- Anna Mae Bullock, nama asli Tina Turner, berani berfantasi ketika semua temannya menyerah pada nasib.
- Ia menikah dengan Ike Turner, suami yang memberi nama Tina Turner dan menyiksanya selama 16 tahun.
- Ketika keberanian untuk berkata tidak muncul, Tina Turner membangun diri menjadi industri rock n roll.
JERNIH — Pers, serta mereka yang bergelut di dunia hiburan era 1980-an, mungkin mengingat Tina Turner — meninggal di Swiss pada usia 83 tahun — pada beberapa hal ini; tumit stiletto menjulang tinggi, rok mini setinggi paha, suara serak, dan pertunjukan panggung energik cenderung cabul.
Namun, itulah yang menjadikan Tina Turner ratu stadium rock tak terbantah dan penyanyi wanita terlaris sepanjang masa dengan rekor penjualan 100 juta kopi. Tina Turner bukan lagi Anna Mae Bullock, nama yang diberikan orang tuanya saat lahir 26 November 1939, yang menderita akibat pengasuhan buruk di ladang kapas Deep South, Tennessee, AS.
Ia juga bukan lagi wanita menderita, yang nyaris mampus di ruang ICU dengan rahang patah dan sekujur tubuh memar akibat disiksa Ike Turner — gitaris yang memberikan nama belakang di awal kemunculannya di panggung. Tina Turner mengalahkan semua penderitaan untuk menjadi raksasa industri musik dan ikon global.
Jadi jangan heran ketika dunia mendengar Tina Turner meninggal dunia di Kusnacht, kota kecil di Swiss yang tak jauh dari Zurich, semua yang mengenalnya mencurahkan penghargaan. Tidak hanya dari kalangan artis tapi juga Gedung Putih, Istana Buckingham, sampai West End — tempat Tina: The Musical diputar di teater London.
Fantasi di Ladang Kapas
Ketika masih bernama Anna Mae Bullock, Tina Turner adalah gadis kecil pemetik kapas. Yang membedakan dari gadis lain adalah Anna berani berfantasi; tampil di atas panggung, dielu-elukan ribuan penonton, dan menjalani kehidupan mewah dan glamour.
Ia selalu bicara tentang bagaimana lari dari pekerjaan yang merendahkan dan lingkaran nasib buruk abadi yang mencekik penduduk kulit hitam di bagian selatan AS sejak sebelum Perang Saudara. Ia menolak menyerah ketika rekan-rekannya mengatakan fantasi itu tak mungkin terwujud karena ketiadaan akses.
Floyd, ayah Anna, adalah pengawas perkebunan. Ia relatif memiliki kemampuan membeli rumah yang layak bagi anak-anaknya. Namun, Floyd lebih suka menghabiskan waktu sehari-hari di rumah untuk berkelahi dengan Zelma, istrinya.
Di keluarga miskin kulit hitam saat itu, anak pertama adalah idaman dan anak kedua tak diinginkan. Anna adalah anak kedua. Saat usia tiga tahun, Anna dibawa ke Nutbush, Tennessee, untuk dititipkan kepada kakeknya. Floyd dan Zelma hanya membawa Alline, kakak Anna, saat menerima pekerjaan di fasilitas pertahanan masa perang di Knoxville.
Tahun 1945, usai Perang Dunia II, Floyd dan Zelma mempersatukan kembali seluruh kelurganya. Anna saat itu berusia 11 tahun. Zelma, sang ibu, selalu berusaha melarikan diri dari suaminya yang super kasar.
Zelma berhasil lari. Ia tinggal di St Louis, Missouri. Floyd menikah lagi. Berbeda dengan Zelma, istri baru Floyd menolak kekerasan dan melawan. Dalam satu perkelahian, Floyd ditikam sang istri berkali-kali sampai mati. Wanita itu lari entah ke mana, meninggalkan Anna dan saudara perempuan yang harus mengurus jenazah orang paling dibenci.
Tahun-tahun berikut Anna dan saudaranya hidup dari satu ke lain rumah kerabat. Pada usia 16 tahun Anna berkumpul kembali dengan ibunya di St Louis, Missouri.
Karunia Itu Adalah Suara
Penduduk di Nutbush yang mengenal Anna akan selalu mengenang gadis kulit hitam di ladang kapas itu sebagai pemilik suara yang bagus. Anna Mae Bullock memiliki suara yang kuat, yang mewarnai paduan suara Gereja Baptis di tempatnya.
Anna bersenandung saat memetik kapas, menghibur rekan-rekan masa kecil. Kadang ia berhenti sejenak untuk berfantasi; berada di panggung, dielu-elukan banyak orang, dan menjalani kehidupan glamour. Ia tidak berani melakukannya di rumah karena Floyd sang ayah akan selalu menghardik dan memukul.
