjalanan dari dan ke kota-kota di Cina, dan memicu banyak negara berinvestasi untuk membeli perangkat deteksi orang terinfeksi di bandara.
Kini situasi serupa sedang, atau berpotensi terjadi, setelah pemerintah Cina mengumumkan virus misterius Wuhan menyebar dari dan ke individu. Pada saat yang sama ratusan juta rakyat Cina sedang bersiap melakukan perjalanan liburan Tahun Baru Imlek.
Virus kali pertama muncul di Wuhan, kota berpenduduk 11 juta, Desember 2019. Identifikasi awal, dan mengawali kekhawatiran banyak orang, menyebutkan virus misterius masih ’satu keluarga’ dengan strain penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), yang membunuh 770 orang di Cina, Hong Kong, dan kota-kota lain di dunia.
Sebagian orang memberi nama virus ini nCoV. Lainnya, akibat belum ada indentifikasi ilmiah, menyebutnya virus misterius Wuhan. Sampai saat ini 440 warga Wuhan terinfeksi, dan 38 orang di kota-kota di dunia.
Situs thesun.co.uk menyebut beberapa kota yang berpotensi kemasukan virus misterius Wuhan. Bali salah satunya, karena penerbangan dari Wuhan ke Pulau Dewata tiga kali dalam sepekan.
Lainnya, Hong Kong, Osaka, Seoul, Singapura, Sydney, Moskwa, dan Dubai.
Korea Selatan dan Jepang mengkonfirmasi kemasukan virus. AS menjadi negara terakhir yang mengkonfirmasi kehadiran virus itu ke negeri Paman Sam.
Penyebar Super
Belajar dari penyebaran virus SARS, tidak berlebihan jika dunia mengkhawatiran penyebaran virus misterius Wuhan selama libur Imlek. Kim Seungtaek, pakar virus Universitas Korea, mengatakan; “Ini bisa menjadi awal bencana besar.”
Seungtaek mungkin tidak berlebihan. The Washington Post memperkirakan akan ada tiga miliar perjalanan sepanjang libur Imlek di Cina. Orang-orang dari kota-kota besar menumpuk di stasiun kereta, bandara, dan stasiun bus, untuk melakukan perjalanan ke desa-desa.
Sekelompok warga Cina, tentu saja dalam jumlah besar, melakukan perjalanan ke luar negeri untuk mengunjungi keluarga mereka. Migrasi terbesar dalam sejarah manusia akan dimulai Jumat pekan ini, karena Imlek jatuh pada 25 Januari 2020.
Siapa bisa benjamin orang-orang dengan virus misterius Wuhan, yang belum terinfeksi, tidak berada di antara mereka yang melakukan perjalanan. Mereka, yang tidak mengetahui di dalam tubuhnya terdapat virus mematikan, akan menjadi ‘penyebar super’ saat berada di stasiun, bandara, dan terminal bus.
Penyebar super adalah mereka yang menularkan virus ke lebih dari satu orang. Tahun 2002-2003, SARS menyebar dengan cara seperti itu.
Dr Jeremy Farrar, pakar virus terkemuka dan direktur Wellcome Trust, mengatakan dibanding SARS, virus misterius Wuhan mungkin lebih mengkhawatirkan. “Bahkan, kekhawatiran harusnya pada tingkat paling tinge,” katanya.
Beberapa orang terkena virus, kata Farrar, dan tidak merasakan sakit. Bahkan tidak ada gelaja sama sekali. Petugas kesehatan juga tidak mengidentifikasi.
“Inilah yang menyebabkan Cina sejauh ini hanya sedikit menghitung jumlah orang terinfeksi,” katanya. “Akibatnya, jumlah sebenarnya yang terinfeksi sama sekali tak terdeteksi.”
Jadi, perlu tindakan mendesak untuk menyelesaikan masalah ini. Jika tidak, penyebaran masif tidak bisa dicegah.
Professor John Oxford dari Queen Mary College mengatkan; “Saya gemetar saat membayangkan bagaimana virus ini akan menyebar.”
Menurutnya, tidak satu pun dari kita menghadapi potensi penyebaran virus baru saat ratusan juta orang bepergian dari negara tempat virus itu muncul. “Itulah yang akan terjadi di Cina akhir pekan ini,” katanya.
Menghadapi situasi ini, menurut Professor Oxford, tidak ada cara lain kecuali pembersihan fisik dan jarak sosial. Artinya, menjauhkan diri dari semua orang.
Bermutasi
Kabar terakhir, seperti diberitakan situs plat merah Cina; Global Times, menyebutkan virus kemungkinan bermutasi dan menyebar ke daerah lain.
Li Bin, wakil ketua Komisi Kesehatan Nasional Cina, mengatakan virus menyebar di kalangan masyarakat sampai batas tertentu, terutama melalui infeksi pernafasan, dan kemungkinan bermutasi, karena epidemi pneumonia berada pada risiko penyebaran lebih lanjut.
Di Wuhan, jumlah orang terjangkit terus bertambah, dan kini menjadi 440, dengan sembilan kematian. Sebayak 2.197 orang yang diketahui berhubungan dengan 440 orang terinfeksi terus dilacak. Sebanyak 15 dari 440 orang terinfeksi adalah petunias medis.
Sebanyak 1.394 dari 2.197 itu berada di bawah pengawasan medis. Namun Cina sejauh ini belum bisa memastikan sumber penularan virus dan rute penularan virus.
Li Bin mengatakan; “Kami yakin akan memenangkan perang melawan virus ini.”
Li Bin, seperti kebanyakan orang Cina, layak optimistis dengan situasi yang dihadapi. Mereka berpengalaman menghadapi SARS dan H5N1, dua virus yang sempat menjadi epidemi global.
Namun WHO, organisasi kesehatan PBB, juga merasa perlu mengambil tindakan. Mereka bertemu hari ini di Jenewa, Swiss, untuk mempertimbangkan apakah akan mengeluarkan pernyataan menjadikan penyebaran virus misterius sebagai epidemi global seperti wabah Ebola 2014, dan virus Zika 2016.
Status epidemi global akan membuat Cina menjadi relatif tertutup dari komunitas international. Setidaknya industri pariwisata Cina terancam. Di sisi lain, dunia — terutama negara-negara yang sangat ketergantungan kepada Cina — dirugikan.
Saat ini saja Cina memeriksa kesehatan semua calon penumpang pesawat terbang yang akan ke luar negeri. Jika terdapat indikasi terjangkit virus, pemerintah Cina akan membatalkan perjalanan salon penumpang pesawat.
Beijing juga secara intensif mendistribusikan informasi apa pun yang berkaitan dengan virus misterius. Serta bekerja sama dengan WHO.