Selama perjalanan jauh, menempuh jarak 280-an km, Komaruddin yang merupakan penyintas stroke jenis pecah pembuluh darah dan kini telah berada di usia lansia itu mengaku tidak mengalami keluhan apa pun. Yang menghalanginya hanya pecahnya telapak kaki yang kian hari kian parah.
JERNIH–Serangan stroke tidak berarti kiamat kecil bagi penderitanya. Bila dilawan dengan semangat dan keyakinan, penyintas stroke tidak hanya bisa kembali hidup normal, tapi juga bisa melakukan aksi ‘abnormal’ dalam arti di luar kebiasaan sehari-hari manusia umumnya.
Seperti yang dilakukan Komaruddin Rachmat, penyintas stroke berusia 69 tahun. Warga Kota Bekasi itu baru saja mengakhiri perjalanan jalan kaki menapaktilasi perjalanan long march Divisi Siliwangi, dari Yogyakarta ke Jawa Barat, menempuh jalan ratusan kilometer.
Kang Komar, demikian Komaruddin akrab dipanggil, terkena stroke pada 2012 lalu. Ia mengaku semangatnya sempat turun ke titik nadir. “Tapi saya lawan,”kata Kang Komar dalam sebuah obrolan dengan penulis bertahun lalu. “Saya tak ingin hidup saya kemudian menjadi beban bagi orang lain.”
Dengan tekad kuat, ia pun berusaha selalu menyuburkan asa di dadanya. Dengan latihan dan terapy rutin, akhirnya Komaruddin tak hanya bisa kembali berjalan normal, melainkan mampu berlari dan mulai melakukan olahraga itu secara rutin.
Tahun ini, dengan tekad kuat menyatakan perang terhadap stroke, sekaligus ungkapan syukur atas kesembuhannya dari penyakit yang kini tak lagi hanya menyerang orang senior melainkan juga para anak muda itu, Komaruddin berazam melakuka perjalanan kaki dari Yogyakarta, dengan tujuan akhir di Kota Kembang Bandung. “Saya terinspirasi perjalanan hijrah pasukan Divisi Siliwangi pada saat Perang Kemerdekaan,”kata Kang Komar. “Anggaplah jalan kaki ini sebuah napak tilas.”
Dengan perencanaan yang cukup matang, dipatok perjalanan akan memakan waktu dari 5 hingga Agustus 2023, dengan menempuh jarak sekitar 403 km. Rutennya disusun melintasi Kulon Progo, Purworejo, Kebumen, Banyumas, Cillacap, Kota Banjar, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Cicalengka, dan berakhir di Bandung. Selama perjalanan, Komarudin dikawal mobil ambulans dan didukung pengawalan pengendara sepeda motor sebuah komunitas.
Sayangnya, atas saran banyak pihak, perjalanan kaki Komaruddin berhenti di Kota Banjar. Pasalnya, telapak kaki Komaruddin mengalami luka menganga yang cukup parah.
” Setelah berjalan kaki sejauh 283 km selama 14 hari, mulai 5 sampai 18 Agustus, saya harus menghentikan perjalanan di Kota Banjar. Luka di telapak kaki semakin parah, bahkan dokter menyatakan perlu dibedah kulit,” kata Komaruddin.
Kendati aksi jalan kakinya terhenti sebelum titik akhir yang direncanakan, Komaruddin mengaku tidak merasa kecewa. “Karena spirit Siliwangi, perjalanan Yogya dengan tujuan Jawa Barat sebenarnya berhasil dipenuhi, walaupun hanya sampai Kota Banjar, tidak sampai Bandung,”kata Kang Komar. Bagaimanapun Kota Banjar sudah merupakan wilayah Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Jawa Tengah.
Soal pecahnya telapak kaki yang membuatnya harus menghentikan perjalanan, menurut Komaruddin juga bukanlah hal prinsip. “Ini hanya soal teknis akibat lemah pengetahuan cara berjalan jauh,”kata dia. Ia bercerita, untuk perjalanan tersebut Komaruddin memilih memakai sepatu baru. Apalagi kakinya alpa diborehi minyak komando, yakni minyak kelapa yang dicampur tumbukan bawang merah.
“Pengetahuan soal khasiat minyak komando terlambat saya dapatkan. Justru setelah telapak kaki terluka parah,”kata Komaruddin.
Ketika wartawan yang menyambanginya di Kota Banjar bertanya tentang tujuannya melakukan long march, Komaruddin mengatakan hal tersebut jauh dari sekadar upaya unjuk kekuatan. “Long march yang saya lakukan adalah kampanye kesehatan, pernyataan perang terhadap penyakit stroke,”kata Kang Komar.
Komaruddin mewanti-wanti agar tidak memandang stroke sebagai penyakit yang hanya menyerang orang tua atau para senior. “Penyakit stroke ini juga kian banyak menimpa kalangan anak muda. Kami berharap masyarakat melek terhadap pencegahan penyakit stroke,” kata Komarduddin. Ia juga mengajak kalangan yang berkompeten mampu berkolaborasi untuk bisa menangani penyakit stroke dengan tindakan yang kian konkret.
Selama perjalanan jauh, menempuh jarak 280-an km, Komaruddin yang merupakan penyintas stroke jenis pecah pembuluh darah dan kini telah berada di usia lansia itu mengaku tidak mengalami keluhan apa pun. Yang menghalanginya hanya pecahnya telapak kaki yang kian hari kian parah.
Di Kota Banjar, tempatnya memutuskan berhenti, Komaruddin bermalam di rumah sahabat dekatnya, Mustafa Djamaludin, ketua Dewan Koperasi Jawa Barat. Sehari kemudian, sambil beristirahat Komaruddin bermalam di rumah dinas Wakil Walikota Banjar, H. Nana Suryana, dari 19 sampai 21 Agustus 2023. “Saya mengucapkan terimakasih kepada Wali Kota Banjar yang sudah memberikan fasilitas menginap,”kata Kang Komar. Pada 21 Agustus Komaruddin melanjutkan perjalanan ke Bandung, kali ini tidak lagi dengan jalan kaki.
Presidum Majelis Daerah Korps Alumni HMI (KAHMI) Kota Banjar, Yadi Kurniadi, pada Selasa (22/8/2023) menemui Komaruddin dan menyatakan dukungan atas kiprahnya itu. Berkaitan dengan penyakit stroke, Yadi berharap pemerintah segera memiliki peta jalan pencegahan penyakit stroke melalui edukasi dan sosialisasi yang massif. [rls]