Penderitaan masa kecil Anna semakin lengkap karena politik segregasi warna kulit yang masih berlaku di selatan AS. Lingkungan kulit putih terlihat tampak mewah karena berisi pemilik perkebunan kapas. Anna tinggal di lingkungan buruh bagi hasil perkebunan yang didominasi kulit hitam.
Anna tahu suara adalah tiketnya keluar dari kemiskinan, tapi dia tidak tahu bagaimana memperkenalkan kemampuannya ke publik. Keluarganya tidak punya kenalan di industri musik dan hiburan. Namun jalan itu selalu muncul tak terduga.
Suatau malam, saudara perempuannya mengajak Anna ke Club Manhattan. Malam itu sebuah band bernama Ike Turner and The Kings of Rhythm sedang bermain. Anna menikmati permainan band itu. Ia seperti kesurupan.
Hari-hari berikut Anna mengunjungi Club Manhattans secara teratur. Saat itu, Ike Turner adalah idola bagi pengunjung klub; wanita kulit hitam atau putih. Bagi Anna, Ike Turner itu jelek dan tak menarik.
Dalam biografi-nya, Tina Turner bercerita khusus soal ini. “Saat itu saya gadis kurus berusia 17 tahun. Saya ragu Ike pernah memperhatikan saya. Namun suatu malam, ketika Ike mengambil mikrofon dan menawarkan pengunjung bernyanyi bersama, saya mengambilnya.”
Itulah kali pertama Anna memperkenalkan suaranya ke publik industri hiburan. Semua yang berada di klub itu ternganga, Ike Turner tertegun dan tak berusaha mengimbangi. “Ike sama sekali tak bersuara. Ia seolah ingin mengatakan; tidak mungkin gadis ceroboh bisa bernyanyi,” kenang Tina Turner.
Keesokan hari Anna bergabung dengan band, meninggalkan sekolah, dan menanggalkan cita-cita menjadi perawat. Ia berselingkuh dengan pemain saksofon, hamil, melahirkan seorang putra, tapi sang pacar menghilang. Anna menjadi orang tua tunggal pada usia 18 tahun.
Ike Turner adalah womanizer, tapi mentor yang baik bagi Anna. Ia membelikan pakaian cantik dan mengajari Anna bernyanyi di atas panggung. Mereka berteman, kebablasan, dan menjadi kekasih.
Anna melihat Ike sebagai akses menuju ketenaran. Ike memberi Anna citra bersemangat di atas panggung; mengenalkannya pada rok pendek. Ike tahu selain suara, kaki panjang indah Anna adalah daya tarik. Ike mengubah cara bernyanyi Anna, dari yang biasa-biasa saja menjadi lembut dan seksi.
Tahun 1960, Anna kali kedua hamil. Kali ini dia mengandung anak Ike. Namanya bukan lagi Anna Mae Bullock, tapi Tina Turner.
“Bukan itu yang membuat saya terkutuk,” kata Tina Turner. “Masalah sebenarnya dimulai ketika perusahaan rekaman menyuruh Ike menjadikan saya sebagai bintang pertunjukan.”
The Kings of Rhythm menjadi Ike and Tina Turner Ruvue. Pertanyaannya, mengapa nama Tina yang dipilih untuk Anna Mae Bullock. Menurut Tina Turner, Tina adalah nama berirama, sama dengan Sheena. Ike mengingat nama Sheena dari beberapa serial TV.
Tina menolak ganti nama dari Anna Mae Bullock menjadi Tina Turner. “Ike marah besar dan kali pertama memukul saya,” kenang Tina Turner.
Ketika Tina bersikeras pada pendiriannya, Ike semakin marah, memukul membabi-buta dengan tandu sepatu kayu. Sasaran pukulan Ike adalah kepala. Menariknya, semua perkelahian selalu diakhiri dengan seks.
Selesai berhubungan seks, Ike terlelap dan Anna berbaring merasakan bengkak di kepala. Masa depan buruk berkecamuk, yang membuat Tina kerap berkata dalam hati; Kamu hamil, Anna, dan kamu tidak punya tempat untuk pergi.
Sejak saat itu Ike mengendalikan. Tina Turner tak lebih sapi perah berstatus kekasih pemimpin band.
Menikah dan Disiksa Setiap Hari
A Fool In Love, rekaman pertama Tina Turner, sukses besar di pasaran. Ike berkeras melakukan tur keliling, meninggalkan putra sulungnya dengan pengasuh.
Ike mengendalikan segalanya; musik, Tina Turner, dan manajemen. Ketika Tina mencoba berontak di depan orang banyak dengan mengemukakan pendapat, Ike meludahi wajahnya.
Tina dan Ike menikah di Meksiko dua tahun setelah putra mereka lahir. Tina tak menginginkan pernikahan itu tapi tak berani mengungkapkannya. Banyak yang menyarankan agar Tina meninggalkan Ike, tapi tak digubris.
