- Pemerintah Belanda berhasil melacak salah satu lukisan Raden Saleh yang hilang, yaitu Diengplateau.
- Namun, lukisan itu tidak terdaftar di Art Loss Register (ALR) sehingga bisa dilelang di Hong Kong.
- Sebagian karya Raden Saleh dibakar Jepang, lainnya disembunyikan dan dicuri.
JERNIH –– Dalam tulisan yang diposting di situs javapost.nl, Louis Zweers bercerita tentang lukisan-lukisan karya Raden Saleh yang hilang. Jumlahnya mencapai 30 lukisan, dan kemungkinan disembunyikan tapi tak ditemukan.
Rembrandt van Indonesië
Raden Saleh Sarif Bastaman (1811-1880) pernah dikenal dengan sebutan Rembrandt van Indonesië, atau Rembrandt dari Indonesia. Ia pernah menjadi pelukis istana Oranje, keliling Eropa selama 20 tahun, dan populer lewat lukisan pemandangan romantis-nya.
Ia melukis adegan berburu, potret aristokrasi dan penguasa, dan lainnya. Karya-karya Raden Saleh menghiasi dinding istana gubernur jenderal di Hindia-Belanda.
Semua lukisan itu kini menjadi Koleksi Nasional Hindia-Belanda, kini Koleksi Negara Belanda. Di antara lukisan yang menjadi koleksi adalah lukisan potret Jean Chretien Baud, Johannes van de Bosch, dan Herman Willem Daendels, plus tiga lukisan pemandangan alam.
Saat berkeliling Jawa Tengah, Raden Saleh melukis kuil Hindu tertua yang didedikasikan untuk Dewa Siwa, dataran tinggi Dieng dengan lanskap vulkanik yang luas. Ia membuat beberapa sketsa, yang diselesaikan menjadi karya hebat.
Kurator Jeanne de Loos-Haaxman, dalam laporan inventarisasi Koleksi Nasional sejak 1946, mendeskripsikan karya-karya Raden Saleh itu, termasuk detil subyek, dimensi, tanda tangan, lokasi, dan tahun pembuatan.
Disembunyikan, Dibakar, Hilang
Sebelum kedatangan Jepang ke Pulau Jawa, Februari 1942, lukisan-lukisan itu diambil dari bingkai dan disimpan secara rahasia di tempat-tempat tertentu, atau digulung begitu saja dan diselipkan di loteng gedung-gedung pemerintah Hindia-Belanda.
Lukisan yang tak sempat diselamatkan, di antaranya lukisan minyak Keluarga Istana Kerajaan Belanda, dihancurkan dan dibakar di depan umum oleh otoritas militer Jepang.
Ketika Inggris datang dan memasuki Istana Buitenzorg, atau Istana Bogor, November 1945 hanya ada lampu gantung di langit-langit tinggi dan perabotan rusak. Ada bintik-bintik mengunung di dinding yang mengingatkan orang bahwa di situ pernah tergantung lukisan.
Kantor Gubernur Jenderal Hindia-Belanda sebelum perang masih memiliki meja mahoni dan rak buku yang kosong. Gedung-gedung dengan ruangan kosong dan gelap, karena tidak ada listrik, tidak ubahnya rumah hantu.
Tidak ada yang tahu di mana karya-karya Raden Saleh disimpan dan diamankan selama Jepang berkuasa di Hindia-Belanda. Usai perang, sebagian besar karya Raden Saleh yang ditemukan di tempat persembunyian dikembalikan ke Belanda.
Potret gubernur jenderal, misalnya, disimpan di Rijksmuseum, dan potret Ratu Belanda, plus lukisan pemandangan, disimpan di Cultural Heritage Agency (RCE).
Dua bentang alam Jawa besar, yang dilukis Raden Saleh antara 1862-1863 juga kembali ke Belanda lalu dipinjamkan oleh RCE ke Kedutaan Belanda di Jakarta.
Sekitar 30 karya Raden Saleh hilang atau dicuri selama masa perang. Pertanyananya, ke mana karya-karya itu pergi?
