Di dalam negeri, reaksi negative atas Rusia bahkan telah muncul di saat awal kedatangan Presiden Jokowi ke Moskow. Pihak Rusia yang sama sekali tidak menghentikan serangannya, bahkan manakala Jokowi datang dengan misi perdamaian, menunjukkan sikap masa bodoh Putin terhadap niat baik Indonesia. “Ini suatu pertanda Presiden Putin/Rusia sama sekali tidak mengindahkan misi perdamaian Presiden Jokowi ke Rusia. Melakukan bombardir terhadap Ukraina pada saat Presiden Jokowi tiba di Moskow,”tulis diplomat kawakan Dino Patti Djalal dalam akun Twitter-nya
JERNIH—Berlanjutnya serangan Rusia terhadap Ukraina, bahkan pada saat Presiden Joko Widodo masih berada di Rusia, menunjukkan bahwa Presiden Vladimir Putin sama sekali tidak memberi muka kepada Presiden Joko Widodo yang datang dalam misi perdamaian. Suka atau pun tidak, hal itulah yang akan dibaca dunia dari sikap yang ditunjukkan Putin tersebut.
Setelah tidak mengindahkan datangnya Presiden Jokowi dalam misi perdamaiannya dengan membombardir wilayah Ukraina pada saat yang sama, Jumat (1/7) malam Rusia meneruskan misi penghancuran kehidupan warga Ukraina dengan menyerang Odesa.
The Wallstreet Journal melaporkan, serangan lanjutan Rusia di wilayah Odesa itu membunuh 21 orang warga sipil setempat, termasuk seorang karyawan yang tewas dalam serangan lain ke sebuah pusat rekreasi.
Serangan Rusia itu jelas-jelas tertuju kepada sebuah blok apartemen yang padat dengan warga sipil. Media Inggris, Dailymail, menulis dua anak berada di antara korban tewas, selain seorang wanita hamil dan empat bayi pun menjadi korban luka-luka karena serangan tersebut. Serangan terhadap pemukiman warga itu menambah daftar panjang serangan Rusia atas permukiman dan fasilitas sipil, setelah serangan yang menewaskan 20 warga sipil di mal Kremenchuk, dan serangan lain lain di Mykolaiv yang membunuh delapan warga non-kombatan.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Moldova mengatakan, salah satu bangunan yang terkena serangan di Odesa itu adalah pusat rehabilitasi untuk merawat anak-anak Moldova yang bermasalah kesehatan. Seorang karyawan juga tewas setelah serangan itu. Pusat perawatan itu telah ditutup untuk pasien sejak awal pandemi virus corona, kata pejabat itu.
Pemerintah Ukraina segera menyatakan bahwa Rusia memang sengaja menargetkan warga sipil dalam sebuah “kampanye terror” untuk mengalihkan perhatian dari kegagalan militer mereka. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengklaim Rusia telah melakukan terorisme terhadap kota-kota dan penduduk Ukraina.
“Ini adalah serangan rudal Rusia yang memang ditargetkan untuk (membangun) teror terhadap kota-kota kami, warga kami baik dewasa maupun anak-anak,” kata Zelenskyy.
Di dalam negeri, reaksi negative atas Rusia bahkan telah muncul di saat awak kedatangan Presiden Jokowi ke Moskow. Pihak Rusia yang sama sekali tidak menghentikan serangannya, bahkan manakala Jokowi datang dengan misi perdamaian, menunjukkan sikap masa bodoh Putin terhadap niat baik Indonesia.
“Ini suatu pertanda Presiden Putin/Rusia sama sekali tidak mengindahkan misi perdamaian Presiden Jokowi ke Rusia. Melakukan bombardir terhadap Ukraina pada saat Presiden Jokowi tiba di Moskow,”tulis diplomat kawakan Dino Patti Djalal dalam akun Twitter-nya.
Lebih lanjut Dino, yang merupakan pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), lembaga swadaya masyarakat terbesar di Asia untuk urusan hubungan internasional, menyatakan dalam pernyataan persnya bahwa kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia itu belum mencapai terobosan.
“Mengapa? Karena tampaknya, dari pembicaraan Presiden Jokowi dengan Presiden Zelensky dan Presiden Putin, hanya Presiden Zelensky yang menyambut baik dan merespons misi perdamaian ini,”kata Dino. Itu terlihat dari adanya pesan Presiden Zelenskyy pada presiden Putin melalui Presiden Jokowi. Zelenskyy juga menyatakan menghargai posisi, sikap dan upaya Presiden Jokowi.
“Tetapi kita lihat, sewaktu di Moskow, Presiden Putin dalam konferensi pers sama sekali tidak menyebut mengenai misi perdamaian. Yang dirujuk hanya soal hubungan ekonomi Indonesia-Rusia, soal ekspor gandum. Tidak ada sama sekali merujuk pada misi perdamaian Presiden Jokowi,”kata Dino.
Putin, menurut Dino, bahkan terus melanjutkan aksi militer dan perang di Ukraina. “Jadi, dari segi misi perdamaian, saya tidak melihat adanya terobosan. Karena kalau misi perdamaian, itu berarti konsep perdamaian diterima kedua pihak, baik Ukraina maupun Rusia. Sementara di sini, yang responsif hanya Ukraina. Presiden Putin sama sekali tidak merespons gagasan atau upaya perdamaian dari Indonesia ini.”
Namun demikian, menurut Dino tidak pada tempatnya bila kita berkecil hati karena hal itu. “Tentu kita tidak perlu kecil hati, karena Sekjen PBB pun macet, tidak ada terobosan yang signifikan. Demikian pula upaya dari Presiden Turki, Erdogan.”
Usulkan Yuddy Chrisnandi
Lebih lanjut Dino mengatakan, saat ini seluruh dunia menanyakan apakah upaya misi perdamaian Indonesia ini akan berlanjut, atau dengan kata lain apakah serius dan akan berlanjut? Untuk itu, kata Dino, kalau memang serius dan mau berlanjut, tentu harus ada langkah-langkah berikutnya.
“Karena proses perdamaian, di mana pun di dunia ini, memerlukan sikap yang konsisten dan persisten,. Yang gigih. Tidak ada perdamaian yang tercapai hanya dalam satu kunjungan, atau dalam satu dua hari,”kata diplomat yang pernah menempati pos duta besar Amerika Serikat itu.
Dino menunjuk contoh bagaimana upaya Indonesia mendamaikan konflik di Kamboja yang memakan waktu bertahun-tahun, dengan kegigihan Indonesia yang luar biasa saat itu.
Untuk itu, menurut Dino, perlu ditunjuk suatu spesial envoy yang bisa fokus melakukan follow up terhadap hal-hal yang digarap Presiden dalam kunjungan ke Rusia dan Ukraina, yang juga melakukan komunikasi dengan pihak lain di dunia internasional yang ikut terlibat. Pada kesempatan lain, dalam sebuah wawancara televisi, Dino mengusulkan posisi itu ditempati mantan Duta Besar Indonesia untuk Ukraina, Georgia dan Armenia, Yuddy Chrisnandi. [ ]