Site icon Jernih.co

Usai Sungkem dan Minta Restu Keluarga, Radhan Jemput “Besty”-nya, Rasyid, untuk Mendaftar ke KPUD

Dalam tradisi Islam, sungkeman memiliki nilai yang sejalan dengan ajaran untuk menghormati dan berbakti kepada orang tua, serta memperlihatkan kesadaran diri dan kerendahan hati​.

KONSEL– Calon Bupati Konawe Selatan, Radhan Nur Alam, mengawali langkah besarnya dengan melakukan sungkeman kepada orang tuanya sebagai bentuk rasa syukur dan permohonan restu untuk maju dalam Pilkada 2024. Sungkeman, sebuah tradisi penting dalam budaya Indonesia, bukan sekadar membungkukkan badan dan mencium lutut orang tua, melainkan menjadi wujud penghormatan, permintaan maaf, dan pengharapan restu atas setiap keputusan yang akan diambil.

Prosesi ini mencerminkan filosofi mendalam tentang pentingnya berbakti kepada orang tua sebagai bekal moral dan spiritual dalam setiap langkah hidup, terutama saat menghadapi tantangan besar seperti pencalonan politik. Dalam tradisi Islam, sungkeman memiliki nilai yang sejalan dengan ajaran untuk menghormati dan berbakti kepada orang tua, serta memperlihatkan kesadaran diri dan kerendahan hati​.

Setelah sungkeman, Radhan melanjutkan perjalanannya ke Konda, tempat kelahirannya, sebagai bentuk penghormatan terhadap tanah asalnya dan masyarakat setempat. Di sana, ia disambut dengan hangat oleh warga yang antusias dengan rencana besar yang dibawa Radhan dan pasangannya, Rasyid. Tak hanya itu, Radhan juga menunjukkan kesederhanaannya dengan menjemput langsung Rasyid di Punggaluku untuk kemudian bersama-sama mendaftar ke KPUD Konawe Selatan setelah menunaikan shalat Dzuhur berjamaah​.

Langkah tersebut memperlihatkan karakter kepemimpinan Radhan yang inklusif dan merangkul. Restu dari keluarga dan masyarakat menjadi fondasi yang kuat bagi Radhan dan Rasyid yang mengusung slogan “Rangkul Rakyat Kita Sederajat”. Dengan program unggulan “Satu Desa Satu Peternakan Sapi,” pasangan ini membawa harapan baru bagi masyarakat Konawe Selatan.

Prosesi sungkeman dan penjemputan Rasyid bukan hanya simbol formalitas, tetapi juga cerminan nilai-nilai tradisi dan agama yang tetap relevan dan penting dalam membentuk karakter pemimpin yang bijaksana, merakyat, dan berorientasi pada kebaikan bersama. Di tengah dinamika politik, Radhan dan Rasyid memperlihatkan bahwa kesederhanaan dan kearifan lokal masih menjadi pilar utama dalam merangkul dan mengayomi masyarakat. [ ]

Exit mobile version