Sudah sejak lama memang ditengarai bahwa Zionis Israel menggunakan isu anti-semit untuk meredam, bahkan menghilangkan kepekaan nurani kemanusiaan di dunia.
JERNIH—Dari Jerman datang kabar bahwa aksi protes menentang serangan militer Israel kepada warga sipil Palestina, melibatkan gerakan antisemit. Sudah sejak lama memang ditengarai bahwa Zionis Israel menggunakan isu anti-semit untuk meredam, bahkan menghilangkan kepekaan nurani kemanusiaan di dunia.
Mazen, seorang pengungsi Suriah berusia 30 tahun, memprotes kekerasan yang dilakukan Israel. “Teman-teman dan saya menentang pengusiran ilegal orang-orang dari rumah mereka. Kami menolak pembunuhan anak-anak dan pemboman yang tidak perlu terhadap gedung-gedung dan infrastruktur penting,” katanya.
Mazen punya opini yang kuat terkait tindakan Israel: “Saya menjadi pembohong jika saya mengatakan bahwa kita ingin berteman dengan negara Israel. Tetapi negara itu ada. Kita harus menghadapinya.” Sikap ini mendorong dia untuk mengikuti demonstrasi di Berlin. Posisi yang diusung Mazen, untuk kalangan luas publik di Jerman, menurut Deutsche Welle, merupakan hal yang kontroversial.
Mazen mengakui ada gerakan antisemit. “Anda tidak bisa mengendalikan semua orang,”ujar dia. Dirinya meyakini selalu ada segelintir pengunjuk rasa yang akan berperilaku buruk.
“Hal yang sama terjadi di Suriah. Kita semua akan berdemonstrasi untuk nilai-nilai demokrasi, tetapi akan selalu ada beberapa orang di kerumunan yang menyerukan negara Islam. Di Jerman, ada beberapa orang yang meneriakkan hal-hal antisemit. Tetapi Anda tidak dapat mengatakan bahwa seluruh aksi protes itu adalah antisemit.”
Pada saat yang sama, tidak mungkin bagi orang Jerman untuk mengabaikan pernyataan atau ucapan antisemit, yang dilontarkan dalam sebuah demonstrasi besar. Para pengunjuk rasa di kota Gelsenkirchen meneriakkan “orang Yahudi sialan.” Hal ini memicu perdebatan tentang antisemitisme di kalangan Muslim dan pendatang.
Aiman Mazyek,ketua Komite Sentral Muslim di Jerman menjelaskan pendapatnya: “(Saya) secara tegas mengutuk adegan yang menjijikkan itu,” tulisnya di Twitter. “Mereka yang mengeluhkan rasisme, tetapi kemudian menyebarkan kebencian antisemit telah menihilkan segalanya.” Mayzek dalam cuitannya juga menegaskan,” Barang siapa menyebutkan mengritik Israel, tapi menyerang sinagoga dan warga Yahudi, berarti menyerang kami semua, dan akan mendapat perlawanan dari saya.”
Senada dengan Mazyek, Eren Guvercin, pendiri Muslim Alhambra Society di Jerman, yang mempromosikan pemahaman internasional, tidak terkejut dengan video tersebut. Antisemitisme di kalangan muslim Jerman kadang-kadang terlihat dan paling sering terjadi ketika kekerasan di Timur Tengah meningkat. “Tapi itu tidak berarti itu tidak terjadi di masa-masa tenang,” katanya.
“Ini adalah sesuatu yang harus kita tangani sebagai Muslim, yang pertama dan terutama. Tetapi seringkali ini gagal karena masalahnya sendiri bahkan tidak dapat disebutkan namanya,” kata Guvercin.
Problematis
Seorang akademisi Islam, Lamya Kaddor menunjuk poin penting lainnya: “Serangan terhadap sinagoga itu mengerikan, memalukan,” dia menekankan. Tapi dia juga menyebutkan, reaksi dari publik Jerman terhadap masalah ini juga problematis.
“Kita telah berurusan dengan [antisemitisme] ini untuk waktu yang lama di negara ini. Tetapi kita tidak boleh mengadu domba satu minoritas dengan minoritas lain. Itu hanya akan memecah belah komunitas kitai lebih jauh lagi.”
Sebagai seorang Muslim, Rachid Amjahad, kepala Masyarakat untuk Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Maghreb yang berbasis di Düsseldorf, percaya bahwa sangat penting untuk berbicara dengan jelas menentang antisemitisme. “Di sisi lain, kami juga harus memberikan solidaritas ketika lembaga denominasi lain diserang. Solidaritas bukanlah jalan satu arah”, tegasnya.
Profesor Teologi Islam Bulent Ucar dari Universitas Osnabrück mengatakan, kecenderungan antisemit tidak semuanya sama. Asal-usul keluarga dan pengalaman pribadi juga membuat perbedaan. “Seorang Muslim dari Bosnia biasanya akan memiliki relasi yang sangat berbeda terkait Israel dengan misalnya Muslim dari Suriah,” katanya.
Dalam jangka panjang, ada hal lain yang perlu dipertimbangkan, kata Orkide Ezgimen dari Kreuzberg Initiative untuk Melawan Antisemit di Berlin. Di satu sisi, tanggung jawab historis Jerman karena Holocaust yang pernah dilakukan negara itu.
“Tapi di sisi lainnya, politik Jerman belum berhasil menyebarkan pesan itu ke seluruh populasi secara merata,” jelasnya. Terkadang hal ini memberi kesan kepada pengungsi dari zona perang dan krisis bahwa pengalaman mereka sendiri dianggap kurang penting. “Hal ini dengan cepat mengarah pada perjuangan untuk mendapatkan pengakuan,” ujar Ezgimen.
Dalam jangka pendek, fokusnya harus pada menjaga dampak konflik Timur Tengah di Jerman, kata aktivis Maghreb Society Amjahad. “Kalau protes dilakukan di depan sinagoga, itu menjadi sangat berbahaya,”kata dia. “Karena itu akan mengubah konflik teritorial menjadi konflik agama. Dan itu akan sangat sulit diselesaikan.”[ Deutsche Welle]