Site icon Jernih.co

Vaksin Covid-19 Novavax Inc Efektif Melawan Varian Inggris, tak Manjur Melawan Varian Afsel

JERNIH — Novavax Inc mengklaim vaksin Covid-19 eksperimental buatannya aman dan hampir 90 persen efektif melawan infeksi, tapi tidak bisa melawan semua varian virus.

Perusahaan farmasi berbasis di Gaithersburg, Maryland, AS itu, Kamis 28 Januari merilis hasil dua uji klinis; di Inggris dan Afrika Selatan (Afsel).

Di Inggris, uji klinis melibatkan 15 ribu sukarelawan dan di Afsel empat ribu orang. Saat uji klinis berlangsung muncul varian baru di kedua negara

Di Inggris, setengah dari 15 ribu sukarelawan terinfeksi varian baru yang dikenal sebagai B.1.1.7. Hasil uji klinis menujukan, vaksin 95,6 persen efektif melawan varian asli virus korona, dan 85,6 persen efektif melawan B.1.1.7.

Secara keseluruhan, uji klinis menunjukan vaksin menunjukan kemanjuran 89,3 persen.

Di Afsel, dalam studi tapa tengah terhadap 4.000 sukarelawan, suntikan Novavax hanya 49,4 persen efektif melawan varian baru yang disebut 501Y.V2.

Berita ini muncul beberapa jam setelah AS melaporkan kasus varian lain di Carolina Selatan, dan beberapa hari setelah Moderna dan Pfizer-BioNTech mengatakan vaksinnya kurang efektif melawan 501Y.V2 atau varian Afsel.

Metode Tradisional

Novavax Inc belum pernah memproduksi vaksin, tapi diberikan dana pemerintah AS lewat Operation Warp Speed musim panas 2020. Vaksin yang dikembangkannya menjadi satu dari enam kandidat vaksin.

Namun, Novavax Inc tidak punya kontrak dengan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS untuk memasok vaksin.

Alasannya, vaksin Novavax dibuat dengan metode tradisional. Sedangkan Moderna dan Pfizer menggunakan teknologi baru.

Vaksin Novavax berisi potongan protein permukaan yang disintesis dan digunakan virus korona untuk menyerang sel manusia. Asumsinya, protein akan menyebabkan sel manusia memacu produksi antibodi untuk melawan infeksi.

Novavax Inc tidak hanya menguji vaksinnya di Inggris dan Afsel, tapi juga di AS dan Meksiko. Namun uji di AS tidak dimulai sampai Desember 2020, karena masalah produksi.

Mengkhawatirkan

Kini, publik AS menunggu hasil uji klinis vaksin buatan Johnson & Johnson, yang diperkirakan diumumkan pekan depan. Muncul desas-desus, vaksin Johnson & Johnson juga tidak efektif melawan varian Afsel.

Situasi ini membuat Dr Anthony Fauci, ahli penyakit menular paling terkemuka di As, mengatakan; “Kini semua orang lebih prihatin terhadap varian Afsel dibanding varian hasil mutasi lainnya. Varian ini yang membuat vaksin kurang efektif.”

Menurut Dr Fauci, uji klinis Johnson & Johnson terhadap varian Afsel akan menjadi penentu apakah vaksin dapat melindungi penduduk dari varian 501Y.V2 atau tidak.

Exit mobile version