“Usia rata-rata pasien adalah antara 49 dan 56 tahun,”tulis JAMA. Jarang terjadi kasus pada anak-anak
JAKARTA—Hingga 23 Februari saja jumlah korban terpapar virus corona di seluruh dunia—sekitar 30 negara, diperkirakan lebih dari 78 ribu orang. Di Iran, lebih dari sembilan meninggal, memicu kengerian. Wabah diperkirakan sudah siap membawa masalah di Mesir, Italia, bahkan negara-negara dekat kita seperti Australia dan Singapura.
Di tengah kengerian yang datang seiring berita, apa yang harus segera kita lakukan bila terpapar Virus Corona alias COVID-19 yang rentan picu kematian?
Segera ketahui tingkat keparahan
Virus Corona atau dengan nama barunya COVID-19, adalah keluarga virus penyebab penyakit pernapasan pada manusia, seperti flu biasa dan penyakit yang lebih parah seperti sindrom pernafasan akut (SARS) atau sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS).
Seberapa berbahaya virus ini? Virus menyebar terutama melalui hal-hal yang berhubungan dengan pernapasan, seperti ingus yang dihasilkan ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Rata-rata dibutuhkan sekitar lima hingga enam hari sebelum seseorang terlihat terinfeksi. Sayangnya pada beberapa kasus penderita justru tidak menunjukkan gejala apa pun.
Menurut Kepala Program Kedaruratan Kesehatan WHO, Dr Maria Van Kerkhove, virus ini berkembang biak di saluran pernapasan dan dapat menyebabkan berbagai gejala. Kadang hanya erlihat seperti flu biasa dengan beberapa gejala pernapasan, sakit tenggorokan, pilek, dan demam. “Pada berbagai tingkat keparahan, Anda mungkin menderita pneumonia yang kemudian diikuti kegagalan multi-organ dan kematian,” kata van Kerkhove kepada wartawan di Jenewa.
Namun, dalam kebanyakan kasus, gejalanya tetap ringan. WHO melihat, dari data sekitar 17.000 kasus, 82 persen di antaranya tergolong ringan. Hanya 15 persen yang tergolong parah, dan lebih kecil lagi, tiga persen, fatal dan membawa kematian,” kata Van Kerkhove, sebagaimana ditulis Al Jazeera.
Dari demam, batuk, radang paru, lalu…
Journal of American Medical Association (JAMA) pada 7 Februari lalu merilis sebuah studi yang dilakukan di Wuhan terhadap 138 pasien yang terinfeksi. Hasilnya, gejala pasien yang paling umum adalah demam, kelelahan, dan batuk kering tak henti. Sepertiga pasien juga melaporkan nyeri otot dan kesulitan bernapas, sementara sekitar 10 persen memiliki gejala lain, termasuk diare dan mual-mual.
Dari usia, rata-rata usia pasien yang dirawat di Rumah Sakit Universitas Zhongnan, Wuhan pada 1-28 Januari itu sekitar 22 hingga 92 tahun, “Usia rata-rata pasien adalah antara 49 dan 56 tahun,”tulis JAMA. Jarang terjadi kasus pada anak-anak. Yang jelas, dari semuanya, baik ringan atau pun berat, semua pasien mengalami pneumonia.
Sekitar sepertiga di antaranya, kemudian mengalami kesulitan bernapas yang parah, membutuhkan perawatan di unit perawatan intensif. Orang tua yang sakit kritis dan memiliki kondisi lain yang mendasarinya seperti diabetes dan hipertensi, biasanya akan menunjukkan gejala lebih mengkhawatirkan.
Rata-rata enam dari 138 pasien meninggal, atau sekitar 4,3 persen, lebih tinggi dari perkiraan. Kurang dari dua persen dari jumlah total orang yang terinfeksi telah meninggal karena virus itu, tetapi rasio dapat berubah karena tahap-tahap wabah terus berkembang.
Sebuah jurnal media, The Lancet, pada 24 Januari merilis temuan tentang apa yang mereka sebut “badai sitokin” pada pasien yang terinfeksi sakit parah. Kondisi ini merupakan reaksi kekebalan yang parah di mana tubuh memproduksi sel-sel kekebalan dan protein yang dapat menghancurkan organ-organ lain.
Beberapa ahli mengatakan hal itu bisa menjelaskan kematian pada pasien yang lebih muda. Angka statistik dari Cina menunjukkan beberapa orang berusia 30-an, 40-an dan 50-an, yang diketahui tidak memiliki masalah medis sebelumnya, juga meninggal karena penyakit itu.
Garis waktu penyerangan penyakit
JAMA menulis, para penderita merasakan sesak nafas sekitar lima hari sejak timbulnya gejala. Gangguan pernafasan yang parah terlihat dalam waktu sekitar delapan hari. Dalam studi tersebut tidak merinci batas waktu kapan kematian mulai terjadi.
Tetapi pada penelitian sebelumnya yang keluar dalam Journal of Medical Virology yang dirilis pada 29 Januari, rata-rata pasien meninggal membutuhkan waktu 14 hari sejak timbulnya penyakit.
The New England Journal of Medicine, dua hari kemudian menulis bagaimana infeksi corona memengaruhi tubuh dari waktu ke waktu. Studi ini memeriksa data medis seorang pria berusia 35 tahun, yang merupakan kasus infeksi pertama di Amerika Serikat. Gejala pertama adalah batuk kering yang diikuti demam. Pada hari ketiga sakit, ia melaporkan ada diare parah, rasa yang sangat tidak nyaman di perut, dan muntah-muntah. Pada hari kesembilan dia menderita pneumonia dan dilaporkan sulit bernapas.
Pada hari kedua belas, kondisinya membaik dan demamnya mereda. Namun hidungnya terus meler berair. Pada hari ke 14, dia tidak menunjukkan gejala lain kecuali batuk ringan. Pada saat penelitian itu diterbitkan—31 Januari lalu, dia masih dirawat di rumah sakit. [Aljazeera/JAMA/TheLancet/dan berbagai sumber lain]