Site icon Jernih.co

Eugenia van Beers, Inilah Sosok Ibu Legenda Rock Eddie van Halen

Eugenia van Beers, gadis Indo kelahiran Rangkasbitung, berada di antara penonton yang menyaksikan pertunjukan musik bagi serdadu Belanda di Batavia. Tempatnya kemungkinan di Hotel Des Indes, karena itu satu-satunya tempat paling representatif dan semua musisi besar bermain di situ.

Saat itu sekitar awal 1949. Jan belum lama tiba di Batavia dari Amsterdam, dengan tugas menghibur tentara Belanda yang berusaha kembali menguasai Indonesia. Dalam usia relatif muda, kelahiran 1920, Jan adalah patriak permainan klarinet dan saxophone.

Usai pertunjukan, Jan mendekati Eugenie van Beers. Hari-hari berikutnya, keduanya menjadi sangat dekat. Tahun 1949, seperti ditulis Kevin Dodds di situs vhnd.com, Jan dan Eugenia memutuskan menikah.

Keduanya pindah ke Amsterndam, sebelum Belanda memutuskan menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia lewat Konferensi Meja Bundar.

Jan terus berkiprah di musik. Bermain dari satu ke lain hiburan, untuk membesarkan dua anak mereka; Alex dan Eddie van Halen, lahir 1953 dan 1955. Eugenia mendesak Jan pindah ke AS untuk memulai hidup baru.

Eugenia mendapat cerita dari keluarganya yang lebih dulu tinggal di AS. Jan ragu, tapi Eugenia terus mendesak.

Tahun 1962, Jan dan Euginia mengambil langkah revolusioner; pindah ke AS dengan membawa sedikit bekal, piano, dan ketidak-mampuan Bahasa Inggris.

Setelah bermukim di Pasadena, California, Jan melanjutkan kerja sebagai musisi di klub-klub terkenal; The Continental Club, La Miranda Club, dan The Alpine Haus. Namun penghasilan Jan tidak cukup menghidupi keluarganya.

Di luar bermain musik, Jan mencari tambahan penghasilan sebagai pencuci piring dan petugas kebersihan. Eugenia jengkel Jan masih berkeras bermain musik, dan yakin menghidupi keluarga dari bermain klarinet dan saxophone.

Eugenia ingin Jan meninggalkan musik, dan mencari kerja tetap dengan penghasilan memadai. Eddie dan Alex yang mulai remaja justru mendorong sang ayah terus bermain musik.

Dalam satu kesempatan, Jan, Alex, dan Eddie bermain bersama. Eugenia semakin tidak mengerti dengan ulah ketiganya.

Dalam biografi yang ditulis Kevin Dodds, Eddie mengatakan; “Ibuku memanggilku nothing nut—just like your father.”

Ketika Eddie berpindah dari bermain drum ke gitar, Eugenia makin kecewa. Ia sering meletakan gitar di lemari dan menguncinya.

Dalam wawancara tahun 2012, Eddie mengungkapkan perasaan tentang ibunya; “Saya benci mengatakannya, tapi saya rasa ayah tidak akan mabuk setiap hari jika bukan karena ulah ibu saya.”

Tahun 1972, karier musik Jan berakhir secara mengerikan. Satu jarinya putus akibat tertimpa trailer. Salah satu komponen terpenting dalam hidup hilang. Jan berhenti bermain musik.

Tahun yang sama, Alex dan Eddie membentuk band yang diberi nama Mammoth. Jan pendukung utamanya. Ia akrab dengan David Lee Roth. Bahkan Lee Roth terkesan dengan pengalaman bermain Jan.

Mammoth berganti nama menjadi Van Halen, dan mencapai puncaknya tahun 1979. Jan resmi pensiun, ketika Alex dan Eddie memberinya perahu. Eugenia kini menyadari betapa hanya musik yang mengangkat keluarganya.

Jan meninggal tahun 1986 akibat serangan jantung. Eugenie melanjutkan hidup, dan melihat Eddie dan Alex menjalani karier musik.

Sejak tiba di AS, Eugenia tidak sekali pun mengunjungi Indonesia, atau melihat tempat kelahirannya di Rangkasbitung, mengunjungi Purworejo — tempat kelahiran ibunya.

Eugenia adalah Indo, dengan nenek moyang yang merentang jauh ke belakang. Neneknya, Roebinem dinikahi Regolo del Castelletto. Perkawinan keduanya melahirkan Eugenie del Castelletto, yang dinikahi Frans van Beers.

Dari perkawinan Van Beers-Eugenie del Castelletto lahir Eugenia van Beers di Rangkasbitung 1914. Eugenia tidak pernah mengajak anak-anaknya mengunjungi tempat-tempat masa lalunya.

Eugenia menghabiskan hari-hari tuanya di rumah mewah pemberian Eddie dan Alex di Baverli Hills, Los Angeles, California, sampai meninggal tahun 2005 dalam usia 90 tahun.

Exit mobile version