Dalam memoar 1986 Tina menulis; “……..masa kecil yang suram membuat saya tidak berani meninggalkan dan ditinggalkan lagi.” Ike Turner punya masa lalu yang buruk, yang membentuk karakternya sebagai pria kasar.
“Sebagai anak laki-laki Ike menyaksikan ayahnya sekarat perlahan sebelum ajal menjemput. Kematian menyakitkan itu disebabkan pukulan tanpa ampun pria kulit putih yang memberi pelajaran kepada ayah Ike agar tidak bermain-main dengan wanita kulit putih,” tulis Tina Turner. “Ike menyimpan kebencian mendalam dalam dirinya dan tidak pernah melepaskannya.”
Tina khawatir meninggalkan Ike akan menghancurkan kariernya. Belakangan diketahui, Ike yang paling takut kehilangan Tina. Ike tahu Tina adalah mesin uang masa depan.
Ike mengawasi Tina 24 jam, tidak memberinya uang dan menolak setiap permintaan untuk berkumpul dengan kawan-kawannya. Hampir setiap hari Ike memukul Tina, menggunakan apa saja; gagang telepon, sapu, gantungan jas, sepatu, dan lainnya.
Akibatnya, manggung dengan mata lebam, bibir bengkak, atau kepala benjol, adalah hal biasa bagi Tina Turner.
Pengurus rumah tangga menyaksikan Ike menekan rokok menyala ke hidung Tina. Ike yang marah pernah melempar secangkir kopi panah ke wajah Tina, yang menyebabkan sang legenda mengalami luka bakar tingkat tiga.
Pada satu kesempatan lain, Ike berperilaku seperti petinju dan mematahkan rahang Tina. Di ruang ganti di belakang panggung, Ike menyerang Tina dan mematahkan rusuknya.
Dalam memoir-nya, Ike menulis; Ya, saya memukulnya, tapi saya tidak memukulnya seperti rata-rata pria memukul istrinya. Tahun 1999, Ike menulis lagi; “Ada saat-saat ketika saya meninju Tina sampai jatuh tanpa berpikir, tapi saya tidak pernah mengalahkannya.”
Ike tidak pernah menyembunyikan perilaku bangsat-nya kepada siapa pun. Ia secara terbuka mengatakan berselingkuh dengan Ikettes, penyanyi latar, dan dengan pembantu rumah tangga. Salah satu dari mereka menjadi selir.
Saat membangun studio rekaman, Ike membangun kamar dengan pintu baja dan kamera pengamanan, hanya untuk satu hal; menikmati wanita yang disukainya. Tina Turner menyebut studio rekaman itu rumah pelacuran.
Menjadi Berani dan Bercerai
Tahun 1968, Ike mulai mengkonsumsi narkoba. Dimulai dengan marijuana, lalu kokain, dengan tingkat konsumsi yang terus bertambah, dan menjadi paranoid. Tahun itu pula Ike mencoba bunuh diri dengan menelan 50 pil tidur.
Ike bertahan karena perutnya dipompa. Ia selamat, tapi setahun kemudian masuk rumah sakit lagi karena tuberkolosis. Satu-satunya yang mengirimkan bunga kepadanya adalah Rolling Stone.
Di tengah kekacauan hidup itu, Tina Turner memeluk agama Buddha dan melakukan meditasi. Tahun 1976, setelah 16 tahun menikah, Tina punya keberanian untuk menggugat cerai.
Polisi memperingatkan Tina bahwa Ike menyembunyikan revolver di tas tangannya sebelum bernyanyi kabaret. Tina tidak lagi takut. Dalam proses perceraian, Ike memberikan semua yang dimiliki kepada Tina, termasuk nama panggung Tina Turner.
Namun, popularitas Tina Turner di AS meredup. Tina Turner dihantui masa lalu, ketika dia menderita akibat kemiskinan. Namun, seorang agen mengusir hantu itu.
Tina Turner tetap tampil dengan rok pendek, tapi lebih keren dan mengesankan rock n roll. Tahun 1984, Tina Turner mencetak hits lagi. Album Private Dancer terjual 20 juta kopi, dan What’s Love Got To Do With It menjadi nomor satu.
Tampil bersama Mel Gibson dalam franchise Mad Max, Tina Turner mengokohkan diri sebagai wanita terseksi di musik rock. Ia bertemu Erwin Bach, eksekutif musik asal Jerman, dan menikah dalam upacara Buddhis di tepi Danau Zurich tahun 2013, enam tahun setelah Ike Turner meninggal dunia akibat obat bius.
Gadis kecil pemetik kapas itu mewujudkan fantasinya. Ia mengalahkan semua penderitaan untuk menjadi pemenang dalam hidup.