Site icon Jernih.co

11 Peserta Nyontek Saat Ujian Pengacara di Singapura

Menteri Hukum dan Dalam Negeri Singapura K Shamugam.

Peserta pelatihan yang ditemukan curang, mereka diharuskan untuk mengulang kursus persiapan dan/atau ujian pengacara pada tahun berikutnya. Pengadilan juga telah menunda mereka untuk ikut persidangan.

JERNIH – Sebanyak 11 pengacara peserta pelatihan diketahui menyontek dalam ujian pengacara 2020. Demikian temuan Singapore Institute of Legal Education (SILE). Namun tidak ada kasus kecurangan lainnya, termasuk pada ujian putaran berikutnya.

Berbicara di Parlemen, Menteri Hukum Singapura K Shanmugam, Senin (9/5/2022), mengatakan bahwa ada perbedaan antara apakah telah terjadi kecurangan dalam ujian dan apa yang ditemukan oleh SILE. Tapi Shanmugam, yang juga Menteri Dalam Negeri, menegaskan bahwa lembaga tersebut tidak menemukan hal lain terkait kecurangan tersebut.

Dia mencatat bahwa SILE mengatakan telah menerapkan perlindungan tambahan untuk mencegah kecurangan, dan memperkenalkan pengawasan jarak jauh untuk ujian online.

Adapun peserta pelatihan yang ditemukan curang, mereka diharuskan untuk mengulang kursus persiapan dan/atau ujian pengacara pada tahun berikutnya. Pengadilan juga telah menunda mereka untuk ikut persidangan.

“Untuk diterima, mereka perlu meyakinkan semua pemangku kepentingan yang terlibat bahwa mereka layak dan pantas untuk mempraktikkan hukum sebelum mereka diizinkan melakukannya,” kata Shanmugam.

Standar Probitas Tertinggi

Dia menambahkan bahwa pengacara, sebagai fidusia, diharapkan bertindak demi kepentingan terbaik klien mereka. Pada saat yang sama, mereka berutang tugas yang sangat tinggi ke pengadilan.

“Mereka harus bertindak dengan standar kejujuran tertinggi, untuk memastikan bahwa mereka dapat diandalkan,” katanya. Dia menambahkan bahwa menyontek adalah penghinaan serius dari prinsip dasar kejujura dan setiap tindakan tidak jujur ​​sangat tidak dapat diterima.

Kesempatan Kedua

Anggota parlemen Seah Kian Peng (PAP-Marine Parade) sempat mempertanyakan tentang pemberian kesempatan kedua bagi pengacara trainee yang curang, mengingat nama mereka kini telah terungkap.

Shanmugam mengatakan pendekatannya harus mempertimbangkan apa pelanggarannya dan siapa yang melakukannya. Dalam kasus ini, pelanggaran kecurangan adalah serius dan mengingat bahwa pengacara peserta pelatihan melakukannya, itu adalah “dua kali lipat serius”.

Dia menambahkan para calon pengacara ini adalah orang-orang muda. “Jadi apa hukuman yang tepat, dengan mempertimbangkan keseriusan pelanggaran, tetapi juga usia mereka. Haruskah mereka selamanya dicegah dari menjadi pengacara? Saya pikir kebanyakan orang akan berpikir itu mungkin terlalu keras,” ucapnya. [CNA]

Exit mobile version