- Sejauh ini belum ada gangguan pasokan gandum dunia.
- Jika perang berlanjut, mulai Juli 2022 harga gandum naik dan puluhan negara kesulitan pangan.
- Bagaimana dengan Indonesia?
JERNIH — Tank-tank dan rudal Rusia yang menghujani Ukraina tidak hanya menghancurkan infrastruktur negeri itu tapi juga ‘Keranjang Roti Dunia.’
Ukraina telah lama dikenal sebagai pemasok gandum dunia. Bersama wilayah Rusia, yang dekat Ukraina, kedua negara adalah pemasok sepertiga kebutuhan gandum dunia.
Tidak keliru jika Adolf Hitler dalam Mein Kampt — buku yang ditulisnya saat di penjara — menjadikan Ukraina sebagai pemasok gandum, biji-bijian, dan sayuran ke seluruh ke sekujur Eropa jika Nazi membentuk kekuasaan mapan.
Ketika menyerbu Stalingrad pada Perang Dunia II, tank-tank Jerman berjalan melewati ladang gandum Ukraina berpuluh-puluh kilometer, dengan rumah-rumah pedesaan berpencar sedemikian jauh.
Kini, tank-tank Rusia menggilas ladang-ladang gandum saat mengepung kota-kota di Ukraina, termasuk Kyiv. Ratusan ribu petani Ukraina berhenti berladang, memilih kabur atau angkat senjata. Pelabuhan ditutup, yang membuat pengiriman gandum ke seluruh dunia terhenti.
Pasukan gandum kini sepenuhnya dari Rusia, tapi ada kekhawatiran dibatalkan oleh sanksi Barat.
Terancam Kekurangan Pangan
Sejauh ini belum ada gangguan pasokan gandum global, tapi harga melonjak 55 persen sejak sepekan sebelum invasi Rusia. Dewan Biji-bijian Internasional (IGC) Arnaud Petit mengatakan jika perang berkepanjangan, negara-negara yang tergantung pada ekspor gandum dari Ukraina dipastikan menghadapi kekurangan mulai Juli 2022.
“Ini bisa menciptakan kerawanan pangan yang membuat lebih banyak orang di Mesir dan Lebanon jatuh miskin,” katanya.
Di Eropa, para pejabat sedang mempersiapkan potensi kekurangan produk dari Ukraina dan kenaikan harga pakan ternak yang menyebabkan pelonjakan harga daging dan susu.
Tidak hanya gandum, Ukraina juga pemasok utama jagung dunia dan pemimpin global minyak bunga matahari untuk pengolahan makanan. Perang dipastikan mengurangi dapat mengurangi dua komoditi itu. Di sisi lain, petani kehilangan berkah harga tinggi minyak bunga matahari dan jagung di pasar global.
Mesir, yang terletak 2.400 kilometer dari Ukraina, yang paling menderita akibat perang ini. Sebab, jutaan orang tergantung pada roti subsidi terbuat dari gandum Ukraina.
“Pearng berarti kekurangan. Kekurangan berarti kenaikan harga,” kata Ahmed Salah, ayah tujuh anak berusia 47 tahun di Kairo. “Setiap kenaikan akan menjadi bencana bagi sebagian besar orang.”
Anna Nagurney, profesor rantai pasokan, logsitik, dan ekonomi, di University of Massachusetts Amherst, mengatakan gandum, jagung, minyak, barley, dan tepung, sangat penting untuk ketahanan pangan, terutama di negara lebih miskin.
“Kini, laki-laki Ukraina dipanggil untuk perang. Siapa yang melakukan panen dan membawa gandum ke pelabuhan,” kata Nagurney.
Mesir, yang biasa membeli gandum dari Ukraina dan Rusia, membatalkan dua pesanan dalam waktu kurang dari sepekan. Alasannya, pertama terlalu mahal, dan biaya transportasi makin tinggi.
Suriah, yang tergantung dari pasokan gandum Ukraina, memotong pengeluaran dan jatah makanan pokok. Lebanon, yang 60 persen kebutuhan gandum berasal dari Ukraina, kini mencari pemasok lain dari India, AS, dan Kanada.
Negara-negara Afrika, yang yang mengimpor gandum dari Rusia senilai 4 miliar dolar AS (Rp 57,6 triliun), juga akan sangat terpengaruh. “Kami mungkin tidak mendapatkan apa yang kami butuhkan, dan kemungkinan akan ada kenaikan harga,” kata Tope Ogun dari Honeywell Flour Mills Plc, satu perusahaan penggilingan gandum terbesar di Nigeria.
Ukraina memasok 26 persen gandum kebutuhan Indonesia. Kenaikan harga mie, dan makanan berbahan dasar terigu lainnya, dipastikan terjadi jika perang berkepanjangan.
Perang ini bukan tentang ledakan bom dan orang bergelimpangan, tapi ancaman kelaparan bagi dunia lain. Sebab, perang terjadi di keranjang roti.