Melacak Diengplateau
Butuh waktu lama menemukan karya seni yang hilang. Biasanya, keserakahan pemilik yang akan membuat lukisan yang hilang muncul di pelelangan.
Pada 1990-an, terjadi perkembangan sensasional untuk karya Raden Saleh di Balai Lelang Sotheby’s dan Cristie’s di Asia Tenggara. Akhir Maret 1997, kanvas Diengplateau — judul lukisan Raden Saleh tentang dataran tinggi Dieng — tiba-tiba muncul sebagai lot No 51 dalam katalog penjualan di Balai Lelang Sotheby’s Singapura.
Karya itu ditampilkan secara mencolok di dua halaman, dan dengan detail lain di halaman lain. Uraian terlampir menyatakan tentang sejarah kepemilikan lukisan itu.
Bahwa, lukisan diperoleh dari seorang kontributor tak bernama pada tahun 1950-an. Target penjualan lukisan itu antara tiga ratus sampai empat ratus ribu dolar Singapura, atau Rp 2,9 miliar sampai Rp 3,9 miliar.
Namun, Sotheby’s tidak menjual lukisan itu. Dalam katalog disebutkan lukisan tidak terjual dalam pelelangan.
Sotheby’s kemungkinan menarik lukisan itu karena asal karya seni itu meragukan, tapi informasi itu tidak dipublikasikan. Lukisan itu juga tidak terdaftar sebagai karya seni curian di Art Loss Register (ALR).
Cultural Heritage Agency (RCE), pengelola karya Koleksi Nasional Hindia-Belanda, gagal mendaftarkan lukisan itu sebagai karya yang hilang di Art Loss Register. Karya seni yang hilang jika didaftarkan di ALR tidak mungkin bisa dijual di pelelangan.
Kesaksian Dr Kraus
Dr Werner Kraus, penulis biografi Raden Saleh asal Jerman, menyatakan di email-nya baru-baru ini bahwa dia melihat lukisan Diengplateau tahun 2010 dalam koleksi pribadi seseorang di Singapura.
Tahun 2012, Kraus menerbitkan karya standar ekstensifnya tentang lukisan-lukisan Raden Saleh. Penerbitan ini dibiayai pemerintah Jerman dan diproduksi bersama Goethe Institute di Jakarta.
Yang menarik adalah Kraus tidak tahu Diengplateau telah dicuri sejak akhir 1940-an, dan pemilik sah lukisan itu masih pemerintah Belanda. Diengplateau juga ditampilkan dalam pameran Galeri Nasional Singapura 2018, terlihat di pameran Between Worlds — yang memadukan lukisan karya Raden Salen dengan pelukis Filipina Juan Luna.
Ada pula Boschbrand, karya Raden Saleh cukup monumental, berukuran tiga kali empat meter, dan menampilkan perkebunan Putri Juliana. Lukisan itu dijual Keluarga Kerajaan Belanda tahun 2013.
Sebagai ahli seni, Kraus memelihara hubungan dekat dengan kolektor dan direktur museum Asia. Pada Maret 2019, ia diundang seorang kolektor Singapura untuk menilai keaslian Diengplateau. Beberapa bulan kemudian, tanpa memberi tahu Kraus, kolektor itu membawa lukisan itu ke Balai Lelang Christie’s di Hong Kong.
Dalam katalog lelang, Diengplateau ditempatkan di lot nomor 167, diberi warna di atas dua halaman. Christie’s Hong Kong menyebut lukisan itu koleksi pribadi di Asia sebagai asalnya.
Akibat tidak terdaftar di ALR, Diengplateau dilelang di Convention Hall Hong Kong pada 26 Mei 2019, dan terjual dengan harga 250 ribu euro, atau Rp 4 miliar. Christie’s, dengan alasan privasi, tidak memberi informasi pembeli lukisan itu.
Salah satu karya Raden Saleh itu mungkin tidak akan terlihat lagi di pameran-pameran. Diengplateau kini telah jadi investasi. Pertanyaannya, bagaimana dengan karya Raden Salen yang lain?