JAKARTA – Golkar berpotensi pecah alias dualisme, sebab Ketua Umum Airlangga Hartarto dinilai intimidatif dan anti demokrasi. Hal itu dikatakan Ahmadi Noor Supit yang merupakan ketua tim sukses calon ketua umum Partai Golkar Bambang Soesatyo.
“Golkar pecah lagi karena tindakan anti demokrasi dan intimidatif dari Airlangga Hartarto,” ujarnya di Jakarta, Rabu (20/11/2019).
Sejak awal, kata Supit, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu sudah mengingkari kesepakatan menempatkan pendukung Bambang Soesatyo di sejumlah alat kelengkapan dewan (AKD) DPR RI. Bahkan sudah sewenang-wenang melakukan penggeser sejumlah posisi dan pemecatan beberapa tenaga ahli Fraksi Partai Golkat pendukung Bamsoet.
Disamping itu, mencoretan anggota kepanitiaan Munas Golkar yang pro terhadap Bamsoet. “Tindakan ini jelas-jelas melanggar gentleman agrement dan melanggar keputusan rapim tentang mendahulukan musyawarah mufakat sebelum voting,” katanya.
Ia yakin, tindakan Airlangga tersebut justru membuat gerbong Bamsoet makin militan. “Hal itu tentu saja akan memunculkan perlawanan dan berpotensi melahirkan Munas tandingan seperti Ancol vs Bali pada waktu lalu,” ujar dia.
Sebelumnya pada rapat pimpinan nasional Partai Golkar yang digelar Kamis (14/11/2019), Airlangga mengklaim telah mengantongi dukungan dari seluruh pengurus daerah dan ormas Partai Golkar.
Oleh sebab itu, dalam kesepatakan pemilihan ketua umum mengutamakan mekanisme musyawarah mufakat. Dengan mempertimbangkan kondisi partai yang solid dan kondusif.
“Seluruh provinsi dan ormas Partai Golkar mayoritas, Alhamdulilah, memberikan kepercayaan kepada saya,” katanya.
“Dari pandangan umum hampir semua memberikan dukungan. Untuk itu saya berterima kasih dan ini menjadi pemacu untuk terus bekerja sampai ke munas nanti dan terus menjaga soliditas internal pantai,” Airlangga menambahkan.
Sekadar diketahui, agenda pemilihan ketua umum partai berlambang beringin itu bakal diselenggarakan di Jakarta tanggal 3-6 Desember 2019 nanti. [fan]