Setelah perusahaan Jerman itu mendanai Trump Hotels & Resorts, Trump segera “mentraktir pegawai Deutsche Bank dengan perjalanan akhir pekan ke resor Mar-a-Lago.”
NEWYORK CITY— Media massa cetak boleh saja melempem dihajar zaman, tapi sampai kapan pun jurnalisme investigasi akan tetap menjadi mahkota jurnalisme. Itu pula yang dilakukan David Enrich, wartawan The New York Times, yang merilis hubungan yang meruapkan bau antara Presiden AS Donald Trump dan bank Jerman, Deutsche Bank.
Naluri wartawan Enrich tampaknya bangkit manakala ia melihat hal yang ganjil ini: sementara bank-bank lain melihat bangkrutnya Trump sebagai penanda untuk menghindari si taipan, Deutsche Bank justru menggelontorkan dana begitu mudahnya. New York Times (biasa disebut The Times saja, sebagaimana Washington Post disebut The Post), melaporkan dengan rinci bagaimana Deutsche Bank memberi perlakuan khusus kepada Trump selama bertahun-tahun.
Hubungan Presiden Donald Trump dengan Deutsche Bank memang telah jadi sorotan publik sejak bulan-bulan pertamanya tinggal di Gedung Putih. Sorotan itu seketika membesar ketika sebuah laporan baru dari Times membongkar jenis kemitraan di antara mereka yang cenderung ganjil.
Enrich menghabiskan waktu dua tahun menggali cerita dengan mewawancarai eksekutif Deutsche Bank. Ia mengaku menemukan campuran anekdot dan rincian kisah yang menarik.
Business Insider menulis, untuk mendukung Trump, Deutsche Bank punya banyak andil memberikan pinjaman-pinjaman berisiko, yang memungkinkan Trump terus memperluas kerajaan bisnisnya usai mengalami sejumlah besar kebangkrutan. Times dengan rinci melaporkan merinci bagaimana Deutsche Bank telah menjelma sebagai lembaga besar di antara lembaga keuangan, yang mau melakukan bisnis dengan pihak yang bagi sebagian besar bank saat itu sudah dianggap paria.
Di bawah ini adalah lima kejanggalan terbesar dari laporan yang dirilis awal Februari. Kejanggalan yang dimulai dari strategi Trump memberi aneka kenyamanan untuk staf Deutsche Bank, hingga cara-cara ganjil guna cairnya pinjaman baru.
Pengembalian Pajak
Lawann politik Trump, Partai Demokrat, telah memburu pengembalian pajak Trump selama bertahun-tahun. Dari dokumen yang ada akan terjawab banyak pertanyaan tentang situasi keuangan Trump, dugaan penipuan pajak yang dilakukannya, serta aneka pembayaran rahasia yang yang dilakukan selama kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2016. Trump dengan segera memperjuangkan agar pengembalian pajak itu disembunyikan rapat melalui litigasi.
Sebagai pemberi pinjaman utama untuk proyek-proyek real estat bernilai jutaan dolar AS bagi Trump, Deutsche Bank menikmati akses khusus ke pengembalian presiden saat mereka menimbang risiko membuka jalur kredit. Eksekutif di bank tersebut mengatakan kepada Enrich, Deutsche Bank memiliki informasi sebagian dari pengembalian pajak pribadi Trump sejak 2011.
Pada 2018, sebuah komisi di DPR memanggil Deutsche Bank untuk menanyakan soal pengembalian pajak Trump tersebut. Keluarga Trump merespons dengan menggugat bank, dengan tujuan untuk memblokir rilis dokumen. Dua pengadilan federal sejak itu memutuskan melawan Trump, dan Mahkamah Agung akan mendengarkan argumen untuk kasus tersebut di musim semi. Putusan berikutnya dapat menetapkan preseden baru untuk privasi finansial dan membuat Deutsche Bank mengungkapkan lebih banyak transaksi rahasia dengan Trump dan bisnisnya.
Bank sama, tim beda
Tak selalu hubungan Trump dengan Deutsche Bank baik-baik saja. Relasi mereka memburuk setelah terjadinya krisis keuangan. Raksasa perbankan Jerman itu menggugat perusahaan Trump yang terlihat ingin menghindari pembayaran pinjaman 334 juta dolar AS untuk pencakar langit yang mereka bangun di Chicago. Deutsche Bank menggugat kembali, mengklaim Trump masih berutang 40 juta dolar AS yang dijanjikan bakal dibayar pada 2005. Kisruh itu rampung pada 2010, dan bank setuju untuk memberikan Trump dua tahun perpanjangan untuk membayar utangnya.
