Site icon Jernih.co

Invasi Rusia Bikin Muslim Ukraina Menderita Saat Ramadhan

Mufti Ukraina, Syekh Said Ismagilov (berkaca mata), turun ke lapangan, berjuang bersama para pejuang Muslim Ukraina.

Muslim Ukraina berharap penderitaan kaum Muslim pada 1944 tak terjadi lagi. Saat itu sedikitnya 190 ribu Muslim Tatar-Krime dideportasi Sovyet ke Asia Tengah atas tuduhan mengada-ada yakni bekerja sama dengan Nazi Jerman selama Perang Dunia II.   Separuhnya tewas karena kelaparan dan mereka yang mencoba kembali pulang ke Semenanjung Krimea dihukum 20 tahun penjara. Yang selamat, selama beberapa dekade terus hidup dengan cap pengkhianat oleh Sovyet.

JERNIH— Pemimpin umat Islam atau Mufti Ukraina, Syekh Said Ismagilov, mengatakan umat Islam Ukraina saat ini kesulitan menjalani ibadah puasa sebagai dampak serangan Rusia yang menghancurkan infrastruktur dan mengganggu ketersediaan pasokan bahan pokok. Selama ini, menurut Syekh Ismagilov, segera setelah menyatakan kemerdekaan dari Rusia, kehidupan keislaman di Ukraina tumbuh semarak.

“Saat ini untuk menjalankan ibadah Ramadhan menjadi perjuangan tersendiri,” kata Syekh Ismagilov dalam sebuah diskusi webinar bertajuk “Apa Betul Naziisme Berkembang di Ukraina?” yang digelar Center of Communication Crisis and Conflict (C4) Sekolah Pasca-Sarjana Universitas Sahid Jakarta dan Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) tersebut.

“Sangat sulit untuk mendapatkan air. Ibadah selama Ramadhan jadi begitu sulit,” Syekh Ismagilov.

Selain Mufti Ukraina, dalam diskusi global tersebut hadir pula Mufti Tatar Krimea, Syekh Aider Rustemov; pemimpin Gereja Katolik Yunani Ukraina, Pastor Andrii Zelinsky, dan Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Dr Vasyl Hamianin.

Berdasarkan pemeluk agama, populasi Ukraina didominasi penganut Kristen Ortodoks. Orang Islam di Ukraina berjumlah sekitar empat persen dari keseluruhan jumlah penduduknya. Kebanyakan mereka adalah kaum Tatar Krimea dan tinggal di semenanjung Krimea.

Di Kota Kiev sendiri ada sekitar 75 ribu warga Muslim termasuk dari mereka merupakan warga yang berasal dari luar negeri. Ada dua masjid besar di Kyiv, salah satunya yang pertama kali adalah Masjid Ar-Rahma yang berada di jantung kota. Masjid ini didirikan sebagai simbol persaudaraan dan perdamaian.

Masjid besar lainnya adalah Masjid Ar-Raid, yang dipimpin Said Ismagilov.

Badan Urusan Agama Islam Ukraina (DUMA), berada di bawah Kabinet Ukraina,   menyatukan seluruh komunitas Muslim di Ukraina. Pemimpin DUMA yang mengorganisasi hubungan di antara komunitas Muslim Ukraina dan luar negeri.

DUMA merupakan anggota tetap dari Dewan Keagamaan dan Tempat Ibadah Seluruh Ukraina. DUMA melibatkan diri dalam berbagai konferensi, simposium termasuk berpartisipasi dalam pembentukan dialog lintas agama.

Kehidupan masyarakat Muslim Ukraina di wilayah semenanjung Krimea mendapat tekanan hebat sejak tahun 2014 ketika Rusia mendukung pemberontakan kelompok separatis mayoritas etnis Rusia beragama Kristen Ortodoks.

Menurut Mufti Tatar Krimea, Syekh Aider Rustemov, masyarakat hidup damai berdampingan ketika Ukraina merdeka dari Uni Soviet, namun hal tersebut berubah drastis sejak Rusia menginvasi wilayah Krimea.

Pada tahun 1944, sedikitnya 190 ribu Muslim dideportasi Sovyet ke Asia Tengah atas tuduhan bekerja sama dengan Nazi Jerman selama Perang Dunia II.  Separuh di antaranya tewas karena kelaparan dan mereka yang mencoba kembali pulang ke Semenanjung Krimea dihukum 20 tahun penjara, dan yang selamat selama beberapa dekade terus hidup dengan cap sebagai pengkhianat.

Syekh Ismagilov menegaskan, saat ini Muslim Tartar dan bangsa Ukraina berjuang demi kemerdekaan. “Kepada Muslim Indonesia, sebagai sesama saudara, saya meminta doa dan dukungan untuk kemerdakaan umat muslim di Ukraina.” [  ]

Exit mobile version