Beberapa bulan sebelumnya, komandan IRGC, Mayjen Hossein Salami, menelanjangi apa yang disebutnya kebangkrutan Israel
JERNIH—Dunia menyaksikan kemarahan negara Zionis Israel yang terlihat dari pemberitaan media-media massa mereka, saat penembak Iran, Javad Foroughi (41), menyabet medali emas, tiga hari (24/7) lalu. Javad berhasil merebut medali emas sekaligus medali pertama dari Olimpiade Tokyo 2020 bagi Iran.
Harian-harian Israel, termasuk The Jerusalem Post, mengecam kemenangan Javad, dengan tuduhan sebagai penjahat dunia yang tidak pantas mendapatkan medali emas di ajang bergengsi dunia itu.
Bahkan The Jerusalem Post pada Senin (26/7) lalu mencap Javad yang tergabung dalam Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC) atau Pasukan Garda Revolusi Islam Iran tersebut sebagai seorang teroris.
Komunitas para warga pembangkang Iran, United for Navid, mengatakan IRGC “memiliki sejarah kekerasan dan pembunuhan tidak hanya terhadap orang-orang Iran dan pengunjuk rasa di sana, tetapi juga orang-orang yang tidak bersalah di Suriah, Irak dan Lebanon. IRGC adalah organisasi teroris asing yang ditunjuk Amerika Serikat.”
United For Navid bahkan menyatakan bahwa “pemberian medali emas Olimpiade kepada anggota organisasi teroris merupakan penghinaan bagi atlet lain dan tanda hitam di IOC”. Untuk itu United for Navid menyerukan penangguhan penghargaan medali apa pun.”
Ellie Cohanim, Yahudi kelahiran Iran, yang ditugaskan Israel untuk memantau dan memerangi ‘antisemitisme’ di Departemen Luar Negeri AS, mentweet: “Sungguh memalukan bagi Olimpiade. Orang ini telah dianggap sebagai anggota IRGC sebagai organisasi teroris yang ditunjuk.”
Iran sendiri menanggapi hal itu biasa-biasa saja (woles). Dalam wawancara televisi, Komandan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran Mayjen Hossein Salami berbicara tentang kondisi Israel. Salami mengatakan bahwa keamanan Israel telah terkikis, dan ‘gelembung’ keselamatannya meledak dalam beberapa bulan terakhir.
Menurut Salami, rezim Zionis saat ini berada di tengah-tengah disintegrasi keamanan, politik dan sosial. Dikutip juga oleh Jerusalem Post, Kamis (6/5), Salami mengklaim Israel telah mengalami serangan terhadap kepentingan maritimnya, kerentanan keamanan siber, dan kemunduran keamanan lainnya. Hal itu termasuk ledakan misterius dan roket yang terbang di atas Dimona.
Salami menunjuk pada serangkaian insiden selama beberapa bulan terakhir. Dia mengatakan bahwa ledakan misterius di Israel, yang diduga di sebuah pabrik roket pada tanggal 20 April, adalah ledakan besar yang dia katakan “mirip dengan ledakan nuklir.”
Ini adalah bagian dari efek domino, yang mencakup serangan siber di Israel, “pembunuhan agen Mossad di Irak utara” dan ancaman terhadap pabrik kimia di Haifa dan Bandara Ben-Gurion.
Daftar panjang insiden yang dibeberkan oleh Salami menunjukkan bahwa dia ingin Iran dianggap bertanggung jawab. Salami menunjuk ke daftar tersebut, serta serangan dunia maya terhadap 80 perusahaan.
Dia juga mengatakan bahwa 90 persen perdagangan Israel adalah maritim dan Israel rentan di laut. Salami mencatat bahwa Israel adalah negara yang relatif sempit dan tidak memiliki kedalaman strategis.
Pesan utama Salami adalah bahwa Israel menderita kemunduran yang lama dan “rezim Zionis” sedang runtuh dari dalam. Dia juga mengatakan bahwa AS secara bertahap meninggalkan wilayah tersebut.
Salami juga mengklaim bahwa Israel telah mengalami pukulan di laut. “Sangat mudah bagi perdagangan maritim Israel untuk terganggu secara serius.”
Dia kemudian menunjuk ke sebuah ledakan di sebuah “pabrik mesin satelit Israel. Sebuah penyulingan besar di Haifa kemudian meledak … merugikan 80 perusahaan dan membunuh mata-mata mereka di Erbil, Irak.”
Dia pun merujuk pada S-200 yang ditembakkan dari Suriah. “Rudal itu menghantam dekat Dimona. Mereka tidak bisa menghancurkannya. Tindakan taktis apa pun bisa menjadi kekalahan besar bagi mereka. Anda dapat menghancurkan Israel dengan satu operasi.”
Iran, kata Salami, meyakini bahwa Israel sedang mengalami penurunan ekonomi dan kehilangan “kohesi sosial”.
Nah, tampaknya serangan Salami yang merupakan petinggi IRGC itulah yang membuat Israel langsung ‘misuh-misuh’ dan kejang manakala atlet tembak Iran yang juga anggota IRGC menyabet medali emas. [The Jerusalem Post]