Namun perselisihan itu tidak berlangsung lama. Multi miliarder real estat yang saat itu berjuang menemukan lembaga perbankan untuk membiayai proyeknya, kembali bersandar di Deutsche Bank, dengan kesepakatan yang sangat riskan. Selama berbagai pertemuan di 2011 dengan anggota-anggota baru tim Deutsche Bank, Trump meminta pinjaman baru. “Dia ingin melunasi salah satu pinjamannya di Deutsche Bank dengan kredit baru dari divisi terpisah,”tulis The Times.
Bahkan setelah eksekutif bank itu tahu dan menekan tim, Trump tetap mendapatkan pinjaman baru dari bank tersebut. Dia kemudian menggunakan divisi perbankan swasta Deutsche Bank untuk membiayai pembeliannya di Doral Resort & Spa, serta penawarannya yang gagal untuk tim sepak bola Buffalo Bills. Kemitraan tersebut berakhir menjelang Pemilihan Presiden 2016.
Piknik sebagai sogokan
Trump tahu diri. Ia memastikan memberi hadiah kepada para bankir yang meminjaminya ratusan juta dolar AS itu. Setelah perusahaan Jerman itu menjual lebih dari 400 juta dolar AS obligasi untuk mendanai Trump Hotels & Resorts, Trump segera “mentraktir pegawai Deutsche Bank dengan perjalanan akhir pekan ke resor Mar-a-Lago.”
Ketika muncul ketidaksukaan akan Trump karena tuntutan hukum, pinjaman yang tidak dibayar, atau risiko tinggi, Trump si pengusaha beralih ke meja baru, juga di Deutsche Bank untuk pendanaan. Setelah penjualan obligasi rongsokan, Trump beralih ke divisi real estat komersial bank tersebut untuk membiayai Menara Chicago yang ia banggakan. Dia dilaporkan menerbangkan para bankir, termasuk putra Hakim Agung Anthony Kennedy, dalam jet Boeing sejenis yang digunakannya untuk mengirim tim lain ke Florida.
Times menulis, Trump kemudian mengundang para bankir ke Trump Tower, mengguyur mereka dengan puja-uji. Alhasil, kesepakatan itu pun sukses.
‘Special Purpose Vehicle’
Selain pinjaman besar-besaran dan relasi bisnis yang meragukan di seluruh divisi, Deutsche Bank menawari Trump instrumen unik untuk menjaga informasi keuangannya tersembunyi dari regulator, seraya menempatkan risiko gagal bayar pada investor luar. Bank itu menciptakan beberapa ‘special purpose vehicles’ agar sang jutawan bisa dengan diam-diam membeli properti internasional dengan harga miring. Instrumen itu memungkinkan Trump menggunakan modal investor lain untuk melakukan transaksi di Eropa Timur dan Amerika Selatan secara efektif, bahkan menggunakan uang tunai dari klien Deutsche Bank lain untuk menutupi pembeliannya.
Bank juga menjual saham di properti Trump kepada klien lain, memberi investor kesempatan untuk mengambil untung dari usaha Trump yang sukses. Jutawan itu mampu melakukan pembelian besar tanpa menurunkan uangnya sendiri. Sementara, dalam jangka pendek, instrumen khusus itu memberi Deutsche Bank dan klien gambaran ke bisnis Trump dan peluang mereka, jauh di bawah ekspektasi laba.
Selisih laporan kekayaan
Trump sering menggunakan klaim “niat baik” untuk mendukung pinjamannya. Lalu menjanjikan bahwa kekayaan bersihnya cukup besar untuk menjamin pembayaran kredit dalam jumlah besar. Times sendiri mengungkap bagaimana kekayaan bersih Trump dinyatakan jauh lebih tinggi daripada yang ditunjukkan laporan keuangannya.
Saat mengajukan pinjaman untuk Menara Chicago, Trump mengatakan kepada bank, kekayaannya lebih dari 3 miliar dolar AS. Menggunakan angka tinggi untuk mendukung klaim, alhasil artinya ia akan dengan mudah membayar kembali jumlah pinjaman.
Sebuah studi Deutsche Bank tentang keuangan Trump menemukan, kekayaannya hanya sekitar 788 juta dolar AS. Namun, alih-alih mendiskualifikasi aplikasi pinjaman, Deutsche Bank malah terus maju dan meminjami Trump 640 juta dolar AS untuk proyek tersebut.
Kemudian, ketika jutawan itu ingin mengamankan pinjaman pertamanya melalui divisi perbankan swasta Deutsche Bank, Trump terlalu melebih-lebihkan nilai beberapa aset untuk menambah kekayaan bersihnya. Bankir menemukan catatan keuangan Trump mengklaim properti yang ia beli di Westchester County seharga 7 juta dolar AS saat itu, kendati nilai aslinya 291 juta dolar AS. Menurut The Times, setelah ulasan lengkap para bankir, Deutsche Bank menurunkan nilai aset Trump sebanyak 70 persen. [businessInsider]