Jakarta – Negeri Palestina sepertinya tak pernah sepi jadi ajang pertarungan kepentingan. Kegaduhan baru kali ini muncul setelah keluarnya proposal perdamaian baru yang dibuat Presiden AS Donald Trump dan PM Israel Benjamin Netanyahu yang membuat kondisi di Palestina memanas.
Peta damai tersebut dituding bias karena tidak mengakomodir pendapat Palestina di dalamnya dan memberi ‘izin’ pendudukan Israel di Tepi Barat. Warga Palestina di Tepi barat dan Jalur Gaza pun kompak berdemonstrasi menentang draf perjanjian yang disebut Trump “proposal damai abad ini” itu.
Harian Yedioth Ahronoth sempat menulis manuver AS itu akan menjadikan Israel berkuasa penuh atas Jerusalem, termasuk menguasai kawasan suci Masjid al-Aqsha dan Gereja Makam Kristus. Israel akan mendapatkan 30 persen wilayah Tepi Barat yang selama ini diduduki secara ilegal. Palestina akan mendapatkan 70 persen dari wilayahnya di Tepi Barat.
Sedangkan pengungsi yang saat ini tersebar di berbagai kawasan, seperti Jordania, Libanon, Mesir, Suriah, Qatar, dan Irak, mereka tidak mempunyai hak untuk kembali ke Palestina. Mereka diminta agar menetap di pengungsian.
Kedzaliman semacam ini telah berlangsung di Palestina selama puluhan tahun. Bahkan sejarah negeri Syam yang di dalamnya termasuk Palestina merupakan sejarah yang tidak pernah sepi dari peperangan antara kaum Muslimin dengan bangsa Yahudi dan Nashrani.
Kalangan muslim percaya kedzoliman yang terjadi di Palestina dan aksi kalangan Yahudi dan Nasrani masih akan berlanjut di Negeri Syam. Para musuh-musuh Palestina akan terus berulah namun dipercaya hal itu tidak memberikan madharat kecuali sedikit musibah.
Ustadz Abu Fatiah Al-Adnani dalam sebuah tulisanya mengungkapkan, seberat apapun serangan aksi musuh terhadap umat Islam di Palestina, hal itu tidak akan pernah membuat komunitas di negeri itu lenyap. Banyak kalangan muslim percaya, ada semacam jaminan bahwa umat Islam di negeri itu akan tetap eksis. Dan jihad di negeri itu akan terus berlanjut sampai akhir zaman; sampai kaum Muslimin berhasil mengalahkan Dajjal.
Nubuwat lain yang disebutkan oleh Rasulullah, menurut Ustadz Fatiah adalah bahwa Palestina akan menjadi salah satu tempat tegaknya Khilafah di akhir zaman. Hal itu sebagaimana yang disebutkan bahwa Abdullah bin Hawalah Al-Azdi berkata, “Wahai Ibnu Hawalah, jika engkau melihat kekhilafahan telah turun di bumi Al-Maqdis (Baitul Maqdis, Palestina), maka itu pertanda telah dekatnya berbagai goncangan, kegundah-gulanaan, dan peristiwa-peristiwa besar. Bagi umat manusia, kiamat lebih dekat kepada mereka daripada dekatnya telapak tanganku kepada kepalamu ini.” [HR: Abu Daud no. 2535]
Selain itu, dipercaya bahwa Asqolan (wilayah Palestina yang kini dalam cengkeraman penjajah Zionis Israel) akan menjadi salah satu tempat terbaik untuk ribath. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, “Permulaan dari perkara Islam ini adalah kenabian dan rahmat. Kemudian tegaknya khilafah dan rahmat. Kemudian berdiri kerajaan dan rahmat. Kemudian berlaku pemerintahan (kerajaan kecil-kecil) dan rahmat. Kemudian orang-orang memperebutkan kekuasaan seperti kuda-kuda yang berebut makanan. Maka (pada saat seperti itu), hendaklah kalian berjihad. Sesungguhnya jihad yang paling utama adalah ribath, dan sebaik-baik ribath kalian adalah di Asqalan.” [HR. Thabrani]. [Zin]